Khatib dan Imam Shalat Jumat di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran pada Jumat ini, 7 Februari 2020 adalah Ayatullah Mohammad Emami Kashani.
Dalam khutbahnya, Ayatullah Emami Kashani mengucapkan selamat atas peringatan Dahe Fajr (10 Fajar Kemenangan) kepada seluruh rakyat Iran.
1 Februari yang bertepatan dengan tanggal 12 Bahman merupakan awal dari epik Dahe Fajr di Iran. Imam Khomeini ra kembali ke Iran pada tangggal 1 Februari 1979 atau 12 Bahman 1357 HS setelah 15 tahun berada di pengasingan, dan disambut meriah oleh rakyat negara ini.
Setelah 10 hari kembalinya Imam Khomeini ra ke Iran, Revolusi Islam Iran meraih kemenangan pada tanggal 22 Bahman 1357 HS atau 11 Februari 1979. Oleh karena itu, sejak tanggal 12-22 Bahman dinamai sebagai Dahe Fajr, di mana setiap tahun, rakyat Iran menggelar acara khusus pada 10 hari itu untuk memperingati kemenangan Revolusi Islam.
Peringatan kemenangan Revolusi Islam mencapai puncaknya pada 22 Bahman, di mana jutaan rakyat Iran akan turun ke jalan-jalan menggelar Pawai 22 Bahman.
Khatib Shalat Jumat di Tehran mengatakan, jika tidak ada Revolusi Islam, maka hari ini Amerika Serikat dan rezim Zionis Israsel akan mendominasi Iran dan dunia Islam.
Ayatullah Emami Kashani menuturkan, 22 Bahman adalah peristiwa penting dalam sejarah dan peristiwa mulia ini memenuhi tujuan Anbiya dan Auliya Allah Swt.
Dia menambahkan, tanpa 22 Bahman, AS dan Zionis akan mendominasi Iran dan dunia Islam, dalam hal itu, di bidang politik, ekonomi dan budaya, bahkan bidang-bidang lainnya.
"22 Bahman adalah peristiwa besar yang berdampak signifikan pada negara-negara lain dan sekarang musuh memiliki rencana untuk mendominasi dan menghambat kemajuannya, tetapi kami menyaksikan program apa pun yang ingin dipenuhi oleh AS akan sia-sia pada akhirnya," tegasnya.
Khatib Shalat Jumat di Tehran lebih lanjut mengatakan bahwa peringatan 22 Bahman (11 Februari 2020) mendatang adalah bertepatan dengan 40 hari kesyahidan Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Syahid Letnan Jenderal Qassem Soleimani.
Ayatullah Emami Kashani menjelaskan, Syahid Soleimani mencapai tempat terhormat dan kemuliaan ini melalui iman dan perbuatan baik dan amal saleh, di mana dia juga dipuji oleh rakyat Irak.
"Banyak negara di Asia Barat (Timur Tengah) mengatakan bahwa keamanan kami ini berkat kiprah Syahid Letjen Soleimani dan kami berhutang budi kepadanya," ujarnya.
Ayatullah Emami Kashani menjelaskan, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Sistani dalam surat ucapan belasungkawa kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, memuji peran besar Syahid Letjen Soleimani dalam membantu rakyat Irak untuk menghadapi dan menumpas kelompok teroris takfiri Daesh (ISIS).
Khatib Shalat Jumat di Tehan itu menjelaskan, dalam suratnya, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Sistani mengatakan bahwa bantuan Letjen Soleimani kepada rakyat Irak dalam menghadapi teroris Daesh sangat luar biasa, tak tertandingi dan bantuannya itu tidak akan pernah dilupakan oleh rakyat Irak.
Di bagian lain khutbahnya, Ayatullah Emami Kashani menyinggung Kesepakatan Abad (the Deal of the Century) yang dirancang AS untuk apa yang disebut Gedung Putih sebagai cara untuk menyelesaikan konflik antara Palestina dan rezim Zionis.
Dia menjelaskan, Kesepakatan Abad sejatinya adalah sebuah skandal dan kehinaan abad bagi AS dan Israel, dan rakyat di kawasan dan Palestina akan melawan proyek tersebut, dan Kesepakatan Abad ini pasti akan gagal.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan Kesepakatan Abad pada 28 Januari 2020 setelah melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri rezim Zionis Israel Benjamin Netanyahu dan seorang politisi senior rezim ini, Benny Gantz.
Berbicara di samping Trump di Gedung Putih, Netanyahu mengatakan bahwa Israel juga harus memiliki kedaulatan di Lembah Yordania.
Pemimpin Otorita Ramallah Mahmoud Abbas terkait Kesepakatan Abad mengatakan, al-Quds tidak untuk dijual. Dia menyebut Kesepakatan Abad sebagai "tamparan abad ini."
"Saya katakan kepada Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu: al-Quds tidak untuk dijual, semua hak kami tidak untuk dijual dan tidak untuk tawar-menawar. Dan kesepakatan Anda, konspirasi, tidak akan lolos," kata Abbas.
Sami Abu Zuhri, pejabat senior Hamas juga mereaksi Kesepakatan Abad dan mengatakan, pernyataan Trump mengenai apa yang disebut sebagai pakarsa perdamaian (Kesepakatan Abad) adalah permusuhan dan akan menciptakan kemarahan luas.
Berdasarkan Kesepakatan Abad, al-Quds akan diserahkan kepada rezim Zionis, pengungsi Palestina di luar negeri tidak berhak kembali ke tanah airnya, dan Palestina hanya terdiri dari wilayah yang tersisa di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Kesepakatan Abad merupakan prakarsa pemerintah AS untuk menghapus hak-hak rakyat Palestina. Prakarsa ini dibuat melalui kerja sama dengan sejumlah negara Arab seperti Arab Saudi, Bahrain dan Uni Emirat Arab.
Dalam kerangka Kesepakatan Abad, Trump pada 6 Desember 2017 mengumumkan al-Quds pendudukan sebagai ibu kota rezim Zionis.
AS kemudian memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke al-Quds pada Senin, 14 Mei 2018. Al-Quds diduduki rezim Zionis sejak tahun 1967.