Kurang dari 10 hari dari penyelenggaraan pemilu dini parlemen di Irak, para marja’ Syiah dan petinggi negara ini menekankan partisipasi maksimum dan penyadaran rakyat di pemilu.
Pemilu ini dijadwalkan akan digelar 10 Oktober 2021. Sementara tinggal 10 hari dari penyelenggaraan pesta demokrasi ini, isu boikot pemilu oleh sebagian kelompok di negara ini akan ditindaklanjuti. Presiden Irak, Barham Salih meminta kubu yang memboikot pemilu ini untuk menghentikan keputusannya.
Sementara itu, Marja’ Syiah, Ayatullah Sistani Rabu (29/9/2021) dalam sebuah statemennya menyatakan, pemilu jalan paling aman untuk mencapai masa depan yang lebih baik dari masa lalu serta mencegah negara ini jatuh dalam kerusuhan. Ayatullah Sistani di statemennya menekankan warga harus memanfaatkan kesempatan ini untuk menciptakan perubahan sejati di manajemen negara dan membersihkan para koruptor serta memilih kandidat yang bersih.
Marja' Syiah di Irak, Ayatullah Sistani
Penekanan pada partisipasi rakyat secara maksimal dan sadar dalam pemilihan parlemen Irak terutama disebabkan oleh dampak pemilihan pada tatanan kekuasaan di negara ini, serta pada fungsi parlemen. Sebenarnya; Alasan pertama pentingnya pemilihan parlemen 10 Oktober adalah dampaknya terhadap struktur kekuasaan Irak. Dengan pemilihan berlangsung, proses pencalonan presiden dan perdana menteri dimulai, yang sangat penting sejak pemilihan perdana menteri karena ia membentuk kabinet. Dengan demikian, persaingan antar kelompok politik, terutama kelompok Syiah yang memilih perdana menteri, berada pada level yang tinggi.
Alasan lain pentingnya pemilu mendatang adalah berfungsinya lembaga ini. Parlemen Irak, atau Majlis al-Nuwab al-Iraqi, adalah satu-satunya badan legislatif di negara itu. Tugas parlemen Irak ini bahkan lebih penting dalam situasi saat ini karena, menurut Presiden Irak Barham Salih, "karena cacat dalam sistem pemerintahan merampas hak rakyat Irak untuk hidup bebas dan bermartabat. Langkah selanjutnya adalah amandemen UUD Irak yang akan disahkan oleh mayoritas elit politik.” Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan masalah ini, tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu serta komposisi parlemen masa depan menjadi sangat penting.
Isu lainnya adalah Irak telah mengatasi terorisme Daesh (ISIS), yang mengancam geografinya, tetapi kekhawatiran keamanan dalam bentuk kerawanan sosial masih tinggi di negara itu. Irak kemungkinan akan melihat lebih sedikit ketidakstabilan keamanan dan lebih banyak kerusuhan sosial dalam empat tahun ke depan. Kerusuhan sosial dapat diperburuk oleh fakta bahwa masalah ekonomi dan kurangnya layanan infrastruktur masih merupakan dua masalah serius di negara ini, yang membuka jalan bagi protes rakyat.
Oleh karena itu, komposisi parlemen masa depan akan memainkan peran penting bagi Irak dalam menghadapi masalah ini, dan parlemen yang kuat dapat mengambil langkah-langkah efektif untuk membuat undang-undang untuk meringankan masalah ekonomi rakyat.
Masalah penarikan pasukan Amerika dari Irak juga penting, dan baik parlemen maupun kabinet masa depan memiliki peran besar dalam hal ini. Komposisi parlemen dan cara berpikir orang-orang yang masuk ke legislatif Irak ini sangat penting. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pemilihan parlemen Irak mendatang juga penting bagi aktor asing, terutama Amerika Serikat.
Mengingat alasan ini, dalam beberapa hari terakhir selain persaingan antara kubu dan faksi meningkat, para marja’ dan elit politik Irak juga menekankan pentingnya warga memanfaatkan kesempatan pemilu dan partisipasi maksimum serta penyadaran masyarakat.