Wawancara Menlu Iran dengan CBS

Rate this item
(0 votes)

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran menyebut sanksi Amerika Serikat baru-baru ini terhadap sejumlah individu dan lembaga Iran sebagai langkah yang sangat keliru. Ia menambahkan bahwa Tehran masih menghormati kesepakatan nuklir sementara yang ditandatangani dengan Kelompok 5+1 (Rusia, Cina, Inggris, Perancis, Amerika Serikat ditambah Jerman).

Mohammad Javad Zarif dalam wawancaranya dengan CBS News yang dipublikasikan pada Ahad (15/12) mengatakan, sanksi baru AS adalah sebuah langkah yang sangat salah. Pernyataan tersebut dilontarkan Menlu Iran setelah Departemen Keuangan ASpada tanggal 12 Desember mengeluarkan sanksi baru terhadap sejumlah perusahaan dan individu yang diduga membantu program nuklir Iran.

Sanksi tersebut diterapkan ketika Iran dan Kelompok 5+1 pada tanggal 24 November telah mencapai kesepakatan nuklir sementara di Jenewa yang menjamin tidak adanya sanksi baru terhadap Tehran selama enam bulan ke depan. Bahkan berdasarkan kesepakatan tersebut, Kelompok 5+1 harus mencabut sejumlah sanksi sebagai imbalan kesediaan Iran untuk membatasi aspek-aspek tertentu dari aktivitas nuklirnya selama enam bulan mendatang. Perjanjian interim tersebut juga bertujuan untuk membuka jalan bagi resolusi akhir untuk mengakhiri perselisihan antara Barat dan Iran atas program nuklir negara itu..

Menurut Menlu Iran, proses tersebut telah "tergelincir" meskipun proses itubelum mati. Ia mengatakan, "Kami berusaha untuk menempatkannya kembali di jalur dan memperbaiki jalan, serta melanjutkan negosiasi, karena saya yakin ada banyak yang harus dipertaruhkan untuk semua orang." Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Marzieh Afkham pada tanggal 13 Desember mengecam sanksi baru AS dan menyebutnya sebagai langkah yang "tidak konstruktif, repetitif dan tidak berguna. Ia mengatakan bahwa pemerintah Washingon bertanggung jawab penuh atas konsekuensi dari tindakan tidak bijaksana tersebut .

Yang jelas, hingga kini masih banyak masalah mengenai kesepakatan nuklir antara Iran dan Kelompok 5+1 yang harus ditangani. Sebab, tujuan akhir dari kesepatakan itu adalah sebuah perjanjian komprehensif. Oleh karena itu, Menlu Iran dengan jelas mengatakan bahwa Tehran komitmen terhadap kesepakatan sementara untuk melanjutkan negosiasi jangka panjang. Penegasan Zarif tersebut berarti bahwa Iran dalam kerangka membangun kepercayaan dan menghapus beberapa ambiguitasyang ada ingin kekhawatiran Barat atas program nuklirnya terhapus dan hak-hak penuh bangsa Iran terjaga.

 

Tentunya upaya itu akan bergerak maju dengan adanya langkah-langkah seimbang dan itikad baik dari semua pihak dalam perundingan. Oleh karena itu, jika komponen utama yaitu saling percaya telah hilang maka langkah berikutnya tidak mungkin lagi dapat diambil.

 

Ketika Menlu Iran ditanya apakah dirinya memiliki informasi tentang Robert Levinson, seorang warga Amerika yang hilang di Iran pada tahun 2007, ia mengatakan, "Saya tidak tahu. Apa yang kami tahu adalah dia tidak dipenjara di Iran. Kami tidak memiliki jejak dia di Iran."

 

Pertanyaan tersebut dilontarkan kepada Zarif menyusul laporan AP pada tanggal 12 Desember bahwa Levinson sebenarnya telah direkrut oleh agen mata-mata AS (CIA) untuk menjalankan operasi spionase ilegal. Namun pensiunan agen FBI itu hilang selama pergi ke selatan Pulau Kish Iran di Teluk Persia pada Maret 2007.CIA telah membayar 2,5 juta dolar kepada keluarga Levinson dalam upaya untuk mencegah gugatan di pengadilan.

Read 1403 times