Berbagai kalangan memprediksikan bahwa pada sepuluh tahun mendatang, Eropa harus membenahi kembali identitasnya dan menerima agama Islam dengan ajarannya yang mulia dan peradaban yang besar sebagai bagian dari budaya yang tak terpisahkan dari Eropa. Prediksi ini mengemuka sejalan dengan pertumbuhan warga Muslim di benua ini. Memang sejauh ini belum ada data yang pasti mengenai poplasi jumlah warga Muslim mengingat tidak pernah ada upaya lembaga-lembaga resmi untuk mendatanya. Tahun 2010, sebuah koran Jerman menerbitkan laporan mengenai populasi warga Muslim Eropa yang diklaimnya mencapai 15 juta jiwa atau 3,3 persen dari total 455 juta penduduk benua ini.
Dari seluruh negara Eropa Barat, Jerman, Perancis, Austria dan Belanda dal;ah Negara dengan warga muslim terbanyak. Empat persen warga Jerman atau 3,2 juta jiwa beragama Islam. Angka ini sekaligus menempatkan warga Muslim sebagai minoritas terbesar di Jerman. Dari jumlah itu, 2,4 juta jiwa berasal dari etnis Turki sementara sisanya adalah imigran asal bekas Yugoslavia, Arab dan Iran. Di Inggris dengan populasi warga sebesar 60 juta jiwa, dua juta tercatat sebagai warga Muslim atau 3 persen dari total penduduk negara itu. Kebanyakan mereka berasal dari negara bekas jajahan Britania khususnya Pakistan dan Bangladesh. Di Perancis dengan pendudukan 60 juta jiwa, enam juta jiwa beragama Islam yang umumnya pendatang. Populasi warga Muslim Perancis didominasi oleh keturunan Turki.
Belanda, negara dengan penduduk 16 juta jiwa, 900 ribu warganya beragama Islam. di Austria, 340 ribu warga Muslim tercatat sebagai bagian dari masyarakat negara itu dengan total penduduknya yang berjumlah 8,1 juta jiwa. Warga muslim Austria umumnya datang dari Bosnia, diikuti oleh pendatang dari Turki, dan imigran dari negara-negara Muslim lainnya. Di Belgia dengan penduduknya yang berjumlah 10,3 juta jiwa, 380 ribu orang atau 3,7 persen beragama Islam yang kebanyakan datang dari Maroko dan Turki. Sementara itu, 70 persen warga Albania yang berjumlah 3,1 juta jiwa beragama Islam. Di Bosnia Herzegovina, 1,5 juta warga dari total 5,4 juta jiwa adalah warga Muslim. Di Denmark dengan penduduknya sebanyak lima juta jiwa, lima persen warganya beragama Islam. Di Italia, jumlah warga Muslim mencapai 850 ribu jiwa atau setara dengan 1,4 persen penduduk. Di Spanyol yang mengakui Islam sebagai salah satu agama resmi, terdapat sekitar satu juta warga yang beragama Islam. Jumlah ini kurang lebih sama dengan 2,5 persen dari total penduduk di negara itu. Di Swedia jumlah warga Muslim mencapai 300 ribu jiwa dari sembilan juta penduduknya yang mayoritas beragama Kristen.
Beberapa waktu lalu, The Guardian menurunkan laporan dari Pusat Riset Piu di Eropa tentang pertumbuhan populasi warga Muslim yang sangat signifikan. Diprediksikan bahwa dalam 20 tahun ke depan, populasi warga Muslim di Inggris akan mengalami pertumbuhan yang paling tinggi di Eropa. Pusat riset lainnya di eropa bahkan menyebutkan angka yang jauh lebih tinggi. para pakar strategis Barat sebelumnya sudah memperingatkan akan terbentuknya komunitas Eropa Muslim pada tahun 2050. Faktor yang melahirkan fenomena ini adalah peningkatan imigrasi Muslim ke Eropa yang meningkat tajam disertai dengan kelahiran anak Muslim yang tinggi, dan di sisi lain menurunnya populasi warga pribumi di negara-negara Eropa. Apalagi, kepercayaan agama di tengah komunitas warga Eropa terhadap agama mereka juga semakin menurun.
Riset yang dilakukan oleh lembaga penelitian Kristen menunjukkan bahwa penurunan partisipasi warga Kristen dalam acara-acara ritual keagamaan di gereja. Riset ini menyebutkan bahwa di Inggris, hanya 6,3 persen warga Kristen yang setiap minggunya datang ke gereja untuk menghadiri acara keagamaan. Disebutkan pula bahwa dalam 15 tahun terakhir sekitar empat ribu gereja tepaksa ditutup dan dijual atau dialihfungsikan karena sepi pengunjung. Sebagian kalangan memprediksikan bahwa dalam beberapa tahun mendatang jumlah orang Kristen di Eropa yang beralih agama dan memeluk agam Islam akan mengalami peningkatan yang signifikan. Contohnya di Glasco, ada sekitar 200 orang yang asalnya beragama Kristen beralih ke agama Islam.
Para pemerhati mengatakan bahwa loyalitas warga Muslim di Eropa dan ketaatannya dalam menjalankan ritual keagamaan jauh lebih besar dibanding warga Kristen. Mereka rajin pergi ke masjid dan getol memedalam pengetahuan akan agama mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, generasi muda Muslim di Eropa justeru nampak lebih taat dalam beragama ketimbang orang tua mereka. Fenomena ini ditanggapi dengan sinis oleh sejumlah kalangan sehingga memunculkan isu yang menyebutkan tentang Eropa Islam. Isu inilah yang disinggung oleh Bernard Louis, salah seorang pakar budaya Barat dalam suratnya kepada Pemimpin umat Katolik dunia Paus Benediktus XVI. Dalam surat yang dikirin tahun lalu itu, Louis memperingatkan Paus akan kemungkinan jatuhnya Eropa ke tangan umat Islam di masa mendatang.
Pusat penelitian Piu dalam sebuah laporannya menyinggung soal penurunan polulasi warga Eropa seraya menambahkan bahwa pada tahun 2048, Perancis akan menjadi negara Republik Islam karena pertumbuhan populasi Muslim yang pesat yang di sana. Kondisi yang sama bakal dialamai Jerman pada sekitar tahun 2050. Koran Inggris The Guardian dalam laporannya menyebutkan bahwa bahaya yang lebih besar justeru muncul karena tidak adanya tindakan yang semestinya di Eropa terhadap warga Muslim khususnya di Inggris. Guardian menambahkan, diprediksikan bahwa pertumbuhan populasi warga Muslim bakal terjadi lebih pesat di Eropa barat dan utara.
Kenyataan bahwa Islam adalah agama yang sejalan dengan fitrah manusia sering diabaikan. Padahal faktor itulah yang menjadi pemicu ketertarikan banyak orang kepada agama ini. Alih-alih membuka mata dan menerima kenyataan yang ada, para penguasa rezim-rezim Eropa justeru mem,andang perkembangan Islam dan pertumbuhan jumlah warga Muslim di Eropa sebagai ancaman. Dengan memutarbalikkan fakta dan mengesankan Islam sebagai agama kekerasan dan anti damai, para pemimpin Eropa berusaha menjauhkan warganya dari Islam. Akibatnya propaganda Islamphobia gencar dilakukan oleh rezim-rezim itu. Seiring dengan itu, kubu nasionalis ekstrim di Eropa sengaja membesar-besarkan jumlah populasi umat Islam untuk mengesankannya sebagai ancaman besar bagi masyarakat Eropa. Padahal, jika dilihat dari prinsip demokrasi yang diagung-agungkan oleh Barat, seharusnya warga Muslim berhak hidup damai di kawasan itu.
Alhasil, seperti ditulis oleh The Guardian, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 populasi warga Muslim di sembilan negara Eropa termasuk Perancis, Rusia dan Belgia akan meningkat menjadi lebih dari 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa untuk sepuluh tahun mendatang, Eropa sudah harus mempersiapkan diri mengubah identitasnya dan menerima Islam sebagai bagian dari peradaban Eropa.