Peristiwa besar dan bersejarah di sebuah agama atau aliran menjadi indikasi kebenaran agama itu sendiri. Selain itu, peristiwa besar ini dapat menjadi daya tarik bagi manusia untuk memeluk atau mengikuti aliran tertentu. Peristiwa Ghadir Khum dalam hal ini juga tak mendapat pengecualian. Ghadir Khum juga menunjukkan keagungan sejarah Islam dan menjadi penentu kepemimpinan serta masa depan umat Islam.
Sheikh Mufid, salah satu ulama besar Islam di bukunya al-Irsyad menulis, "Setelah peristiwa pertemuan Rasulullah dengan ulama Nasrani Najran dan perisitiwa mubahala, kemudian disusul dengan haji Wada. Tak lama sebelumnya, Rasulullah mengutus Imam Ali bin Abi Talib as ke Yaman untuk mengambil hadiah dan uang yang dijanjikan umat Nasrani Najran. Imam Ali pun kemudian berangkat ke Yaman untuk melakukan tugasnya. Rasulullah tidak menaruh kepercayaan besar kepada selain Imam Ali untuk menjalankan misi tersebut dan tidak ada yang layak kecuali Ali bin Abi Talib...
"...Di hari-hari seperti ini, Rasulullah mengumumkan kepada umat Islam untuk melakukan ibadah haji. Pada tanggal 25 Zulka'idah, Rasul bersama rombongan besar keluar meninggalkan Madinah menuju Mekah. Bersamaan dengan itu, Rasulullah menulis surat kepada Imam Ali dan memintanya langsung menuju Mekah. Namun Rasul tidak menjelaskan bentuk hajinya kali ini. Ali bin Abi Talib yang menerima surat Nabi, bersama pengawalnya langsung bertolak ke Mekah. Ali sangat rindu untuk bertemu dengan junjungannya dan dengan tak sabar memacu kudanya menuju Mekah. Bahkan ia meninggalkan pasukannya dan menuju Mekah dengan cepat sehingga berhasil menyusul rombongan Nabi sebelum memasuki Mekah...
"...Seraya terlihat kegembiraan di wajah Nabi ketika menyaksikan kedatangan Imam Ali, Rasulullah bertanya kepadanya, Wahai Ali! Dengan niat apa kamu memakai baju ihram? Ali menjawab, karena tidak mengetahui niat Anda, maka di dalam hatiku aku berkata, Ya Allah! Aku memakai baju ihram sesuai dengan niat Nabimu. Rasulullah kemudian meneriakkan takbir dan berkata, Wahai Ali! Kamu bersama-sama saya dalam menunaikan ibadah haji dan kurban." Ini merupakan haji terakhir Nabi dan awal berliku dari penetapan Imam Ali as sebagai pengganti Rasulullah Saw.
Hidayah umum adalah ketentuan paten dan urgen. Berdasarkan ketentuan ini, sarana bagi kesempurnaan setiap makhluk sejak pertama kali diciptakan telah ditentukan. Dengannya setiap makhluk akan meniti jalan menuju kesempurnaan. Manusia pun tak luput dari ketentuan ini. Namun umat manusia terdiri dari sekumpulan besar individu, di mana pengaturannya membutuhkan seorang pemimpin. Sebuah masyarakat tanpa pemimpin akan berantakan dan kacau balau. Oleh karena itu, Islam tidak membiarkan masyarakat muslim hampa dari seorang pemimpin yang layak.
Al-Quran di berbagai ayatnya telah mengisyaratkan masalah imamah dan pemimin yang ditentukan oleh Allah Swt. Di ayat 124 surat al-Baqarah Allah Swt terkait Nabi Ibrahim as berfirman, "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".
Di ayat lain, ketika Nabi Musa as memohon kepada Allah Swt untuk menunjuk Harun, saudaranya menjadi penggantinya, Allah Swt di surat Taha ayat 36 berfirman, "Apa yang kamu minta tela Kami kabulkan." Nabi Dawud as termasuk salah satu nabi yang diangkat menjadi pemimpin makhluk di dunia. Di ayat 26 surat as-Sad, Allah berfirman, "Wahai Daud! Kami telah menganugerahimu kedudukan khalifa di bumi di antara makhluk, maka jalankan kepemimpinanmu dengan benar." Allah swt di berbagai ayat ini menjelaskan bahwa Ia menunjuk seorang pemimpin untuk membimbing masyarakat dengan izin-Nya.
Wilayah dan kepemimpinan di Islam tidak hanya berarti mengatur kehidupan sehari-hari masyarakat. Kepemimpinan di Islam adalah pemimpin fisik dan hati serta menajemen kalbu manusia. Islam memberikan ajaran pasti untuk mengatur kehidupan manusia. Selain mengatur kehidupan sehari-hari masyarakat, Islam juga menentukan misi lain bagi seorang pemimpin yakni membimbing manusia untuk menggapai kesempurnaan hakiki. Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Wilayahyang menjadi simbol pemerintahan, sistem sosial dan politik Islam memiliki arti mendalam...jelas dan spiritual yang diambil dari wilayah Allah Swt. Olehl karena itu, di pemerintahan Islam, Wali (pemimpin) tidak dapat dipisahkan dari rakyat.... Ghadir adalah hari raya Wilayah (kepemimpinan), politik dan partisipasi rakyat di pemerintahan."
Sejatinya peristiwa Ghadir adalah upaya Rasul untuk mencegah gelombang instabilitas menerpa masyarakat Islam dan menyelamatkan umat dari perebutan kekuasaan. Di sisi lain, Rasul mendapat perintah dari Allah Swt untuk mengumumkan penggantinya setelah beliau meninggal kepada umatnya. Nabi Saw di Ghadir Khum, usai menunaikan ibadah haji Wada mengangkat Imam Ali sebagai penggantinya dan pemimpin umat.
Rasul berkata :" Wahai Kaum Muslim! Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan aku adalah Maula semua orang-orang beriman," Lalu ia merengkuh tangan Ali dan mengangkatnya ke atas. la berseru: "Barang siapa mengangkatku sebagai Maula, maka Ali adalah Maulanya pula (ia mengulang sampai tiga kali) Ya, Allah! Cintailah orang yang mencintainya dan musuhilah orang-orang yang memusuhinya. Bantulah orang-orang yang membantunya. Selamatkanlah orang-orang Yang menyelamatkannya, dan jagalah kebenaran dalam dirinya ke mana pun ia berpaling! (artinya, jadikan ia pusat kebenaran).
Ali adalah putra Abu Thalib, saudaraku, Washi-ku, dan penggantiku (khalifah) dan pemimpin sesudahku. Kedudukannya bagiku bagaikan kedudukan Harun bagi Musa, hanya saja tidak ada Nabi setelahku. la adalah pemimpin kalian setelah Allah dan Utusan-Nya."
"Hai, kaum Muslimin! Sesungguhnya Allah telah menunjuk dia menjadi pemimpin kalian. Ketaatan padanya wajib bagi seluruh kaum Muhajirin dan kaum Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan dan penduduk kota dan kaum pengembara, orang-orang Arab dari orang-orang bukan Arab, para majikan dan budak, orang-orang tua dan muda, besar dan kecil, putih dan hitam."
"Perintahnya harus kalian taati, dan kata-katanya mengikat serta perintahnya menjadi kewajiban bagi setiap orang yang meyakini Tuhan yang satu. Terkutuklah orang-orang yang tidak mematuhinya, dan terpujilah orang-orang yang mengikutinya, dan orang-orang yang percaya kepadanya adalah sebenar-benarnya orang beriman. Wilayahnya (keyakinan kepada kepemimpinannya) telah Allah, Yang Maha kuasa dan Maha tinggi, wajibkan."
Rasul selama hidupnya juga kerap menjelaskan kepada umat Islam keutamaan Imam Ali bin Abi Talib. Riwayat dari Ibnu Abbas, Khuzaifah dan Aisyah menunjukkan bahwa Ali bin Abi Talib di zamannya adalah paling utamanya makhluk setelah Rasulullah. Dalam hak ketakwaan, keberanian dan kecerdasan tidak ada yang mengalahkan Ali.
Rasulullah Saw bersabda, "Saya bersumpah demi jiwaku yang berada di tangan-Nya! Ali dan pengikutnya akan beruntung di Hari Kiamat kelak." Saat itu, turunlah ayat ketujuh surat al-Bayyinah yang menyebutkan, "Orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh adalah paling baiknya makhluk Tuhan." Setelah turunnya ayat ini, para sahabat ketika melihat Ali bin Ali Talib mengatakan, Khairul Bariyyah.
Dengan demikian Ghadir kian penting dengan diangkatnya Imam Ali sebagai pengganti Nabi dan hari itu menjadi hari raya umat Islam. Karena di hari ini Allah Swt telah menyempurnakan agama Islam dan nikmat-Nya. Oleh karena itu, umat Islam harus bersyukur atas nikmat besar ini dan saling mengucapkan selamat atas diangkatnya Imam Ali sebagai pengganti Nabi.