Hujjatul Islam wa Muslimin Sayid Ali Qadhi Askari, wakil Wali Faqih untuk urusan haji dan ziarah dalam pertemuan dengan para Muballigh Arbain Husaini kamis pagi [12/11] di Kantor Pusat Tablighat Islami berkata, “Arbain adalah tradisi keagamaan terbesar umat manusia yang tidak ditemukan ditempat lain, yang serupa sebagaimana yang terjadi di kota Karbala pada hari Arbain.”
Dalam pernyataan selanjutnya, ia berkata, “Dengan merujuk pada periwayatan yang ada, kita menemukan sejumlah riwayat yang beraneka ragam terkait dengan Arbain. Yang paling masyhur, adalah riwayat yang menyebutkan, melakukan ziarah Arbain adalah tanda-tanda dan bukti kesyiahan seseorang, dan termasuk diantara tanda-tanda orang yang beriman.”
Ia menambahkan, “Berkaitan dengan ziarah ke Karbala dalam kitab Kāmal al-Ziyārāt disebutkan, jika dikhawatirkan keselamatan jiwa dan harta terganggu dalam perjalanan ziarah, maka terlarang baginya untuk melakukan ziarah namun satu-satunya ziarah yang tetap diperbolehkan bagi Syiah untuk melakukannya meskipun dalam keadaan berbahaya, adalah ziarah ke makam Imam Husain As.”
Wakil Wali Faqih tersebut lebih lanjut menyinggung niat Mutawakkil, salah satu khalifah Dinasti Abbasiyah untuk menghancurkan makam Imam Husain As, ia berkata, “Makam Imam Husain As adalah tempat khusus untuk berkumpulnya para pecinta Ahlul Bait As dari seluruh dunia. Para musuh Islam tahu, bahwa berkumpulnya para pecinta tersebut bukan perkumpulan biasa. Ada sinyal-sinyal bahaya dan mengkhawatirkan dari pertemuan tersebut, yang dapat mengusik eksistensi dan kepentingan musuh. Karena itu mereka senantiasa berusaha untuk menghalangi para pecinta Ahlul Bait As untuk mendekati dan berziarah ke makam Imam Husain As, termasuk dengan cara berencana menghancurkan makam Imam Husain As.”
“Saddam mengetahui dengan pasti, budaya Asyura dan Arbain akan memberi pengaruh besar pada hati-hati umat Syiah, karena itu rezim Saddam Husain melarang pecintah Ahlul Bait untuk berziarah ke makam Imam Husain As karena itu dapat mengancam kekuasaannya.” tambahnya.
“Bagi kita sendiri, perkumpulan ini memiliki peran dan tujuan yang sangat penting. Pertemuan akbar ini akan memberi efek positif pada setiap masalah yang menimpa umat Islam, termasuk mencegah isu-isu perpecahan yang dihembuskan musuh untuk menghancurkan umat Islam.” tambahnya lagi.
Pada bagian lain penyampaiannya, Hujjatul Islam wa Muslimin Sayid Ali Qadhi Askari mengingatkan kepada para peziarah Arbain atas pesan dan penegasan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al Uzhma Sayid Ali Khamanei agar foto dan gambarnya tidak diarak dalam perjalanan dari Najaf ke Karbala pada momentum ziarah Arbain. Ia berkata, “Rahbar mengingatkan, agar dalam momentum Arbain benar-benar hanya dibatasi untuk hal-hal yang hanya berkaitan dengan Arbain saja. Pesan-pesan yang disampaikan adalah mengingatkan mengenai perjuangan Imam Husain As dan meningkatkan kecintaan kepada Allah Swt, Nabi-Nya dan para Aimmah As. Bukan ajakan untuk memberikan dukungan kepada Republik Islam Iran dan Wilayatul Faqih. Peziarah harus mengindari segala hal-hal yang dapat menyebabkan perpecahan. Karena itu, Rahbar menetapkan larangan foto dan gambarnya diarak dalam perjalanan ke Karbala.”
“Kewajiban kita adalah waspada dan berhati-hati, setiap hari harapan kita jumlah peziarah semakin membesar, karena itu harus bisa dicegah dan dihindari hal-hal buruk yang tidak diinginkan.” tambahnya.
“Tradisi jalan kaki ke Karbala pada momentum Arbain akan menjadi perhatian para turis dan dunia internasional. Mereka pasti akan bertanya-tanya, peristiwa apa yang telah terjadi dibalik dari Asyura dan Arbain ini. Hal inilah yang kemudian memancing mereka akan mencari tahu sendiri dan berupaya mengenal siapa itu Imam Husain As dan tragedi apa yang telah menimpanya.” lanjut Hujjatul Islam wa Muslimin Sayid Ali Qadhi Askari.
“Banyak kejadian menakjubkan yang terjadi pada momentum Arbain. Diantaranya adalah, kemiskinan dan kesulitan hidup rakyat Irak tidak menghalangi mereka untuk berkhidmat dan melayani peziarah dan segala keterbatasan yang mereka miliki. Misalnya karena tidak bisa menyajikan apa-apa, mereka siap memijat kaki para peziarah, dan tidak meminta imbalan apa-apa kecuali doa yang mereka harapkan dari peziarah.” tambahnya lagi.
Lanjutan pernyataannya Sayid Ali Qadhi Askari kembali menekankan agar dalam momentum Arbain, peziarah harus menghindari isu-isu politik yang dapat menimbulkan perpecahan dan kekacauan.
Ia juga mengingatkan bahwa Irak tidak memiliki banyak sumber daya untuk memberi pelayanan maksimal kepada para peziarah. Ia berkata, “Para peziarah harus paham dengan kondisi Irak. Keselamatan dan kenyamanan pribadi harus menjadi tanggunjawab sendiri. Jangan membayangkan segala sesuatunya telah disediakan oleh pemerintah Irak dan mereka yang berkhidmat, sehingga menganggap segala sesuatunya nyaman. Namun peziarah harus telah mempersiapkan diri untuk menemui masalah-masalah berat ditengah perjalanan. Persiapkanlah diri untuk bisa menghadapi masalah dan resiko seberat apapun yang akan ditemui di perjalanan.”
Hujjatul Islam Qadhi Askari melanjutkan pesannya, “Dalam peringatan Arbain ini, saudara kita dari Ahlus Sunnah juga melibatkan diri. Sebagaimana fatwa Rahbar, tidak diperkenankan sama sekali bagi peziarah untuk melakukan hal-hal yang bermuatan penghinaan dan pelecehan terhadap simbol-simbol dan keyakinan Ahlus Sunnah. Berdasarkan fatwa Rahbar dan mayoritas ulama marja taklid lainnya, itu haram hukumnya. Ingat, apapun yang kalian lakukan, itu bisa dengan mudah direkam oleh siapapun yang hadir mengingat hampir semua orang memiliki fasilitas gadget yang dapat mendokumentasikan itu. Karena itu, hindarilah melakukan hal-hal yang dapat memancing aksi-aksi teror dan kebencian.”
Pada bagian akhir penyampaiannya, Hujjatul Islam Qadhi Askari menegaskan kembali pesan Rahbar, “Bagi Rahbar, ziarah ke Karbala ini adalah sebuah keajaiban, seperti sebuah mukjizat, karena itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan pada tempatnya. Tentu kita berharap dan menghendaki, ketika insya Allah balik dari perjalanan ini, kita bisa membuat bibir Imam Husain As tersenyum, karena ridha dengan apa yang telah kita lakukan.”