Gerakan Jihad Islam Palestina, dengan menyinggung situasi yang terjadi di kota-kota Tepi Barat, koordinasi dan kerja sama warga Palestina di kota-kota itu dengan Jalur Gaza, serta warga Palestina yang terkepung, menegaskan bahwa Tepi Barat adalah kuburan proyek Zionis.
Salah satu pejabat senior Jihad Palestina di Gaza, Khaled Batash menegaskan bahwa upaya mencegah peran aktif Gaza dalam mengomandoi proyek nasional Palestina, akan gagal, karena Tepi Barat akan menjadi kuburan proyek Zionisme.
Statemen Khaled Batash terkait Tepi Barat sangat penting karena rakyat Palestina di wilayah ini, sekarang sangat menekankan pentingnya perlawanan, dan persatuan dalam negeri untuk menghadapi Israel.
Penduduk Palestina di Tepi Barat juga menuntut perlawanan atas Israel, dan proyek-proyek kejahatan rezim ini terhadap rakyat Palestina terutama di Jalur Gaza.
Pada kenyataannya, tekad dan semangat seperti ini yang muncul di tengah warga Tepi Barat, merupakan salah satu hasil dan buah dari "Perang 12 Hari" antara kelompok perlawanan Palestina, dan Israel, dalam kerangka operasi militer "Pedang Al Quds", yang sekali lagi telah menggagalkan agresi Zionis.
Kelompok perlawanan Palestina, dalam operasi ini berhasil memaksakan kekalahan lain bagi Israel, dan bagi sistem pertahanan udara rezim itu yang dikenal dengan "Kubah Besi", sehingga secara praktis lumpuh.
Kekalahan ini menyebabkan rezim Zionis terpaksa kembali memohon kepada Amerika Serikat untuk memperbaiki serta memodernisasi Kubah Besi. Selain itu Tel Aviv juga meminta Washington memperkuat sistem pertahanan udaranya.
Di sisi lain, kemenangan kelompok perlawanan Palestina semakin membuat rakyat Palestina benci pada upaya-upaya gagal Pemerintah Otorita Ramallah.
Kemenangan semacam ini terutama semakin membuat rakyat Palestina yakin atas efektivitas perlawanan kelompok Palestina terutama di Jalur Gaza untuk menghadapi kemampuan pertahanan, dan militer Israel.
Rakyat Palestina khususnya di Tepi Barat bahkan bangga dengan keunggulan, dan kemenangan ini. Oleh karenanya dalam beberapa minggu terakhir, kita menyaksikan upaya berlipat ganda Israel di Tepi Barat untuk meningkatkan koordinasi keamanan dengan Otorita Ramallah guna mengatasi aksi warga Palestina, dan membungkamnya.
Lawatan terbaru Menteri Perang Israel Benny Gantz ke Tepi Barat, dan pertemuannya dengan Pemimpin Otorita Ramallah Mahmoud Abbas, juga dilakukan dalam kerangka tujuan ini.
Dengan demikiran pernyataan terbaru Khaled Batash dapat dipahami dalam atmosfir, dan kerangka semacam ini.
Ia menegaskan, darah syuhada Tepi Barat, dan Al Quds bercampur, karena poros gerakan rakyat Palestina baik di Gaza, maupun Tepi Barat, baik di Al Quds maupun di Masjid Al Aqsa, dan faktor pemersatu rakyat Palestina, tersembunyi di dalamnya.
Dari sini statemen pejabat Jihad Islam memusatkan perhatian pada masalah bahwa Al Quds adalah garis merah perang melawan Israel, dan hasil terpenting pertempuran "Pedang Al Quds" adalah penekanan atas persatuan rakyat Palestina di Al Quds, Tepi Barat, dan Wilayah pendudukan tahun 1948.
Lebih dari itu, nasib buruk bagi Israel juga akan segera tercipta, dan itu adalah "ledakan" yang akan menimpa Zionis di Tepi Barat. Menurut Khaled Batash, persatuan dan solidaritas rakyat Palestina dapat dipastikan akan menciptakan sebuah ledakan situasi yang hebat.