Ancaman Serius Taliban di Afghanistan

Rate this item
(0 votes)

Milisi Taliban di statemennya memperingatkan jika pasukan asing pasca tahun 2014 masih terus bercokol di Afghanistan maka perang di negara ini akan terus berlanjut.

Di statemen tersebut dijelaskan, jika pemerintah Afghanistan menyepakati kehadiran pasukan asing, meski hanya satu orang, setelah tahun 2014 di negara ini maka ia akan menjadi pihak yang bertanggung jawab atas seluruh korban dan kerusakan akibat keputusannya tersebut. Statemen ini sangat penting dikaji khususnya ketika dirilis satu hari sebelum lawatan Presiden Hamid Karzai ke Amerika Serikat guna membicarakan kesepakatan keamanan bilateral.

Perundingan Karzai dengan Barack Obama terkait kesepakatan keamanan mencakup penempatan sejumlah pasukan Amerika di Afghanistan pasca tahun 2014 dan pemberian kekebalan hukum kepada mereka serta pembangunan pangkalan militer tetap Amerika Serikat di negara ini.

Berdasarkan strategi pemerintah Amerika Serikat untuk mempertahankan sejumlah pasukannya di Afghanistan setelah penarikan pasukan asing dari negara ini dua tahun mendatang, baru-baru ini Jend. John Allen, komandan militer AS dan NATO di Afghanistan menggelontorkan tiga usulan.

Jend. Allen mengajukan tiga prakarsa kepada Leon Panetta, Menteri Pertahanan Amerika terkait jumlah pasukan AS yang bakal ditempatkan di Afghanistan pasca tahun 2014. Ia mengusulkan jumlah antara enam, sepuluh dan dua puluh ribu personil.

Mengingat ancaman Taliban terkait berlanjutnya perang di Afghanistan jika pasukan asing masih ditempatkan di negara ini setelah tahun 2014 maka kondisi yang dihadapi pemerintah Kabul semakin rumit.

Di sisi lain Karzai saat ini tengah memperioritaskan program rekonsiliasi nasional dan meski Taliban menyatakan kesiapannya untuk berdamai serta menghadiri sidang terbaru, namun sejumlah milisi bersenjata, kubu oposisi dan wakil pemerintah Kabul di Paris berulang kali menekankan pra syarat untuk ikut di perundingan damai. Syarat mereka adalah penarikan pasukan asing dari Afghanistan.

Karzai yang tengah dihadapkan pada pra syarat Taliban, kini juga didesak sikap Amerika yang berniat menempatkan sejumlah pasukannya di negara ini pasca penarikan pasukan asing dua tahun lagi. Penempatan sejumlah pasukan Amerika di Afghanistan pasca tahun 2014 selain mengancam proses rekonsiliasi nasional dan membuka peluang berlanjutnya perang juga membangkitkan protes luas warga, kubu politik, etnis suku dan mazhab di negara ini.

Sejak satu bulan lalu ketika babak pertama perundingan Kabul dan Washington terkait nota kesepahaman keamanan digelar, isu kehadiran pasukan Amerika khususnya kekebalan hukum bagi mereka menuai protes luas dari berbagai kubu Afghanistan.

Di kondisi seperti ini, Karzai di lawatannya mendatang ke Amerika dan dialognya dengan Barack Obama terkait kesepakatan keamanan akan dihadapkan pada kendala besar. Urgensitas mempertahankan kepentingan nasional Afghanistan khususnya proses perdamaian di negara ini lebih penting dari dialog Karzai dengan Obama. Hal ini juga dapat mempengaruhi karir politik Karzai.

Mengingat kemampuan keamanan pemerintah dengan didukung 350 ribu militer dan polisi, rakyat Afghanistan optimis Karzai sebelum memikirkan kerjasama dengan Amerika mengedepankan isu lebih urgen yakni perdamaian dan rekonsiliasi nasional di negara ini. (IRIB Indonesia/MF/NA)

Read 1441 times