Menteri Pertahanan Republik Islam Iran Brigadir Jenderal Hatami mengatakan darah para pemuda Iran dan Irak adalah penjamin stabilitas dan keamanan kedua negara dan jika tidak ada kerja sama mereka, maka Irak telah mengalami disintegrasi teritorial oleh musuh perdamaian dan keamanan.
"Kerja sama pertahanan Iran dan Irak akan membawa perdamaian, stabilitas dan keamanan di kawasan," kata Hatami dalam pertemuan dengan para komandan Angkatan Laut dan Udara Irak di Tehran, Kamis, 2 Mei 2019.
Dalam pertemuan ini, ditekankan konsolidasi hubungan pertahanan bilateral kedua dengan berdasarkan kohesi politik, keamanan, agama dan sosial.
Menyusul kekalahan kelompok teroris Daesh (ISIS), Irak mampu merealisasikan stabilitas dan keamanan di negaranya saat ini. Daesh –yang memulai serangannya di barat laut Irak pada tahun 2014 dan dengan cepat menembus bagian lain negara itu hingga ke jantung Baghdad, ibukota Irak– akhirnya kalah setelah militer Irak melakukan kerja sama dengan Iran.
Kerja sama antara Iran dan Irak telah kelompok teroris Daesh musnah. Hari ini, Irak mengalami era baru yang membutuhkan lebih banyak kerja sama dengan sekutu sejatinya.
Sementara itu, Iran yang berada di garis terdepan dalam perang melawan Daesh bersama Irak, hari ini juga berada di garis terdepan pembangunan dan rekonstruksi akibat kehancuran di negara Arab ini.
Irak sebagai negara tetangga, mendapat perhatian dari Republik Islam Iran dan stabilitas dan keamanan di negara di Barat Iran ini juga merepresentasikan situasi yang stabil dan keamanan berkelanjutan di Iran.
Dalam hal ini, Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran Mayor Jenderal Mohammad Bagheri pada hari Kamis dalam pertemuan dengan delegasi tingkat tinggi militer Irak mengatakan keamanan, kesejahteraan, kejayaan dan pembangunan Irak dianggap sebagai keamanan dan pengembangan Iran, dan Tehran dengan semua kekuatannya akan tetap bersama Baghdad.
Meskipun situasi keamanan di Irak pasca Daesh kondusif, tetapi keberadaan sisa-sia Daesh dan munculnya rekaman video pemimpin kelompok teroris baru-baru ini menunjukkan keamanan Irak masih sensitif.
The New York Times menulis, kemungkinan besar, kemunculan publik dan tiba-tiba Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin Daesh menjadi upaya untuk melindungi para pendukung kelompok teroris ini dan anasirnya yang masih tersisa di Irak.
Dalam situasi seperti itu, kelanjutan kerja sama pertahanan dan militer antara Iran dan Irak mendapat perhatian pejabat militer dan politik kedua negara. Iran dan Irak sebagai dua negara bertetangga saling mempengaruhi dengan perbatasan bersama yang panjang dan memiliki banyak kesamaan budaya, bahasa dan agama dua bangsa dari kedua negara. Karakteristik yang sama dan menonjol ini telah menyebabkan komunikasi dan konsultasi militer dan otoritas politik Iran dan Irak berlanjut secara teratur.
Dewasa ini, Tehran dan Baghdad telah menjadi pusat diplomasi politik dan militer dan menunjukkan pengaruh kerja sama Republik Islam Iran dan Irak sebagai dua negara dan aktor penting di wilayah strategis Asia Barat.