Perempuan merupakan simbol kasih sayang dan pengabdian. Seorang ibu menyirami keluarga dengan segenap kecintaan. Berkat perempuanlah, terbangun keluarga yang tentram, sehat dan selamat. Selain berperan signifikan dalam keluarga, perempuan juga tampil bersama pria di arena sosial. Salah satu contoh riilnya adalah partisipasi aktif muslimah dalam gerakan kebangkitan Islam di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, yang berhasil menumbangkan rezim despotik. Inilah yang menjadi perhatian lebih dari 1200 orang aktivis perempuan dari berbagai negara dunia. Mereka datang ke Iran untuk berpartisipasi dalam Konferensi Perempuan dan Kebangkitan Islam yang digelar pada 10-11 Juli lalu. Sekitar 70 persen dari mereka dari kalangan ahlusunnah, sedangkan 30 persennya dari Syiah.
Para aktivis muslimah itu bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamanei pada hari Rabu (11/7). Dalam pertemuan tersebut Rahbar menyebut Muslimah sebagai komunitas yang memainkan peran yang tak tergantikan dalam kebangkitan Islam. Seraya menyinggung peran wanita Islam dalam perjuangan, kemenangan dan kelestarian gerakan revolusi Islam di Iran, beliau mengatakan, "Kelestarian gerakan kebangkitan Islam yang penuh berkah ini akan membuahkan kemenangan besar bagi bangsa-bangsa Muslim."
Mengenai konferensi 'Perempuan dan Kebangkitan Islam' di Tehran yang mempertemukan para Muslimah cendekia dan pejuang dari 85 negara, Rahbar menegaskan, pertemuan ini merupakan momentum penting bagi muslimah Dunia Islam untuk saling mengenal. Beliau menambahkan, "Saling kenal dan kerjasama yang sudah terjalin dalam konferensi ini adalah awal bagi upaya untuk menggalang gerakan yang konstruktif demi menghidupkan kembali identitas dan kepribadian Muslimah."
Seraya menyinggung upaya Barat selama seratus tahun terakhir untuk menjauhkan Muslimah dari jati diri keislaman mereka, Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan, kerja keras kaum Muslimah untuk menghidupkan kembali identitas keislaman ini adalah pengabdian yang terbesar kepada umat Islam. Sebab, merasakan kembali identitas Islam serta kearifan Muslimah akan meninggalkan pengaruh yang sangat besar dalam gerakan kebangkitan Islam dan kemuliaan umat Islam.
Ayatullah Udzma Khamenei menjelaskan pandangan Barat yang cenderung melecehkan wanita, seraya mengatakan, "Orang-orang Barat sesuai budaya mereka, memandang perempuan tak lebih dari sarana dan alat pemuas nafsu bagi kaum pria. Barat mengerahkan semua sarana yang ada untuk mewujudkan apa yang menjadi tujuan mereka. Semua itu dilakukan dengan membungkusnya dalam kemasan isu kebebasan. Sama halnya dengan aksi pembantaian dan penjarahan kekayaan negara-negara lain, pengerahan tentara dan pemaksaan perang yang mereka lakukan dengan mengangkat slogan yang menarik seperti gerakan menuntut kebebasan, hak asasi manusia dan demokrasi."
Mengenai pandangan Islam yang berseberangan dengan pandangan Barat dalam masalah perempuan, Rahbar menjelaskan, Islam memandang wanita dengan pandangan penuh hormat dan kemuliaan. Islam memandang wanita sebagai faktor kemajuan dan mengakui keutamaan jati diri perempuan.
Beliau menerangkan kondisi Muslimah Iran yang aktif di berbagai ranah keilmuan, politik dan pengelolaan negara. Wanita yang hidup di lingkungan Islami akan mampu mengembangkan potensi diri dan memainkan peran penting di tengah masyarakat dengan tetap mempertahankan identitasnya sebagai perempuan, dan ini adalah satu kebanggaan. Sementara, cara pandang Barat dalam memperlakukan perempuan justeru akan merugikan mereka sendiri.
Islam memandang laki-laki dan perempuan sebagai dua entitas dengan banyak kesamaan karakter insani di antara mereka. Masing-masing memikul beban dan tanggung jawab yang sesuai dengan kondisi fisik mereka demi kelangsungan hidup dan meniti kesempurnaan insani. Perempuan bahkan memiliki peran yang lebih besar dari kaum pria dalam hal keberlanjutan generasi manusia. Rahbar mengungkapkan, "Aturan yang ditentukan Islam dalam masalah keluarga dan pembatasan masalah hubungan seksual harus ditinjau dari kacamata ini."
Ayatullah Udzma Khamenei menyatakan bahwa salah satu tugas dan tanggung jawab Muslimah cendekia di Dunia Islam adalah mengenalkan peran wanita dan pandangan Islam dalam masalah perempuan. Di Iran, dalam sejarah revolusi dan 33 tahun pemerintahan Islam, kaum perempuan memainkan peran yang sangat besar. Beliau menegaskan, "Kaum perempuan memiliki peran yang sangat menentukan dalam perkembangan sosial, serta gerakan revolusi dan kebangkitan Islam. Sebab, di mana saja kaum perempuan ikut terlibat dalam sebuah gerakan sosial maka dijamin gerakan itu akan berhasil. Hal inilah yang mesti dilaksanakan dan diperkuat dalam perkembangan di Mesir, Libya, Bahrain, Yaman dan negeri-negeri lain di Dunia Islam."
Kebangkitan Islam menurut Pemimpin Besar Revolusi Islam adalah fenomena menakjubkan yang belum pernah terjadi sebelumnya. "Dengan menelaah sisi patologinya dan bersikap arif dalam menghadapi ancaman yang bisa mengganjalnya, gerakan ini akan bisa mengubah perjalanan sejarah," imbuh beliau.
Seraya memuji gerakan kebangkitan bangsa-bangsa Muslim di wilayah utara Afrika dan kawasan lainnya, Rahbar menandaskan, "Kubu arogan terutama Amerika Serikat (AS) dan Zionis yang terkejut menyaksikan transformasi ini berusaha keras melumpuhkan atau menunggangi gerakan ini."
Beliau mengingatkan modus kubu arogansi dalam melumpuhkan gerakan kebangkitan Islam ini yang diantaranya dilakukan dengan menyibukkan bangsa-bangsa Muslim dengan isu-isu parsial atau menebar isu perselisihan di antara mereka. Ditekankannya, "Jika bangsa-bangsa Muslim dengan tegas melawan tipudaya ini dan tetap berada di tengah medan, mereka pasti akan berhasil mengalahkan kubu arogansi. Karena, kekuatan pedang kaum arogan akan tumpul di hadapan partisipasi dan keimanan bangsa-bangsa ini."
Menyinggung tipu daya musuh terhadap Republik Islam yang tidak pernah berhenti dalam 33 tahun ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Saat ini Barat terus mengumbar kata-kata tentang sanksi terhadap Iran. Mereka tak menyadari bahwa bangsa Iran sudah mengimunisasi diri menghadapi segala bentuk sanksi setelah diembargo selama 30 tahun." Beliau menambahkan, "Selama tiga dekade ini, bangsa Iran sudah mengorbankan jiwa, harta dan orang-orang yang dikasihi untuk melawan konspirasi dan embargo-embargo ini, sehingga hari ini dibanding 30 tahun yang lalu, kami sudah lebih kuat 100 kali lipat."
Ayatollah al-Udzma Khamenei kembali menyinggung kemajuan Iran dan mengatakan, "Hari ini, kaum Muslimah Iran yang terhormat hadir di semua medan kemajuan dan pembangunan. Kalangan wanita terpelajar Iran menjelma sebagai komunitas yang paling mukmin dan revolusioner di negeri ini di tengah propaganda gencar corong media Barat yang berusaha memutarbalikkan fakta."
Seraya mengingatkan upaya Barat yang berusaha membuat Republik Islam Iran mencabut dukungannya kepada bangsa Palestina, beliau menekankan, "Tanpa mempersoalkan masalah Syiah dan Sunni, kami berdiri berdampingan dengan saudara-saudara Muslim yang lain." Ditambahkannya, "Dengan inayah Allah, bangsa Iran dan Republik Islam Iran akan terus mendampingi rakyat Palestina, bangsa-bangsa yang sudah bangkit, dan siapa saja yang melawan AS dan zionisme. Bangsa Iran akan membela mereka tanpa pernah cemas menghadapi kekuatan manapun." (IRIB Indonesia)