Mantan Kepala Direktorat Intelijen Militer Israel, Amos Yadlin menilai penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan sebagai kegagalan intelijen mengerikan dan penarikan yang terhina.
"Penarikan ini tidak membantu sekutu AS di wilayah tersebut," ujarnya seperti dilaporkan televisi al-Mayadeen, Selasa (17/8/2021).
"Kami tidak mengandalkan AS. Kami tidak mengharapkan AS untuk menyelesaikan masalah keamanan kami dan tidak sekali pun kami meminta mereka untuk menumpahkan setetes darah untuk kami. Kami mengatakan beri kami sarana dan bantuan, melalui bantuan keamanan, beri kami dukungan politik di PBB dan Dewan Keamanan," kata Yadlin.
Dia menegaskan bahwa ada keruntuhan di Afghanistan. AS bisa saja meninggalkan Timur Tengah dan ini tidak dimulai di Afghanistan, ini dimulai di Irak dan berlanjut di Suriah.
Sementara itu, pensiunan Jenderal Israel, Yossi Kuperwasser menuturkan keruntuhan cepat pemerintah Afghanistan adalah bukti lain dari kesulitan Barat pada umumnya dan intelijen AS pada khususnya dalam memahami Dunia Islam.
Menurutnya, penarikan AS dari Afghanistan akan dianggap secara global sebagai sinyal kelemahan.
Amos Yadlin.
Mantan pejabat senior dinas intelijen militer Israel, Amos Gilad mengatakan, "Kita harus terus meningkatkan hubungan kita dengan rezim Arab yang stabil yang memerangi "kekuatan gelap" ini."
Dia melihat bahwa intelijen AS gagal total melalui seluruh fase pengambilan keputusan. "Tel Aviv harus sangat waspada untuk memastikan hal itu tidak terjadi di kawasan," imbuhnya.
Media-media Israel mengomentari penarikan pasukan AS dari Afghanistan dengan menyatakan bahwa penarikan ini sebenarnya adalah melarikan diri dari Afghanistan.
"Ini bukan penarikan seperti yang coba digambarkan oleh pemerintahan AS saat ini," kata mereka.
"Setelah 20 tahun, Amerika meninggalkan Afghanistan di era Joe Biden dengan cara yang memalukan," kata media-media Israel.
Channel 13 Israel memandang sikap Washington mengabaikan orang-orang yang telah bekerja sama dengan mereka sebagai hal yang menakutkan bagi semua sekutu AS di Timur Tengah dan ini adalah berita buruk bagi Tel Aviv.