Sejak 1979, jutaan orang dari seluruh dunia menggelar aksi pawai untuk mendukung bangsa Palestina di setiap hari Jumat terakhir bulan Ramadhan. Hari Quds Sedunia dicetuskan oleh Imam Khomeini ra, Bapak Pendiri Republik Islam Iran.
Jutaan orang Muslim dari seluruh dunia tumpah ruah ke jalan-jalan untuk menyatakan solidaritasnya kepada rakyat tertindas Palestina pada Hari Quds Sedunia.
Tahun ini solidaritas ini ditampilkan dalam bentuk yang berbeda. Bendera Palestina dikibarkan di dunia maya dan jutaan orang membuat tagar dukungan untuk rakyat Palestina di media sosial. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei juga menyampaikan pidato televisi untuk memperingati Hari Quds Sedunia.
Dalam pidatonya, Rahbar menganggap perampasan negara Palestina dan pembentukan kanker ganas rezim Zionis sebagai sebuah tragedi besar. Di antara kejahatan kemanusiaan pada masa-masa yang dekat dengan periode sekarang, tidak ada kejahatan apapun sebesar kejahatan yang dilakukan Zionis. Perampasan sebuah negara dan pengusiran penghuninya dari rumah dan tanah mereka untuk selamanya, dengan melakukan pembunuhan dan kejahatan yang paling kejam serta penghancuran yang terus berlanjut beberapa generasi selama puluhan tahun, jelas merupakan catatan baru kejahatan kemanusiaan.
PBB – yang berada di bawah pengaruh kekuatan-kekuatan besar – sudah merestui pendudukan tanah Palestina oleh Zionis pada 29 November 1947. Berdasarkan resolusi 181, Pelestina dibagi menjadi dua bagian; 56 persen dari tanah Palestina diserahkan kepada penjajah Zionis, dan 44 persen sisanya menjadi milik rakyat Palestina.
Namun pada Mei 1947, rezim Zionis bahkan menolak penyerahan kurang dari setengah tanah Palestina kepada penduduk aslinya dan terus memperluas wilayah jajahannya demi mencegah berdirinya negara merdeka Palestina. Saat ini, rezim Zionis menguasai lebih dari 85 persen dari tanah Palestina yaitu menduduki hampir 27.000 kilometer persegi dan hanya menyisakan sekitar 15 persen dari luas wilayah Palestina untuk orang-orang Palestina.
Dalam hal ini, Ayatullah Khamenei menuturkan, "Dengan menyaksikan peristiwa-peristiwa berikutnya di kawasan menunjukkan bahwa tujuan utama dan target cepat Barat dan korporasi Yahudi dari pendirian negara Zionis adalah membangun pangkalan dan menacapkan pengaruh permanen mereka di Asia Barat serta akses yang memungkinkan untuk campur tangan dan mendominasi negara-negara di kawasan.
Untuk itu, mereka melengkapi rezim palsu dan perampas (rezim Zionis Israel) dengan segala macam fasilitas yang kuat, militer dan non-militer, bahkan senjata nuklir, dan memasukkan pertumbuhan "tumor kanker ganas" ini dari Sungai Nil hingga Eufrat dalam agenda mereka."
Cita-cita Palestina semakin sulit diwujudkan karena negara-negara Arab sudah menyerah dan tunduk pada Amerika Serikat, sementara beberapa faksi Palestina memilih berkompromi dengan rezim penjajah, meskipun mereka sekarang memahami tidak ada gunanya berunding dengan Zionis.
Namun, berdirinya Republik Islam Iran pada 1979 telah menghadirkan harapan di relung bangsa tertindas ini sehingga dengan bantuan tanpa hentinya, mereka memiliki sebuah sandaran yang kuat. Anasir-anasir pro-Zionis diusir dari Iran dan gedung kedutaan Israel di Tehran diserahkan kepada Palestina.
Pemutusan aliran minyak bersama tindakan efektif lainnya, telah menghadirkan front perlawanan di seluruh kawasan dan menumbuhkan harapan di hati orang-orang.
"Munculnya pasukan Mukmin, muda dan penuh pengorbanan seperti Hizbullah di Lebanon dan pembentukan kelompok-kelompok penuh motivasi seperti Hamas dan Jihad Islam di dalam perbatasan-perbatasan Palestina tidak hanya membuat khawatir para pemimpin Zionis, tetapi juga membuat cemas AS dan Barat. Mereka kemudian memprioritaskan upaya untuk meraih dukungan dari dalam kawasan, terutama komunitas Arab dalam agendanya setelah memberikan dukungan perangkat keras dan lunak kepada rezim agresor Zionis," ungkap Rahbar.
Masalah kekuatan dan masa depan cerah yang dimiliki oleh front perlawanan juga turut disinggung oleh Rabhar dalam pidatonya itu. Menurutnya, kini berbagai kegiatan dilakukan kedua kubu di medan perang, namun terdapat perbedaan. Front perlawanan bergerak ke arah peningkatan ketangguhan dan optimismenya, juga menyerap unsur-unsur kekuatan yang semakin tumbuh. Tapi sebaliknya, front lalim, kafir dan arogan kian hari semakin lemah dan putus asa. Indikasi yang jelas dari klaim ini adalah kondisi militer Zionis, yang pernah dianggap sebagai pasukan tak terkalahkan dan mampu menghentikan pasukan besar dua negara penyerang hanya dalam beberapa hari, kini terpaksa harus mundur dan mengakui kekalahannya ketika menghadapi pasukan pejuang rakyat di Lebanon dan Jalur Gaza.
Dalam budaya Islam, kebatilan pasti akan hancur. Ketika pemilik yang sah diabaikan dan digantikan dengan sebuah rezim penjajah, dengan pertolongan Allah Swt, mereka pasti akan binasa.
Ayatullah Khamenei merekomendasikan beberapa langkah untuk mencapai kemenangan dan berkata, "Pertama, perjuangan untuk pembebasan Palestina adalah jihad di jalan Allah dan kewajiban dalam Islam. Kemenangan dalam perjuangan ini dijamin, karena jika pun gugur, akan meraih tempat terbaik dan mulia… Oleh karena itu, membatasi masalah ini hanya pada isu Palestina semata, atau pun masalah Arab tentu saja merupakan sebuah kesalahan besar.
Kedua, tujuan dari perjuangan ini adalah pembebasan seluruh wilayah Palestina dari laut ke sungai, dan kembalinya semua warga Palestina ke tanah air mereka… hari ini jutaan orang Palestina telah mencapai tingkat kematangan pemikiran dan pengalaman serta kepercayaan diri yang menjadikan jihad besar sebagai spiritnya untuk meraih kemenangan akhir dengan bersandar pada pertolongan Ilahi, sebagaimana ditegaskan dalam ayat al-Quran, "Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa."
Rahbar – seperti biasanya – melarang pemerintah-pemerintah untuk mempercayai pemerintahan Barat dan juga lembaga-lembaga internasional yang secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi berafiliasi dengan Barat. Mereka memusuhi eksistensi Islam yang berpengaruh, mereka mengabaikan hak-hak manusia dan bangsa-bangsa, mereka sendiri telah menyebabkan kerusakan dan kejahatan terbesar bagi umat Islam.
Kini publik dunia terus menghitung jumlah korban virus Corona satu persatu di seluruh penjuru dunia, tetapi tidak ada yang pernah bertanya siapa yang bertanggung jawab atas jatuhnya korban ratusan ribu martir dan tawanan di negara-negara tempat Amerika Serikat dan Eropa mengobarkan perang. Siapa yang bertanggung jawab atas semua pertumpahan darah di Afghanistan, Yaman, Libya, Irak, Suriah, dan negara-negara lainnya? Siapa yang bertanggung jawab atas semua kejahatan, perampasan, penghancuran, dan penindasan di Palestina?
"Mengapa tidak ada yang menghitung jutaan anak-anak yang tertindas, wanita dan pria di dunia Islam? Mengapa tidak ada yang menyampaikan belasungkawa atas pembantaian terhadap umat Islam? Mengapa jutaan orang Palestina harus hidup di dalam pengasingan selama tujuh puluh tahun jauh dari rumah mereka sendiri? Mengapa Quds Sharif, kiblat pertama umat Islam dihina dan dinistakan? Lalu apa fungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang tidak menunaikan tugasnya," tegas Ayatullah Khamenei.
Usulan utama Rahbar adalah merekomendasikan berlanjutnya perlawanan dan mengoordinasikan lembaga-lembaga jihad, kerja sama di antara mereka, serta memperluas medan jihad di dalam wilayah Palestina. Menurutnya, setiap orang harus membantu rakyat Palestina dalam jihad suci ini. Setiap individu harus mengisi kepalan tangan pejuang Palestina dan memperkuat punggungnya. Kami dengan bangga akan melakukan ini dengan segenap kemampuan.
"Kita tidak dapat berbicara dengan musuh yang buas, kecuali dengan kekuatan dan dengan posisi yang kuat, dan benih-benih kekuatan ini – segala puji bagi Allah – sudah siap di tengah bangsa berani dan tangguh Palestina," tegasnya.
Para pemuda Palestina sekarang haus untuk mempertahankan martabatnya. Hamas dan Jihad Islam di Palestina serta Hizbullah di Lebanon telah menyempurnakan argumentasi kepada semua.
Dunia belum lupa dan tidak akan pernah melupakan hari ketika tentara Zionis melanggar perbatasan Lebanon dan bergerak ke Beirut, dan hari ketika seorang pembunuh kriminal bernama Ariel Sharon melakukan pertumpahan darah di Sabra dan Shatila.
Dunia juga belum lupa dan tidak akan pernah melupakan hari ketika tentara yang sama berada di bawah pukulan keras Hizbullah, sehingga tidak punya jalan lain kecuali mundur dari perbatasan Lebanon dengan menanggung kerugian besar dan mengakui kekalahan, dan memohon gencatan senjata. Inilah yang dimaksud dengan tangan penuh dan posisi kuat.
Di bagian akhir pidatonya, Ayatullah Khamenei menandaskan, "Palestina adalah milik orang-orang Palestina dan harus diatur oleh kehendak mereka sendiri. Prakarsa referendum yang melibatkan semua agama dan etnis Palestina, yang telah kami sampaikan hampir dua dekade lalu adalah satu-satunya kesimpulan yang perlu diambil untuk menghadapi tantangan Palestina saat ini dan esok.
Prakarsa ini menunjukkan bahwa klaim anti-Semit yang ditiupkan orang-orang Barat dengan terompet mereka sama sekali tidak berdasar. Sesuai rencana ini, orang-orang Palestina, baik Yahudi, Kristen, maupun Muslim bersama-sama mengikuti referendum untuk menentukan sistem politik negara Palestina. Pastinya, yang harus sirna adalah sistem Zionis, dan Zionisme itu sendiri merupakan bid'ah dalam Yudaisme, yang benar-benar asing bagi mereka sendiri.
Rahbar menutup pidatonya dengan mengenang perjuangan syuhada Quds dari Sheikh Ahmad Yassin, Fathi Shaghaghi dan Sayid Abbas Mousavi hingga komandan agung Islam dan wajah tak terlupakan dari front perlawanan, Syahid Soleimani dan mujahid besar Irak, Abu Mahdi al-Muhandis, dan syuhada lainnya.