Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengatakan, kesepakatan Presiden Iran dan Cina untuk pembentukan "hubungan strategis 25 tahun" antarkedua negara benar dan bijak.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengungkapkan hal itu dalam pertemuan dengan Xi Jinping, Presiden Cina dan delegasi tingkat tinggi yang menyertainya di Tehran, ibukota Iran, Sabtu (23/1/2016).
"Pemerintah dan rakyat Republik Islam Iran selalu berusaha memperluas hubungan dengan negara-negara independen dan dapat dipercaya seperti Cina," imbuh Ayatullah Khamenei ketika menyinggung sejarah kuno hubungan perdagangan dan budaya antara bangsa Iran dan Cina.
Rahbar menyebut energi sebagai salah satu masalah penting dunia dan menjelaskan, "Iran adalah satu-satunya negara independen di kawasan, di mana di sektor energi dapat dipercaya, sebab – tidak seperti halnya beberapa negara di kawasan– kebijakan energi Iran tidak berada di bawah pengaruh faktor non-Iran.
Ayatullah Khamenei juga menekankan pentingnya kebangkitan "Jalur Sutra" dan perluasan kerjasama antarnegara-negara yang berada di jalur ini.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran lebih lanjut menyinggung kebijakan hegemonik dan pendekatan tidak jujur sejumlah negara terutama Amerika Serikat.
Ayatullah Khamenei menuturkan, klaim AS terkait pembentukan "koalisi anti-teror" adalah sebuah aksi menipu. Hal seperti ini, lanjutnya, adalah pendekatan AS untuk semua isu dan mereka tidak pernah jujur dalam perilaku mereka.
"Dalam kondisi ini, negara-negara independen harus mengejar kerjasama lebih lanjut dan kesepakatan Iran dan Cina dalam kerangka ini harus ditindaklanjuti dengan serius," tuturnya.
Di bagian lain pernyataannya, Ayatullah Khamenei menandaskan, Barat tidak pernah mampu menarik kepercayaan rakyat Iran.
"Bangsa Iran tidak akan pernah melupakan kerjasama Cina di era sanksi. Republik Islam Iran akan mendukung konsep Cina bersatu sebagai bagian dari kebijakan dasar dan menentukan Iran," jelasnya.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran juga mengungkapkan penyesalan atas ketidakamanan di kawasan.
Menurutnya, situasi ini merupakan hasil dari kebijakan keliru Barat dan persepsi menyimpang dan keliru tentang Islam, di mana kondisi tersebut harus dicegah melalui kerjasama yang bijak.
Rahbar lebih lanjut menilai sejumlah negara regional sebagai sumber utama pemikiran menyimpang.
"Barat alih-alih berkonfrontasi terhadap sumber utama pemikiran ini dan kelompok-kelompok teroris, namun mereka justru menyerang dan menekan umat Islam di Eropa dan Amerika, padahal terorisme sepenuhnya berbeda dengan pemikiran Islam yang sebenarnya," protesnya.
Rahbar juga menyinggung media dan pemerintah Barat, khususnya AS yang menggunakan istilah "Negara Islam" untuk menyebut kelompok teroris tertentu.
Menurut Ayatullah Khamenei, pendekatan seperti itu merupakan penghinaan terhadap umat Islam dan bukan menanggulangi masalah, namun secara tidak langsung justru mendatangkan alasan untuk penguatan kelompok-kelompok teroris itu.
Ayatullah Khamenei menegaskan, gerakan teroris sepenuhnya berbeda dengan ideologi Islam yang sebenarnya.