Kehidupan Ibu Kaum Mukminin dan Keutamaan Wanita Muslim Pertama

Rate this item
(0 votes)
Kehidupan Ibu Kaum Mukminin dan Keutamaan Wanita Muslim Pertama

Sayidah Khadijah berasal dari kabilah Quraisy. Ayahnya Khuwailid serta ibunya Fatimah binti Zaidah, keduanya adalah dari keluarga bangsawan arab yang paling di hormati di Hijaz.

Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Killab adalah orang yang di hormati di kalangan Quraisy. Di zaman jahiliyah Khuwailid adalah tetua dalam sukunya. Pada perang fijar kedua, di hari yang di kenal dengan Syumthah, dan pada hari itu Quraisy tengah mempersiapkan perang dengan Kinanah, Ia memangku jabatan sebagai kepala suku Asad.

Di tuliskan dalam sejarah bahwa ketika Tuba’ hendak membawa batu Hajar Aswad ke Yaman, Khuwailid bangkit menentang. Penentangan ini menunjukkan kedudukan menonjol dia di zaman tersebut. Sepupu Khadijah As Waraqah bin Nufail, pendeta Arab waktu itu, sebagaimana di tuliskan dalam sejarah memiliki pengetahuan dan informasi dari kitab-kitab agama-agama sebelumnya.

Putra-putri Khadijah As

Terkait dengan jumlah anak-anak Khadijah As, para sejarawan berbeda pendapat. Pendapat masyhur mengatakan, “Hasil pernikahan Rasulullah Saw dan Khadijah As adalah enam anak. 1. Hasyim, 2. Abdullah keduanya di kenal dengan Thahir dan Tayyib, 3. Ruqayyah, 4. Zainab, 5. Ummu Kultsum, 6. Fatimah.

Ruqayyah adalah putri tertuanya dan selanjutnya adalah Zainab, Ummu Kultsum serta Fatimah. Putra-putra Khadijah As telah meninggal sebelum pengutusan(bi’tsah) Nabi Saw. namun putri-putri beliau hidup dalam periode kenabian Rasulullah Saw.

Sekelompok sejarawan meyakini bahwa Qasim dan semua putri Nabi Saw lahir setelah di utusnya Nabi dan beberapa hari sesudah Nabi hijrah ke Madinah.

Biografi Khadijah As
Sebelum kehadiran Islam Khadijah merupakan wanita Quraisy yang cukup menonjol, sedemikian hingga Ia di gelari sebagai wanita suci(Thahirah) dan pemimpin wanita Quraisy. Sebelum menjadi isteri Rasulullah Saw Ia sebelumnya pernah menjadi isteri Abu Halah Hind bin Banasy bin Zurarah dan kemudian menjadi isteri dari Atiq bin Aidz dari bani Makhzum. Beliau di karuniai dua putra dari Abu Halah dan seorang putri dari Atiq. Mereka adalah saudara-saudari se ibu dari Fatimah As.

Sesudah dua pernikahan ini, meskipun Ia adalah wanita cantik nan kaya serta banyak yang menginginkannya, Ia memutuskan untuk tidak bersuami dan memilih berniaga dengan harta yang di milikinya. Hingga suatu ketika Abu Thalib menginginkan keponakannya menjadi pekerja Khadijah sebagaimana keluarganya yang lain dan pergi berdagang ke Syam dan begitulah yang terjadi. Setelah perjalanan dagang inilah kemudian Khadijah As tertarik untuk menikah dengan Muhammad Saw dan sebagaimana kita ketahui Ia menerimanya menjadi suami.

Sebagaimana masyhur di ketahui di kalangan sejarawan serta di dukung pula oleh sunnah, Khadijah As ketika menikah dengan Muhammad Saw berumur 40 tahun. Namun mengingat jumlah anak-anak yang lahir dari pernikahan ini, dapat di katakan, para penulis sejarah memilih angkat 40 dari sisi bahwa angka ini adalah angka sempurna. Berbeda dengan pendapat masyhur ini, Ibnu Sa’ad dengan sanad dari Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa umur Khadijah ketika menikah dengan Muhammad Saw adalah 28 tahun.

Pernikahan dengan Nabi Saw

Kemuliaan dan kebaikan Muhammad bin Abdullah yang berasal dari kabilah arab paling terpandang “Bani Hasyim”, serta potensi, kelayakan, kepribadian unggul dan popularitasnya dalam menjaga amanah, menjadi buah bibir di kalangan umum dan khusus. Sedemikian hingga beliau di sebut “Muhammad Amin”. Kabar dan berita ini menyebabkan Khadijah menyukai latar belakang nasab, kepatutan, kepribadian dan karakter-karakter terpujinya. Aspek-aspek ini pula yang menyebabkan Khadijah As mengutus seorang perempuan bernama Nafisah, putri Aliyah, sebagai perantara untuk memberitahukan kesiapannya untuk menikah dengan Muhammad Saw.

Sebagian sejarawan berkeyakinan bahwa Khadijah sendiri yang mengungkapkan hal ini secara langsung kepada Muhammad Saw, dan menurut Ibnu Hisyam, sejarawan terkenal, kepada Muhammad Saw Ia mengatakan, “Wahai putra pamanku! Melalui ikatan kekeluargaan yang terdapat di antara aku dan engkau, serta keagungan dan kehormatan yang ada pada kaummu, serta sifat amanah dan kejujuran yang ada padamu, aku ingin mengatakan secara gamblang padamu bahwa aku berkeinginan untuk menjadi isterimu”.

Nabi menceritakan hal ini kepada pamannya Abu Thalib dan Abu Thalib menyatakan persetujuannya, Nafisah yang menjadi perantara pun menyampaikan kesiapan “Muhammad Amin” kepada Khadijah dan sesudah ini di gelarlah acara pernikahan yang cukup semarak di rumah Khadijah As.

Wanita Muslim Pertama

Dalam penukilan Ali bin Ibrahim – salah seorang muhaddits syiah – dalam menafsirkan ayat, “فاصدع بما تؤمر و اعرض عن المشرکین” mengatakan, “Ayat ini turun di Mekah setelah tiga tahun kenabian Rasulullah Saw dan peristiwanya seperti ini di mana maqom kenabian di turunkan kepada Nabi Saw pada hari senin dan Ali As menjadi muslim pada hari selasa dan setelah itu Khadijah putri Khuwailid isteri Nabi Saw menjadi muslimah(masuk Islam).

Dan dalam penukilan kitab “Tharaf” Sayyid Ibnu Thawus yang meriwayatkan dari kitab Washiyyah Isa bin Mustafad dari hadhrat Musa bin Ja’far dari ayahnya imam Shadiq As bahwa seperti inilah Rasulullah Saw mengajak keduanya kepada Islam dan keduanya bersama-sama beriman dan menerima Islam.

Kelahiran Fatimah As

Imam shadiq As berkata, “Ketika Khadijah memilih Nabi Saw sebagai suami, wanita-wanita Mekah lantaran permusuhan dengan beliau menjauh darinya, mereka bukan hanya tidak mengucapkan salam kepada Khadijah; bahkan mencegah wanita-wanita lainnya berinteraksi dengannya. Olehnya itu timbul ketakutan pada diri Khadijah; tentunya Ia lebih banyak takut jikalau saja mereka merugikan atau mencelakai Nabi Saw.

Sewaktu Khadijah mengandug Fatimah, Fatimah berbicara dengannya dalam perut dan Ia menghibur ibunya serta menganjurkannya untuk bersabar namun kondisi ini di sembunyikannya kepada Nabi hingga suatu hari Nabi masuk dan mendengar Khadijah berbincang dengan seseorang. Nabi melihat di sekelilingnya; namun Nabi tidak melihat siapa pun, kemudian bertanya, “Wahai Khadijah! Dengan siapa engkau berbicara?”, Khadijah dalam menjawab mengisyaratkan bayi yang ada dalam kandungannya dan mengatakan, “Anak yang ada dalam kandunganku berbicara denganku dan menghiburku”, Nabi berkata, “Saat ini pula Jibril mengabarkanku bahwa Ia adalah perempuan. Ia dan keturunannya suci, penuh berkah dan memberkati dan Tuhan akan menjadikan keturunanku darinya. Dari keturunannya akan lahir para imam agama dan Allah Swt setelah terputusnya wahyu, menjadikan mereka sebagai khalifahnya di bumi”.

Kontribusi dan Pengabdian Khadijah As

Khadijah As selama 24 tahun hidup bersama dengan Rasulullah Saw telah memberikan kontribusi dan pengabdian begitu besar kepada Nabi dan agama Islam. Dukungan harta, jiwa dan perasaan kepada Nabi Saw, membenarkan dan mendukung Nabi di saat tidak ada seorang pun yang mendukungnya serta menolong Nabi dalam menghadapi gangguan kaum musyrik merupakan salah satu sudut dari pengabdian penting Khadijah. Setelah menikah dengan Nabi Saw, Khadijah menyerahkan harta miliknya kepada beliau untuk di gunakan sesuai dengan yang di kehendaki Nabi. Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada harta yang paling menguntungkan bagiku seukuran harta Khadijah”.
Khadijah As tidak hanya beriman dari kedalaman jiwa kepada risalah Nabi Saw, melainkan juga membantunya dalam menghadapi berbagai kesulitan dan pengingkaran kaum musyrik dan orang-orang jahat. Selama hidunya, Ia tidak mengizinkan gangguan dan siksaan kaum musyrik menyulitkan Nabi Saw. Ketika Nabi Saw pulang ke rumah dengan setumpuk kesedihan dan musibah, Khadijah kemudian menenangkan hatinya dan menyingkirkan kekhawatiran dari benaknya.

Harta kekayaan Khadijah sejak awal di gunakan sebagai instrumen yang tepat demi kemajuan Islam. Menariknya, bagian terakhir dari harta Khadijah di gunakan oleh Amirul mukminin Ali As dalam perjalanan hijrah ke Madinah.
Perjalanan dan safar mayoritas kaum muslimin menjadi mungkin dengan harta kekayaan Khadijah dan terakhir di gunakan oleh kafilah yang di pimpin Amirul mukminin Ali As.

Wafat Khadijah As

Tiga tahun sebelum hijrah Khadijah As jatuh sakit. Lantaran sakitnya yang semakin parah, Ia berkata, “Wahai Rasulullah! Ada beberapa wasiat dariku, maafkan aku! Aku telah lalai dalam hakmu”.

Nabi Saw berkata, “Aku tak pernah melihat kesalahan darimu, engkau telah berusaha semaksimal mungkin. Engkau teramat lelah di rumahku dan engkau telah menggunakan hartamu di jalan Allah Swt”.

Ia berkata, “Wahai Rasulullah! Wasiat keduaku adalah jagalah putri ini; dan Ia mengisyaratkan Fatimah Az Zahra As, karena setelah kepergianku dia akan menjadi piatu dan terasing. Jangan sampai di antara wanita-wanita Quraisy ada yang mengganggunya. Jangan sampai seseorang menempeleng mukanya. Jangan sampai seseorang meneriakinya. Jangan sampai seseorang beperilaku tidak patut dan keji kepadanya. Adapun wasiat ketiga, aku malu mengatakannya padamu, akan kukatakan kepada Fatimah sehingga Ia nantinya menyampaikannya kepadamu”. Kemudian Ia memanggil Fatimah dan berkata, “Cahaya mataku! Katakan kepada ayahmu Rasulullah; ibuku mengatakan, “Aku takut dengan kubur; aku mohon agar engkau mengafani aku dengan pakaian yang engkau pakai ketika wahyu turun kepadamu”. Fatimah As kemudian keluar dari kamar dan menyampaikannya kepada Nabi Saw. Nabi lalu memberikan pakaian tersebut kepada Khadinjah dan Ia begitu gembira. Ketika Khadijah meninggal, Nabi Saw memandikan dan mengafaninya sendiri. Tiba-tiba malaikat Jibril datang dengan kafan yang di bawanya dari surga dan berkata, “Wahai Rasulullah! Allah Swt mengucapkan salam kepadamu dan berfirman; dia telah menggunakan hartanya di jalan kami dan kami lebih layak untuk menanggung kafannya”.

Khadijah As meninggal dunia di usia 65 tahun pada bulan ramadhan tahun 10 kenabian di luar lembah Abu Thalib. Nabi Saw sendiri yang memandikan dan memberikan hanuth serta mengafaninya dengan kain yang di bawa malaikat Jibril dari Allah Swt. Rasulullah Saw sendiri yang masuk kedalam liang kubur dan meletakkan tubuh Khadijah dan kemudian memasang batu lahad di tempatnya. Beliau meneteskan air mata untuk khadijah, mendoakan dan memohonkan ampunan untuknya. Makam Khadijah As terletak di pekuburan Hajun kota Mekah.
Keutamaan-keutamaan Khadijah As

Di antara fadhilah dan keutamaan Khadijah As adalah suatu maqam di dalam surga yang di janjikan Allah Swt kepadanya. Nabi Saw telah berkali-kali memberitahukan Khadijah tentang masalah ini dan mengatakan, “Di surga engkau mempunyai rumah yang di dalamnya tidak akan engkau lihat kesulitan dan kesengsaraan”. Imam Shadiq As juga berkata, “Ketika Khadijah telah meninggal, Fatimah kecil terlihat tidak sabar dan terus mengelilingi ayahnya serta mencari ibunya. Nabi Saw semakin sedih melihat kondisi putri kecilnya dan berusaha mencari jalan untuk menenangkannya. Fatimah terus-menurus memperlihatkan ketidaksabaran hingga malaikat Jibril turun kepada Nabi dan berkata, “Sampaikan salam kepada Fatimah dan katakan; ibumu di surga hidup dalam suatu rumah yang berdekatan dengan Asia isteri firaun serta Maryam putri Imran”. Ketika Fatimah mendengar ucapan ini, Ia kemudian menjadi tenang dan tidak lagi menampakkan kegusaran.

Khadijah As Dalam Pandangan Ulama-ulama Ahlusunnah 
Ibnu Hajar Asqalani, “Di antara keunggulan-keunggulan Khadijah adalah memuliakan Nabi Saw serta membenarkanucapannya baik sebelum maupun sesudah menjadi utusan Allah Swt.” 

Ibnu Ishaq berkata, “Khadijah adalah seorang yang pertama kali menyatakan iman kepada Allah dan rasul-Nya serta membenarkan segala apa yang di ucapkan Nabi Saw. Allah Swt menghilangkan kesedihan Nabi melalui Khadijah dan memudahkan jalan baginya untuk melanjutkan risalahnya”. Ia menambahkan, “Khadijah bagi Islam adalah menteri kejujuran. Wanita ini berpikiran kedepan, mulia dan cerdas dan Allah Swt memberikan maqam “Bakiru ummati” kepadanya”.

Hisyam bin Muhammad berkata, “Rasulullah Saw bermusyawarah dengan Khadijah dalam berbagai pekerjaan. Ia adalah teman yang jujur dan benar bagi Nabi Saw dan Muhammad Saw menghormatinya”.

Izzuddin Ibnu Atsir, “Khadijah adalah wanita cerdas dan mulia. Semua orang-orang di kaumnya berlomba-lomba meminang untuk menikah dengannya, namun Ia tidak menerimanya dan melalui seseorang menyampaikan kesiapannya untuk menikah dengan Rasulullah Saw”.

Muhammad bin Ahmad Zahabi, “Dia adalah ibu kaum mukminin dan pemimpin wanita seluruh alam di zamannya serta berperan dalam memperkuat misi risalah suaminya serta memberikan harapan kepadanya. Khadijah adalah seorang yang religius, suci, pemurah, mulia dan ahli surga. Nabi Saw memuji isterinya ini dan lebih mengutamakannya dari wanita-wanita mukmin yang lain”.

Abdurrahman bin Jauzi, “lantaran perintah nubuwwah telah jelas, Khadijah lebih dahulu dari yang lain untuk cenderung kepada Nabi. Seluruh putra-putri Nabi Saw di lahirkan oleh Khadijah kecuali Ibrahim”.

Read 2501 times