Kritik Keras Macron terhadap NATO

Rate this item
(0 votes)
Kritik Keras Macron terhadap NATO

 

Presiden AS Donald Trump selalu mempertanyakan efektivitas Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan mengkritik negara-negara Eropa anggota organisasi ini, karena tidak mengalokasikan dua persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka untuk anggaran militer.

Trump kemudian mengambil tindakan sepihak seperti penarikan pasukan AS dari Suriah, tanpa berkonsultasi dengan para anggota lain NATO. Langkah ini mengundang reaksi negatif dari beberapa kekuatan Eropa.

Presiden Prancis Emanuel Macron dalam wawancara dengan majalah The Economist mengatakan, "Apa yang kita alami saat ini adalah kematian otak NATO. Anda sama sekali tidak melihat koordinasi dalam membuat keputusan strategis antara AS dan NATO."

"AS sedang membelakangi kita dan masalah ini dapat dilihat dari penarikan mendadak pasukan Amerika dari timur laut Suriah tanpa berkonsultasi dengan anggota NATO. AS tidak berkomitmen dengan NATO, jadi negara-negara Eropa tidak boleh lagi bergantung pada AS untuk pertahanannya," ujar Macron.

Dia juga mengatakan bahwa Turki sebagai salah satu mitra NATO, sedang mengobarkan konflik di kawasan yang membahayakan kepentingan kita.

Keraguan Macron tentang efektivitas NATO disampaikan menjelang pertemuan para perwakilan pakta militer itu, yang dijadwalkan berlangsung pada awal Desember 2019 di Inggris.

Jerman dan NATO tentu saja tidak senang dengan pernyataan Macron. Kanselir Jerman Angela Merkel dalam konferensi pers bersama dengan Sekjen NATO Jens Stoltenberg di Berlain, mengatakan pernyataan keras Macron adalah sesuatu yang tidak perlu.

"Jika pun kita punya masalah, kita harus tetap bersama dan penting bagi kita untuk melakukan kerja sama trans-Atlantik (Amerika dan Eropa)," tegasnya.

Stoltenberg juga setuju dengan pendapat Merkel dan mengatakan, "Persatuan Eropa tidak dapat menggantikan persatuan trans-Atlantik. Uni Eropa tidak dapat membela Eropa tanpa memperoleh bantuan dari luar."

Dia menyatakan bahwa setelah Inggris keluar dari Uni Eropa, sekitar 80 persen dari anggaran pertahanan NATO akan dipenuhi oleh negara-negara Uni Eropa non-NATO.

Namun Rusia menyambut pernyataan Macron tentang NATO. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan NATO mengalami mati otak. Ini tidak mengherankan, yang mengherankan adalah bahwa hal itu disampaikan oleh salah satu pemimpin NATO.

Trump yang mengadopsi pendekatan unilateral, sama sekali tidak mengakui peran Uni Eropa dalam pengambilan keputusan militer dan keamanan. Fakta ini juga disadari oleh banyak negara anggota NATO.

Oleh sebab itu, Eropa mulai menaruh perhatian pada kapasitas internal untuk pertahanan dan ide untuk membentuk pasukan yang mandiri ini digaungkan oleh Prancis. (

Read 778 times