Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran kembali menyampaikan pandangannya mengenai perempuan dalam perspektif Islam yang berbeda dengan pandangan umum Barat.
Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei dalam peringatan kelahiran Sayidah Fatimah Az-Zahra yang diperingati di Iran sebagai hari perempuan, Rabu (3/2/2021) menjelaskan perspektif Islam dan Republik Islam Iran terhadap perempuan dengan pandangan pemuliaan dan penghormatan, sedangkan pandangan umum Barat menempatkannya sebagai komoditas dan instrumen.
Rahbar mengungkapkan, "Dari perspektif Islam, laki-laki dan perempuan tidak berbeda dalam hal ketuhanan dan nilai kemanusiaannya. Tentu saja, selain kewajiban kolektifnya, setiap pria dan wanita memiliki tugas khusus masing-masing. Itulah sebabnya, Allah swt telah menciptakan kombinasi struktur fisik mereka sesuai dengan tugas khusus tersebut,".
Ayatullah Khamenei juga menegaskan peran sentral perempuan dalam lembaran sejarah kontemporer Iran. Beliau megatakan, "Dalam periode sejarah di Iran, tidak ada peran perempuan terpelajar dan aktif yang hadir dalam berbagai bidang sosial, budaya dan seni, ilmu pengetahuan, politik dan ekonomi sebagaimana saat ini, yang semua ini menunjukkan berkah dari Republik Islam,".
Perempuan di Iran menempati separuh dari populasi negara ini sebagai kekuatan aktif masyarakat yang memainkan peran penting dalam bidang ilmu pengetahuan, budaya, ekonomi, sosial dan pendidikan.
Peran ini dicapai dengan memberikan peluang bagi tumbuhnya potensi dan kehadiran aktifnya di berbagai bidang, termasuk di perguruan tinggi. Data statistik terbaru menunjukkan sekitar 47 persen kursi di pusat-pusat pendidikan tinggi Iran diisi perempuan. Lebih dari 27 persen perempuan menempati posisi sebagai dosen tetap di berbagai universitas Iran. Fakta ini mempertegas pernyataan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengenai posisi dan peran sentral perempuan di Iran yang membantah berita miring media internasional, terutama media Barat.
Data statistik menunjukkan fakta bahwa perempuan dalam masyarakat dinamis Iran telah memperoleh bagian mereka secara proporsional sesuai status dan posisinya dalam masyarakat. Selain berperan vital sebagai pilar penting keluarga, perempuan juga aktif di berbagai bidang kegiatan sosial, ekonomi, politik serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perspektif kritis Rahbar mengenai pandangan Barat terhadap perempuan juga didasarkan pada fakta yang tidak dapat disangkal mengenai dampak modernisasi terhadap perempuan. Tidak sedikit data statistik yang menunjukkan bukti-bukti mengenai persoalan yang menimpa perempuan di dunia Barat. Mereka memang memiliki hak yang sama dengan laki-laki, tetapi juga kehilangan identitasnya, dan menderita depresi mental, juga masalah keluarga yang tidak kecil.
Anika Flensburg, seorang aktivis hak-hak perempuan mengungkapkan, "Banyak perempuan dalam masyarakat ini yang malu dan bungkam tentang apa yang menimpa mereka.Sangat sedikit yang mau berbicara tentang perilaku kekerasan yang dilakukan terhadap mereka.".
Statemen aktivis perempuan ini hanya bagian kecil dari fakta sosial mengenai tumpukan masalah yang dihadapi perempuan di dunia Barat. Ironisnya, mereka terus-menerus mencoba mendiktekan pandangannya mengenai perempuan terhadap belahan dunia lain.
Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam hal ini mengungkapkan sifat dari perbedaan pandangan antara Islam dan Barat. Pandangan Islam tentang perempuan sebagai dasar untuk menyoroti peran penting keluarga dan ibu, dan menekankan bahwa fondasi terkuat dari pendidikan intelektual dan spiritual juga sosial terbentuk dalam keluarga. Ibu berperan sebagai poros dalam keluarga yang tidak bisa dihilangkan.
Negara-negara Barat meneriakkan slogan-slogan indah dan menggoda tentang perempuan sembari menghancurkan nilai-nilai moral dan kemuliaan perempuan sebagai bagian dari masyarakat dunia.
Masalah ini menjadi sorotan Rahbar dalam pidato terbarunya, terutama ditekankan dalam petikan statemennya, "Kami bangga dengan pandangan Islam, dan kami tidak sejalan dengan pandangan Barat tentang wanita dan gaya hidupnya,".