Hari ini tanggal 21 Ramadhan adalah hari kesyahidan Imam Ali bin Abi Thalib as. Di malam ini seorang pria yang orang-orang terdahulu tidak pernah mencapai hakikatnya dan orang-orang kemudian tidak akan ada yang menyamainya, telah meninggal dunia.
Tokoh agung yang hidupnya adalah kunci segala kebaikan, dan jika masyarakat menerimanya, maka nikmat Tuhan akan menjadi milik mereka, tapi mereka tidak bersyukur atas nikmat Allah Swt dan lebih memilih dunia daripada akhirat. Maka demikianlah akhirnya, dunia kehilangan nikmat memiliki Ali as dan keberkahan hidup di bawah naungan iman dan lautan ilmunya.
"Demi Tuhan, pilar-pilar hidayah telah runtuh dan tanda-tanda ketakwaan sudah terhapus, dan tali kokoh yang menghubungkan Sang Pencipta dengan mahluk telah putus. Putra paman Al Mustafa Saw telah dibunuh, Ali Al Murtadha telah syahid dan orang paling bengis telah membuatnya syahid".
Ini adalah suara ghaib yang terdengar di seluruh penjuru kota Kuffah dan mengabarkan tentang bencana besar kepada dunia. Ia memberitahu bahwa kemanusiaan sudah kehilangan ayahnya, bahwa anak-anak Adam tidak tahu berterimakasih, pilar terkokoh hidayah Tuhan yang tegak untuk menyelamatkan mereka telah runtuh dan setelah itu, setiap detik fragmen sejarah umat manusia di muka bumi akan diselimuti keterasingan dan kegelapan.
Dua hari tubuh Ali as terbaring menanggung derita, dan Kuffah tidak lagi tenang dan nyaman seperti dulu. Ya, kota Kuffah yang berulangkali membuat Ali menderita sehingga membuat pemimpin dunia paling penyayang itu mengangkat kedua tangannya ke langit dan berkata, "Ya Allah, kirimkanlah kepadaku seorang yang lebih baik dari mereka dan kirimlah untuk mereka orang yang lebih buruk dariku".
Ya, merekalah orang-orang yang malas dan karena kelalaiannya, telah mempersempit ruang dan waktu Imam Ali as, sekarang mereka cemas dan bertanya-tanya, apa yang akan terjadi kepada mereka tanpa Ali, tanpa semua kebaikannya, tanpa keberaniannya, tanpa keadilannya, tanpa tekad baja dan pedang tajamnya, tanpa wujud bercahayanya ?
Di sisi lain, para sahabat Imam Ali, yaitu mereka yang mengangkat pedang untuk membela pemimpinnya dan mentaati sepenuh jiwa perintahnya, tidak tenang dan menangis di rumah beliau.
Laki-laki dan perempuan yang tidak pernah melupakan hari Ghadir Khum dan seruan Nabi Muhammad Saw yang mengambil baiat dari semua untuk kepemimpinan Ali dan bersabda, "Barangsiapa yang menganggap diriku pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya".
Kekhawatiran para sahabat Imam Ali berbeda dengan kecemasan warga Kuffah. Mereka mengkhawatirkan masyarakat Muslim, mencemaskan warisan Nabi Muhammad Saw dan mencemaskan peradaban besar yang dibangun Rasulullah Saw, dan kekhawatiran tentang ketidaktahuan serta kemalasan umat yang telah meruntuhkan pilar-pilar. Mengkhawatirkan apa yang akan terjadi dengan sejarah umat manusia, tanpa kehadiran Ali.
Di tengah orang-orang yang menanti gelisah di pintu rumah Ali, ada sebagian yang merasakan lautan kasih sayang Ali lebih dari yang lain, mereka adalah anak yatim dan fakir miskin Kuffah. Anak-anak yatim yang muka mereka dibasahi air mata dan tampak begitu pucat bersandar di balik pintu rumah Ali, adalah pemandangan paling menyayat hati dari adegan sejarah yang terjadi dalam dua hari ini. Anak-anak yang membawa satu-satunya yang dimiliki yaitu semangkuk susu untuk Ali, ayahnya anak-anak yatim, dan berharap semoga beliau bisa bertahan hidup, tapi tidak.
kesyahidan Imam Ali as
Dalam dua hari ini, Imam Ali tebaring di tempat tidurnya dan tidak membiarkan masyarakat menemuinya karena khawatir mereka akan semakin cemas. Satu persatu dari mereka memberi salam dan dalam kondisi sangat lemah akibat racun yang bahkan menyebar hingga ke kaki beliau, kepada masyarakat berkata, "Bertanyalah kepadaku, mintalah kepadaku sebelum kalian kehilanganku, namun pertanyaan yang pendek". Ali tidak pernah sekalipun melepaskan tangannya untuk menghidayahi masyarakat, dan selalu ingin agar mereka menikmati lautan ilmunya.
Namun karena banyaknya yang hadir dan kondisi Imam Ali yang terus memburuk, tanya jawab itu tidak pernah terjadi, tapi beberapa orang sahabat khusus Imam Ali berhasil menemui beliau di akhir hidup beliau. Salah satu dari mereka adalah Habib ibn Amr. Ia berkata, saya masuk ke rumah Imam Ali dan saya melihat salah satu putri beliau menangis. Akupun menangis karena tangisannya. Mendengar tangisan itu, orang-orang yang berada di luar tak kuasa menahan tangis mereka.
Imam Ali membuka matanya dan berkata, jika engkau melihat apa yang aku lihat, niscaya engkau tidak akan menangis. Aku bertanya, wahai Imam apa yang anda lihat ? Imam Ali menjawab, aku melihat malaikat-malaikat Tuhan, malaikat langit, semua nabi dan rasul yang sedang berbaris dan memberi salam serta meyambutku. Aku melihat Rasulullah Saw duduk di sisiku dan berkata kemarilah Ali, cepat kemari, dunia yang menantimu sangat lebih baik daripada dunia yang engkau tinggali sekarang.
Saat tabib mengaku menyerah tidak bisa menyembuhkan luka yang dideritanya, Imam Ali lalu memanggil Imam Hassan dan mulai menyampaikan wasiatnya. Di antara wasiat Imam Ali itu adalah, "Aku berwasiat kepadamu untuk bertakwa dan takut kepada Allah Swt, dan tidak mengejar dunia, sekalipun dunia menginginkanmu, dan aku berwasiat kepadamu agar tidak bersedih karena kehilangan harta dunia dan katakanlah semua yang benar dan hak, dan bekerjalah untuk pahala akhirat, musuhilah para penindas dan bantulah mereka yang tertindas".
Di bagian lain wasiat Imam Ali disebutkan, "Demi Tuhan, Demi Tuhan, anak-anak yatim, jangan sampai menangis dan tidak ada yang mengurus. Demi Tuhan perhatikan tetanggamu, Rasullah Saw sangat menganjurkan untuk memperhatikan tetangga sehingga kami kira beliau ingin menjadikan mereka sebagai salah satu penerima waris, Demi Tuhan ingatlah Al Quran, jangan sampai orang lain mendahului kamu dalam mengamalkannya, Demi Tuhan, ingatlah shalat, ia adalah tiang agamamu, Demi Tuhan, ingatlah Ka'bah, rumah Tuhan, jangan sampai haji ditinggalkan, jika sampai ditinggalkan maka tidak akan diberi kesempatan lagi dan orang lain akan memangsa kalian....".
Makam Suci Imam Ali bin Abi Thalib as di kota Najaf, Irak
Ini adalah sebagian wasiat Imam Ali kepada Imam Hassan, meski pendek namun pesan kemanusiaan, ibadah dan jalan kesempurnaan untuk umat manusia terkandung di dalamnya. Sungguh merugilah orang-orang yang tidak pernah mendengar pesan terakhir Imam Ali dan mengamalkannya.
Selesai memberikan wasiat, Imam Ali kembali pingsan dan saat membuka mata beliau berbicara kepada Imam Hassan tentang kain kafan dan penguburannya, beliau meminta putranya itu untuk menguburkan jenazahnya di malam hari, tanpa ada orang tahu, di luar kota Kuffah.
Bagi orang yang bertahun-tahun berkhianat kepada Imam Ali dan mencaci maki serta menghina beliau di mimbar-mimbar, bukan tidak mungkin untuk membongkar makam beliau kelak. Namun kehendak Allah Swt berkata lain, bukan saja dihormati, disanjung dan dimuliakan, nama Imam Ali dikenal luas seluruh manusia baik Muslim maupun non-Muslim hingga saat ini.
Sesaat kemudian Imam Ali memalingkan wajah sucinya kepada putra-putri beliau dan berkata, tidak lama lagi fitnah-fitnah akan mengampiri kalian dari segala penjuru, dan orang-orang munafik dari umat ini akan melampiaskan dendam lamanya kepada kalian, dan mereka akan menuntut balas kepada kalian, maka aku minta kalian bersabar, karena buah dari sabar adalah kebaikan.
Lalu beliau berkata kepada Imam Hussein, "Wahai Aba Abdillah engkaulah syahid umat ini, maka aku berwasiat agar engkau selalu bertakwa dan bersabar atas segala musibah".
Setelah mengucapkan kata-kata ini, Imam Ali kembali tak sadarkan diri, sesaat kemudian beliau sadar dan berkata, saat ini Rasulullah Saw dan pamanku Hamzah serta saudaraku Jafar berada di sampingku dan berkata, cepatlah bergabung dengan kami, kami sangat ingin bersamamu.
Kemudian beliau melihat semua anggota keluarganya dan berkata, aku titipkan kalian semua kepada Allah Swt, Allah menuntun kalian semua di jalan kebenaran dan melindungi kalian dari musuh. Beliau melanjutkan, salam untuk kalian dari para rasul dan Tuhanku, lalu membacakan ayat ini, لِمِثْلِ هَـٰذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ (ayat 61 Surat As Shaffat) " Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja", juga ayat ini, إِنَّ اللَّـهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوا وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ (ayat 128 Surat An Nahl) " Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan."
Kemudian tampak dahi suci beliau berkeringat dan beliau mulai berzikir dan menghadap kiblat, serta menutup kedua matanya, tangan dan kakinya menghadap kiblat, beliau bersaksi atas keesaan Allah Swt dan kenabian Muhammad Saw, lalu menyambut panggilan Tuhan Semesta Alam.
Setelah kesayhidan Imam Ali, Imam Hassan berkhutbah di hadapan masyarakat, setelah mengucapan puji syukur kepada Allah Swt beliau berkata, malam ini seorang lelaki telah meninggal dunia, tidak ada orang terdahulu yang mencapai hakikatnya dan tidak ada orang kemudian yang bisa menyamainya.
Dia adalah orang yang di sebelah kanannya Jibril dan sebelah kirinya Mikail. Aku bersumpah kepada Tuhan, ia meninggal di malam meninggalnya Musa bin Imran dan di malam ketika Isa diangkat ke langit dan Al Quran diturunkan. Ketahuilah, beliau tidak meninggalkan apapun selain 700 dirham yang disimpannya, ridha Allah Swt semoga selalu bersamamu wahai Amirul Mukminin.
Aku bersumpah, hidupnya adalah kunci segala kebaikan dan seandainya masyarakat menerimamu, maka mereka akan diberkahi nikmat-nikmat Ilahi, tapi mereka tidak mensyukuri nikmat itu dan lebih memilih dunia daripada akhirat.