Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad di KTT Kuala Lumpur 2019 menekankan perlawanan terhadap gelombang Islamofobia di dunia.
Pada pertemuan yang dihadiri para pemimpin negara Muslim, PM Malaysia juga menyampaikan harapannya semoga pertemuan puncak itu akan membuahkan hasil yang baik bagi umat Islam dan membuka jalan bagi solusi untuk memperbaiki urusan dunia Islam.
"Kita harus menemukan cara untuk mengatasi kekurangan kita dan ketergantungan kita terhadap Barat sehingga melindungi diri kita dari musuh-musuh Islam," kata Mahathir.
KTT negara-negara Muslim (Kuala Lumpur 2019) dibuka Kamis pagi dengan kehadiran Presiden Iran Hassan Rouhani dan para kepala negara-negara Malaysia, Turki dan Qatar serta ratusan tokoh dan elit intelektual Islam yang berlangsung di Pusat Konferensi Internasional Kuala Lumpur, Malaysia.
Pernyataan perdana menteri Malaysia tentang masalah Islamofobia yang disampaikan di KTT Kuala Lumpur mengindikasikan urgensi perlawanan terhadap Islamofobia yang dilakukan negara-negara Islam.
Negara-negara Barat, terutama, Amerika Serikat mereka selama lebih dari satu dekade telah mempromosikan Islamofobia demi mengejar rencana mereka untuk menindas negara-negara Muslim, yang menimbulkan beberapa pandangan negatif tentang Muslim di tingkat global.
Sebagai contoh, agenda kontraterorisme yang diusung negara-negara Barat acapkali secara praktis menargetkan Muslim dengan stigma buruk yang dilekatkan mengenai terorisme. Meskipun mereka selama ini menjadi negara yang merancang pembentukan kelompok-kelompok teroris, termasuk Daesh di kawasan Asia Barat, tapi ironisnya mengaitkan aksi-aksi teroris dengan umat Islam, dan menampilkan wajah Muslim dengan citra kekerasan.
Mengenai hal ini, Massoud Shajara, selaku kepala Komisi Hak Asasi Manusia Islam yang berbasis di Inggris mengatakan, "Islamofobia adalah bagian dari kenyataan yang mengkhawatirkan dalam masyarakat Inggris. Media dan politisi mereka mendorong munculnya Islamofobia. Mereka menjadikan Islamofobia sebagai dalih untuk menyusun undang-undang anti-terorisme yang mengaitkannya dengan Islam dan Muslim, sehingga bisa melegitimasi Islamofobia dan melembagakan budayanya sendiri,".
Pernyataan Perdana Menteri Malaysia tentang perlunya dunia Islam melawan Islamofobia menegaskan upaya kolektif untuk melawan kebijakan Barat yang memusuhi Islam.
Arsitek pembangunan Malaysia ini menegaskan pemanfaatan kapasitas ekonomi negara-negara Muslim yang besar untuk menumbuhkan sikap saling membantu dan berbagi kemampuan demi mengurangi ketergantungan terhadap negara-negara Barat melalui pertumbuhan dan perkembangan dunia Islam.
Tampaknya, langkah awal melawan Islamofobia di Barat harus dimulai dengan membersihkan dunia Islam dari beberapa aktor yang telah menjadikan terorisme sebagai alat untuk menyulut perang proksi dan memicu ketegangan di negara-negara Muslim.(