Tamu undangan Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-35 telah bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udza Sayid Ali Khamenei pada hari ini, Minggu, 24 Oktober 2021.
Pertemuan yang berlangsung di Husseiniyah Imam Khomeini ra di Tehran itu dihadiri oleh para pejabat tinggi politik dan militer Republik Islam Iran dan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw dan wiladah Imam Ja'far Shadiq as.
"Kelahiran Nabi Agung Muhammad Saw adalah awal dari periode baru dalam kehidupan manusia. Ini adalah kabar baik bahwa era baru dari kehendak ilahi dan rahmat ilahi telah dimulai bagi umat manusia," kata Rahbar di awal pidatonya dalam pertemuan tersebut, Minggu (24/10/2021).
Pemimpin Besar Revolusi Islam menganggap persatuan umat Islam sebagai masalah prinsip, dan mengatakan, persatuan umat Islam bukanlah taktik, yang menurut sebagian orang, kita harus bersatu sekarang karena keadaan tertentu, dan menurut mereka, persatuan bukan masalah prinsip.
"Sinergi umat Islam itu perlu. Jika umat Islam bersatu dan mereka bersinergi, maka mereka semua akan menjadi kuat. Persatuan umat Islam adalah kewajiban al-Qur'an yang pasti," tegasnya.
Rahbar menganggap Palestina sebagai indikator utama persatuan, dan mengatakan, pemerintah-pemerintah yang melakukan normalisasi hubungan dengan rezim Zionis Israel harus menebus kesalahan mereka.
Menurut Ayatullah Khamenei, dua tugas penting bagi umat Islam adalah menjelaskan dan mempromosikan kelengkapan Islam dalam semua aspek kehidupan manusia dan memperkuat persatuan umat Islam.
Rahbar menilai bahwa pencapaian tujuan penting untuk menciptakan peradaban baru Islam tidak mungkin kecuali dengan persatuan Syiah dan Sunni.
"Indikator utama untuk persatuan umat Islam adalah masalah Palestina. Jika upaya untuk menghidupkan dan memulihkan hak-hak rakyat Palestina semakin serius dilakukan, maka persatuan umat Islam akan semakin kuat," ujarnya.
Rahbar menyebut upaya beberapa pemerintah di kawasan untuk menormalkan hubungan mereka dengan rezim penjajah, Zionis sebagai dosa dan kesalahan besar.
"Pemerintah-pemerintah ini harus kembali dari langkah dan jalan yang berlawanan dengan persatuan Islam dan menebus kesalahan besar mereka," tegasnya.
Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei menjelaskan bahwa penyebab penekanan berulang pada masalah persatuan dikarenakan adanya jarak yang jauh antara mazhab-mazhab dan upaya serius musuh untuk memperluas jarak tersebut.
"Saat ini, kata Syi'ah dan Sunni telah memasuki literatur politik para pejabat Amerika Serikat, sementara mereka menentang dan memusuhi prinsip Islam," tuturnya.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran juga menyinggung upaya AS dan orang-orang didikannya untuk menciptakan hasutan dan fitnah di berbagai tempat di dunia Islam.
"Serangan-serangan bom menyedihkan dan menimbulkan tangisan baru-baru ini di masjid-masjid Afghanistan yang menarget umat Islam dan jemaah shalat Jumat adalah di antara insiden yang sama, yang dilakukan oleh Daesh (ISIS), dan para pejabat AS secara eksplisit telah menyatakan bahwa mereka yang menciptakan Daesh," terangnya.
Ayatullah Khamenei menganggap pertemuan tahunan tentang persatuan Islam belum cukup. Rahbar menuturkan, dalam hal ini harus dilakukan diskusi, penjelasan, dorongan, perencanaan dan pembagian kerja secara permanen, dan sebagai contoh dalam kasus Afghanistan ini, salah satu cara untuk mencegah insiden tersebut adalah kehadiran pejabat yang terhormat di negara itu di pusat-pusat dan masjid dan atau mendorong saudara-saudara Ahlu Sunnah untuk menghadiri pertemuan-pertemuan bersama.
Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-35 mengusung tema "Persatuan Islam, Perdamaian dan Menghindari Perpecahan dan Konflik di Dunia Islam."
Konferensi ini dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi pada hari Selasa (19/10/2021) di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran.
Sekretaris Jenderal Jihad Islam Palestina Ziad Al Nakhala, mantan Perdana Menteri Irak Adil Abdul Mahdi, Mufti Agung Kroasia Aziz Hasanovic, Deputi urusan Internasional Hamas Khalil Al Hayya, Ketua Dewan Tinggi Islam Aljazair Bouabdallah Ghlamallah dan sejumlah cendekiawan Dunia Islam lain menyampaikan pidatonya.
Konferensi yang dihadiri oleh para ulama dan intelektual Muslim dari 39 negara dunia ini berakhir pada hari Minggu (24/10/2021).