Rencana penambahan anggaran Rp10 triliun untuk dana riset yang diungkapkan oleh Hatta Rajasa dalam debat calon wakil presiden, Minggu 29 Juni lalu, bak hembusan angin surga bagi lembaga yang membutuhkan dana segar dalam kegiatan risetnya. Salah satunya adalah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
 
Ketua Lapan Thomas Djamaluddin mengatakan hal itu tentu bisa membuka peluang bagi Indonesia untuk menciptakan teknologi yang dapat mendorong kemandirian bangsa.
 
"Saat ini, anggaran litbang untuk keseluruhan IPTEK itu 11,7 triliun. Bila itu ditambah berarti dua kali lipatnya, tentu itu akan menjadi pendorong yang signifikan," ujar Thomas ketika dihubungi VIVAnews, Selasa 1 Juli 2014.
 
Namun, bila dilihat dari cita-cita IPTEK itu sendiri, Thomas menjelaskan yang sesuai adalah satu persen dari Gross Domestic Product (GDP). "Saat ini kan masih 0,1 persen dari GDP," imbuhnya.
 
Problematika yang dihadapi oleh lembaga riset itu, ungkap Thomas, sering terganjal dengan kurangnya anggaran dan sumber daya manusia yang tersedia.
"Untuk tahun ini, anggaran Lapan sekitar Rp690 miliar," keluhnya.
 
Hal itu merupakan total anggaran yang semulanya Rp789 miliar kemudian harus dipotong Rp99 miliar. Pemotongan ini dilakukan sebagai bagian dari penghematan anggaran negara oleh pemerintah.
 
Padahal, menurutnya, di zaman modern sekarang ini teknologi antariksa memiliki peranan penting dalam perkembangan dan pendapatan bangsa ke depannya dari berbagai sektor.
 
"Misalnya pertanian, untuk memantaunya tentu kita harus menggunakan satelit. Begitu juga perbankan yang membutuhkan satelit untuk informasinya," ucap Thomas.
 
Dengan sains dan teknologi yang diciptakan dari tangan-tangan anak negeri, ungkap Thomas, Indonesia akan menjadi negara yang mandiri yang tidak selalu bergantung dengan buatan luar negeri.
 
Dia mengakui, teknologi antariksa memang memiliki high cost (harga tinggi), high tech (teknologi tinggi), dan high risk (resiko tinggi).
 
"Jadi harapan kami, idealnya sebagai negara maju, tahun depan untuk pemerintahan baru bisa menganggarkan Rp1 triliun per tahun bagi Lapan," kata Thomas.
 
Dana itu akan digunakan sebagai penunjang riset Lapan dari penerapan satelit, roket, yang keduanya saat ini masih dalam tahap eksperimen. Lalu, teknologi penerbangan di tempat terpencil (pesawat terbang N-219), dan penginderaan jauh.
 
"Teknologi antariksa yang meliputi satelit, roket, dan pengineraan jauh menjadi prioritas bagi kami. Berharap Lapan ke depannya bisa punya satelit dan roket sendiri," harapnya.