Mantan perdana menteri Irak, Nouri al-Maliki dalam wawancaranya dengan almaloomah News terkait serangan Daesh (ISIS) tahun 2014 ke negara ini menekankan empat poin, konspirasi internal, tidak adanya dukungan AS terhadap Irak, dukungan Republik Islam Iran kepada Irak dan peran penting Hashd al-Shaabi di perang melawan Daesh.
Dimensi pertama statemen Nouri al-Maliki adalah kelompok teroris Daesh berhasil menduduki sebagain wilayah Irak karena pengkhianatan anasir dalam negeri Irak. Daesh menyerang Irak tahun 2014 dan berhasil menduduki Mosul, Provinsi Nineveh dan kemudian menduduki wilayah lain.
Daesh ketika memasuki Mosul, sejumlah petinggi Nineveh melalui konspirasinya telah mempersiapkan peluang pendudukan mudah kota Mosul. Sementara militer juga tidak melakukan perlawanan terhadap kelompok teroris Daesh saat itu. Nouri al-Maliki terkait hal ini mengatakan, masuknya Daesh bukan mendadak, karena ada konspirasi di tubuh militer Irak untuk mundur dari Mosul.
Dimensi kedua adalah Amerika memanfaatkan Daesh untuk mengintervensi urusan internal Irak. Amerika tahun 2003 menyerang Irak dan kemudian menempatkan pasukannya di negara ini. Kondisi ini tak ubahnya dengan sebuah penjajahan. Berdasarkan kesepakatan pemerintah Washington dan Baghdad, pasukan Amerika harus keluar dari Irak tahun 2011.
Sementara itu, AS kemudian memberi banyak tekanan kepada pemerintah Irak supaya pasukannya tetap di negara ini, namun pemerintah Nouri al-Maliki saat itu menentang permintaan tersebut dan terbukalah peluang penarikan sebagian besar pasukan Amerika. Dengan demikian, ketua koalisi negara hukum ini menyebutkan, "Menteri pertahanan AS saat itu memberi syarat untuk membantu Irak melawan Daesh, yakni Nouri al-Maliki tidak harus menjabat perdana menteri."
Sejatinya Amerika tidak menganggap berlanjutnya kekuasaan Nouri al-Maliki selaras dengan keuntungannya dan menurut al-Maliki, Washington tidak memberi bantuan militer kepada Baghdad untuk memerangi Daesh. Bagaimanapun juga, Amerika mengijinkan kelompok teroris memasukkan banyak senjata dari Suriah ke Irak.
Dimensi ketiga adalah pengakuan seorang tokoh Irak atas dukungan Republik Islam Iran terhadap Irak dalam memerangi kelompok teroris Daesh. Ketika AS tidak memberi bantuan militer kepada Irak, Iran memberi banyak bantuan militer kepada pemerintah Baghdad. Sebelumnya, Masoud Barzani, mantan ketua Otonomi Kurdistan dan ketua Partai Demokrat kawasan ini secara transparan menyatakan, Republik Islam Iran satu-satunya negara yang segera menerima permohonan bantuan Arbil untuk melawan Daesh.
Republik Islam Iran senantiasa menekankan pentingnya menjaga integritas wilayah dan geografi Irak serta menempatkannya di prioritas kinerjanya. Syahid Letjen Qassem Soleimani, komandan pasukan Qods IRGC yang gugur diteror Amerika pada 3 Januari 2020 memainkan peran unggul dan penting dalam membantu Irak melawan kelompok teroris Daesh.
Dimensi keempat statemen Nouri al-Maliki adalah penekanan atas peran penting Hashd al-Shaabi di perang melawan kelompok teroris Daesh. Pasca pendudukan Irak oleh Daesh, Ayatullah Sistani, marji tinggi Syiah di Irak merilis fatwa pembentukan pasukan rakyat dan kemudian terbentuklah Hashd al-Shaabi.
Ketika militer Irak secara praktis tidak memiliki prestasi, Hashd al-Shaabi dan komandannya memainkan peran unggul di proses perlawanan anti Daesh dan menjaga integritas wilayah negara ini. Ketua koalisi negara hukum ini seraya mengisyaratkan peran penting Hashd al-Shaabi menegaskan, eksistensi Hashd al-Shaabi satu-satunya jaminan untuk menjauhkan konspirasi dari Irak.