Implikasi dari puasa selama bulan Ramadhan adalah peningkatan semangat persahabatan di antara orang-orang yang berpuasa.
Bulan Ramadhan, bulan kesalehan dan ketakwaan, bulan persahabatan dengan Tuhan dan bulan mensucikan diri manusia. Di bulan ini, pintu rahmat Tuhan terbuka untuk orang-orang percaya dan hamba-hamba Allah lebih dari sebelumnya, dan Allah memandang para hamba dengan rahmat. Semua orang mukmin berusaha untuk mendapatkan belas kasihan Tuhan sebanyak mungkin di bulan Ramadhan dengan bertindak atas perintah ilahi dan melangkah ke arah perintah ilahi. Ajaran Islam menekankan bahwa puasa bukan hanya bukan untuk makan atau minum, tetapi semua badan lahirian dan batim manusia harus berpuasa di bulan ini dan menjauhkan diri dari dosa di semua tahap dan tingkat kehidupan dan mengambil langkah di jalan ilahi dan melakukan perbuatan baik.
Pada bulan suci Ramadhan, semua orang yang berpuasa menjadi tamu Allah. Karena itu, mereka harus hadir dalam perjamuan ini dengan motif yang jelas dan ilahi. Umat Islam, di hari-hari penuh kebajikan Ramadhan, menghabiskan waktu di saat-saat spiritual bersama dengan puasa, menunjukkan kesabaran dan ketekunan dalam tubuh mereka, untuk meraih kebahagiaan abadi di sisi Allah yang Maha Esa.
Para sosiolog dan psikolog percaya bahwa Ramadhan menyediakan platform untuk indikator kebenaran, kejujuran, persahabatan dan kesejahteraan sosial, yang menghasilkan dinamika masyarakat, memperkuat kepercayaan sosial di antara anggota keluarga dan lembaga sosial lainnya dan mengurangi bahaya dan penyimpangan.
Dr. Majid Abhari, pakar perilaku manusia percaya bahwa suasana spiritual Ramadhan adalah platform yang cocok untuk melepaskan diri dari kejahatan. Karena ketika seseorang berjam-jam menahan lapar dan haus demi keridaan Tuhan, ia tidak lagi cenderung untuk menghancurkan nilai-nilai moral. Oleh karena itu, kejahatan telah berkurang secara signifikan dan, dalam konteks suasana ulama Ramadhan, orang menemukan lebih banyak keinginan untuk mendukung yang membutuhkan, berempati dengan orang miskin dan membantu sesama manusia, dan mencoba memenuhi standar moral bulan ini karena manifestasi dari filosofi puasa.
Bulan ini, tidak hanya mereka yang berpuasa terikat untuk melakukan beberapa tindakan dan perilaku, tetapi perubahan tertentu terjadi pada semua orang. Kebaikan hati, moral yang baik, saling membantu dan menghormati moralitas dalam pertemuan dan ini mengkonfirmasikan hal penting.
Karena hubungan yang lebih kuat antara manusia dan Allah selama bulan Ramadhan, ada efek positif pada perilaku manusia yang menyebabkan orang menjauh dari perilaku membosankan setiap hari, dan bahkan perilaku non-sosial mereka, dalam waktu satu bulan dengan berlatih dan memperkuat spiritualitas Menurut penelitian, jumlah kenakalan di negara-negara Islam selama bulan Ramadhan telah menurun secara signifikan, dan karena perkembangan pemikiran, perilaku juga telah berubah, dan perilaku non-sosial di bulan ini dapat dikendalikan lebih baik daripada bulan-bulan yang lain.
Kondisi khusus bulan Ramadhan membuat spiritualitas lebih kuat di tengah masyarakat, dan iklim lingkungan yang mengatur bulan ini mengurangi kejahatan dan pelanggaran. Di sisi lain, menghindari hal-hal tertentu seperti konsumsi berlebihan dalam mengkonsumi makanan duniawi menyebabkan kekuatan manusia melemah, dan sebagai hasilnya, kecenderungan untuk berbuat buruk menjadi berkurang dan manifestasi penting dari kondisi ini adalah berkurangnya kemarahan di masyarakat dan kejahatan juga menurun.
Tanpa basa-basi dan keikhlasan seseorang termasuk hasil dari seseorang yang berpuasa dan para ahli percaya bahwa ini adalah salah satu penyebab utama menurunnya kerusakan sosial selama bulan Ramadhan. Banyak kejahatan mikro terjadi sebagai akibat dari kelalaian dan ketidaktahuan, sehingga pelaku tidak berencana untuk melakukan sesuatu yang salah, tetapi sesaat kemarahan dan kehilangan kontrol pribadi menyebabkan kelainan seperti perselisihan, pencurian dan bahkan pelanggaran mengemudi. Akibatnya, tingkat pengurangan kejahatan semacam itu lebih jelas selama bulan Ramadhan, tetapi bulan ini kami juga melihat pengurangan dalam kejahatan kekerasan, yang menunjukkan bahwa bahkan mereka yang melakukan kejahatan kekerasan ini sebagian mematuhi ritual keagamaan, dan bulan ini mereka menghentikan kejahatan tertentu dan dosa. Karena perilaku mementingkan diri mereka berkurang.
Meskipun sejauh ini, penelitian telah dilakukan tentang efek puasa pada tubuh, evaluasi ilmiah tentang pengaruh kewajiban ini terhadap peningkatan mental adalah masalah yang tidak boleh dilupakan. Penelitian tentang hubungan antara kesehatan mental dan puasa di Iran menunjukkan penurunan kecemasan, depresi, bunuh diri dan ... di bulan ini.
Abbas Islami, profesor sosiologi dan akademisi menganggap puasa sebagai faktor kohesi sosial dan solidaritas, karena hal itu menciptakan empati dan partisipasi di antara orang-orang di satu sisi dan, di sisi lain, meningkatkan kohesi sosial. Karena setiap orang memperlakukan nilai tunggal, mereka melakukan tindakan yang sama, yang pada akhirnya mengarah pada semacam empati dan konvergensi sosial.
Partisipasi dan konvergensi dari berbagai kelas masyarakat dan tingginya kehadiran di masjid dan pembacaan al-Quran secara kolektif pada masa-masa ini adalah semacam konsensus sosial, dan perilaku semacam ini tidak banyak disaksikan di dunia.
Abbas Islami menunjukkan bahwa selama bulan Ramadhan, peningkatan kegiatan kolektif seperti menghadiri upacara buka puasa dan upacara keagamaan lainnya, akan memperkuat lingkaran sosial, dikatakan bahwa ini akan mengarah pada peningkatan kohesi sosial, yang merupakan puncak dari hari raya Idul Fitri.
Fondasi keagamaan yang berasal dari inti fondasi budaya, karena mereka berakar pada prinsip-prinsip sejati dan keyakinan mendalam masyarakat, memunculkan kondisi tertentu di mana masyarakat berubah menjadi perilaku yang lebih etis, disertai dengan hati nurani yang lebih luas. Pada dasarnya agama memiliki semua aspek etika, hati nurani dan rasionalitas, dan bulan suci Ramadhan adalah manifestasi dari ritual keagamaan, sehingga wajar bagi masyarakat untuk lebih sensitif terhadap perilakunya di bulan ini.
Manusia membutuhkan motivasi internal dan eksternal untuk melakukan semua hal baik atau buruk. Berbeda dengan motif spiritual, seperti melakukan kewajiban dan meninggalkan yang haram, ada motif negatif, seperti naluri manusia, murka, hobi, keegoisan, dan cinta dunia, yang mengarahkan manusia pada kejahatan dan tindakan anti-spiritualitas. Memperkuat iman membuat orang menjauh dari kelainan. Jika iman diperkuat pada saat yang sama dan hasrat emosional berkurang, seseorang tidak melakukan kesalahan.
Sosiolog dan ahli patologi sosial percaya bahwa penekanan orang pada kepatuhan terhadap moralitas dan kaitannya dengan efek spiritualitas selama Ramadhan secara signifikan mengurangi jenis-jenis anomali sosial.
Mengurangi kejahatan dan kenakalan sosial selama bulan suci Ramadhan adalah janji ilahi bahwa Allah telah berjanji kepada manusia dalam ayat 183 dari surat al-Baqarah.
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Takwa dalamarti menahan diri dari dosa. Sebagian besar dosa berasal dari dua akar kemarahan dan nafsu. Dan puasa akan mencegah intensitas dari kedua naluri ini, dan dengan demikian mengurangi perbuatan buruk dan menambah takwa.
Namun, komunitas religius dan qurani siap bangkit dan bergerak selama bulan suci Ramadhan. Karena, berkat aliran spiritualitas, banyak polusi dan kejahatan di masyarakat berkurang, dan motif kriminal dihilangkan dan disediakan sarana bagi perbaikan masyarakat.