“segala sesuatu memiliki alat dan perkakas; sedangkan alat dan perkakas orang mukmin adalah akal. Segala sesuatu memiliki kendaraan, dan kendaraan seseorang adalah akal. Segala sesuatu memiliki tiang, dan tiang agama adalah akal. Setiap kaum memiliki tujuan, dan tujuan para hamba adalah akal. Setiap kaum memiliki pemimpin, dan pemimpin para ahli ibadah adalah akal. Setiap pedagang memiliki barang dagangan, dan barang dagangan para mujtahid adalah akal. Setiap penghuni rumah memiliki penjaga, dan penjaga orang2 yang benar adalah akal. Setiap kerusakan memiliki pembangunan, dan pembangunan akhirat adalah akal. Setiap orang memiliki keutamaan yg disematkan kepadanya, dan keutamaan orang2 yang benar yang disematkan kepadanya adalah akal. Setiap perjalanan memiliki tenda, dan tenda orang2 mukmin adalah akal. (Muhammad saaw)
Telah banyak defenisi diberikan oleh para ahli, baik secara etimologis atau terminologis tentang akal. Beragam defenisi yang dibuat menunjukkan akal merupakan suatu yang kudus (suci) yang berfungsi menangkap berbagai realitas dan mengambil sisi terbaik dari realitas itu, serta mencegah manusia dari tindakan penyelewengan.
Ibnu Faris misalnya, dalam Maqayis al-Lughah mengartikan akal sebagai sesuatu yang menahan seseorang dari perbuatan dan perkataan yang tercela. Sedangkan Ibrahim Madkour dalam al-Mu’jam al-Falsafi, mengemukakan al-Aql (akal) adalah daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia yang dengannya segala sesuatu dapat diserap. Ia merupakan anugerah Allah yang terbesar untuk manusia. Di bawah pancaran akalnya manusia dapat membedakan yang benar dan yang batil, bersih dan kotor, bermanfaat dan mudharat, serta baik dan buruk.
Jika kita menganalisis al-Quran, memang kata al-aql (dalam bentuk kata benda) tidak ditemukan dalam satu ayatpun. Yang ada adalah dalam bentuk kata kerja (fi’il), dalam arti perintah penggunaan akal, terdapat 49 kali yaitu :
1. ‘Aqaluhu sebanyak satu kali yaitu dalam Q.S. al-Baqarah: 75
2. Ta’qilun sebanyak 24 kali yakni dalam Q.S. al-Baqarah: 44, 73, 76,242; Ali Imran: 65,118; al-An’am: 32,151; al-A’raf: 169; Yunus: 16; Hud: 51; Yusuf: 2, 109; al-Anbiya: 10,57; al-Mukminun: 80, An-Nur: 61; al-Syuara: 28; al-Qashas: 60; Ya Sin: 62; al-Shaffat: 138; Ghafir: 67; al-Zukhruf: 3; al-Hadid: 17.
3. Na’qilu disebutkan satu kali yaitu Q.S. al-Mulk: 10
4. Ya’qiluha disebutkan satu kali yakni Q.S. al-Ankabut: 43
5. Ya’qilun (positif) /La ya’qilun (negatif) sebanyak 22 kali baik dalam yaitu Q.S. al-Baqarah: 164, 170, 171; al-Maidah: 58,103; al-Anfal: 22; Yunus: 42,100; al-Rad: 4; al-Nahl: 12,67; al-Hajj: 46; al-Ankabut: 35, 63; al-Rum: 24,28; Ya Sin: 68; al-Zumar: 43; al-Jasiyat: 5; al-Hujurat: 4; al-Hasyr: 14.
Selain kata-kata tersebut di dalam al-Quran terdapat kata-kata yang juga menunjukkan aktifitas akal yakni berpikir seperti nazhara, tadabbara, tafakkara, tazakkara, fahima, faqiha. Kemudian terdapat pula sebutan-sebutan yang memberi sifat berpikir bagi seorang muslim seperti ulul al-bab, ulul ilm, ulul abshar,dan ulul nuha. Dengan demikian, ayat-ayat al-Quran memberikan penghargaan tinggi kepada akal.
Al-Quran menunjukkan bahwa pengisi neraka jahanam adalah kelompok jin dan manusia yang tidak menggunakan akalnya dengan baik. “Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (Q.S. al-A’raf : 179)
Selain itu al-Quran juga menegaskan bahwa petunjuk diberikan kpeada orang yang menggunakan akalnya. “Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, ..yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang- orang yang mempunyai akal. (QS. Az-Zumar : 17-18)
Bahkan al-Quran menegaskan bahwa hanya orang yang berakal yang memperhatikan al-Quran dan alam semesta dengan seksama :
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (Q.S. Muhammad : 24)
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj : 46)
wallahu a'lam
Tadarus Ramadhan 5: Akal Menurut Pandangan Wahyu
Published in
Acara Khusus Bulan Ramedhan