Ayat ke 52
Artinya:
Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan. Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu". (9: 52)
Dalam ayat sebelumnya telah dikaji mengenai pertentangan orang-orang munafik dengan Nabi dan kaum Muslimin. Mereka tidak saja menyampaikan berbagai alasan untuk melarikan diri dari medan jihad fi sabilillah, tetapi juga menebar pernyataan yang bisa melemahkan semangat jihad para pasukan Muslimin. Mereka menunjukkan besarnya kekuatan pasukan musuh, guna menakut-nakuti pasukan Muslimin agar lemah semangatnya dan kalah dalam peperangan. Ayat ini merupakan jawaban atas pernyataan mereka dengan mengatakan, "Sesuatu yang ditunggu oleh para mujahid Islam di jalan Allah ini tidak lain hanyalah kebaikan."
Hasil dari perjuangan jihad fi sabilillah ini adalah kemenangan terhadap musuh. Ini merupakan tujuan asli mereka ataun gugur syahid di jalan Allah yang merupakan kedudukan dan posisi tertinggi di kalangan orang yang beriman. Karena itu, orang Mukmin senantiasa memperoleh kemenangan dan tidak pernah menanggung kekalahan. Sementara mereka yang lari dari medan perang, tidak akan memperoleh apapun kecuali azab dan siksaan Allah Swt. Hanya ini bisa mereka nantikan. Karena Allah hanya akan mengazab mereka di dunia atau di akhirat, ataupun kalian akan mendapat sanksi sebagai konsekuensi karena melarikan diri dari medan pertempuran. Balasan itu harus diterima atas perbuatan menolak menuju medan jihad.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang Mukmin samasekali tidak pernah mengalami kekalahan. Selain dia melaksanakan tugas, dia juga berusaha untuk itu, sedang apapun hasilnya itu tidak menjadi tujuan
2. Bagi orang yang beriman hidup atau mati tidaklah penting, namun yang penting adalah tetap berjalan dan berpegang teguh pada jalan Allah yang lurus dan benar.
Ayat ke 53
Artinya:
Katakanlah: "Nafkahkanlah hartamu, baik dengan sukarela ataupun dengan terpaksa, namun nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima dari kamu. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang fasik. (9: 53)
Sebagian orang munafik yang tidak ikut dalam perang Tabuk masih tetap berharap mendapatkan apa yang didapatkan kaum Muslimin ketika memenangkan perang, tapi pada saat yang sama tidak ingin bersusah payah ikut ke medan perang. Ayat ini justru menyatakan, "Kehadiran mereka di medan tempur itu merupakan kewajiban, namun mengapa kalian justru enggan melakukan kwajiban ini? Karena itulah berbagai bantuan yang kalian berikan tidak diterima disebabkan kalian tidak melaksanakan kewajiban.
Yang menarik, ayat ini justru menyatakan, "Bantuan dan infak yang kalian berikan itu tidak jelas. Apakah bantuan itu benar-benar dari lubuk hati kalian atau dikarenakan hal lainnya. Karena betapa banyak kemenangan yang diperoleh oleh pasukan Islam tidak memberikan kebahagiaan di hati kalian. Tampaknya kalian memberikan bantuan dikarenakan kondisi lingkungan dan sosial yang sedemikian rupa kalian terpaksa kalian memberikan bantuan.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pemberian bantuan yang tendensius dari setiap orang jangan kalian terima. Karena berbagai pekerjaan suci dan Islami haruslah dilaksanakan dengan berbagai bantuan materi orang-orang yang saleh.
2. Syarat diterimanya amal perbuatan seseorang di sisi Allah adalah takwa dan kebersihan hati. Karena kefasikan dapat mencegah diterimanya perbuatan-perbuatan tersebut.
Ayat ke 54
Artinya:
Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan. (9: 54)
Ayat ini telah menyinggung mengenai alasan tidak diterimanya berbagai bantuan material orang-orang munafik dan mengatakan, "Dari sisi keyakinan, mereka sedang mengalami beban dan kesulitan dari siksa batin. Karena mereka tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, sedang dari berbagai amal perbuatan dan kewajiban agama mereka tidak menunjukkan motivasi dan aktifitas yang baik. Sebaliknya, mereka justru tidak suka dan menunjukkan kemalasan meski sepintas mereka melakukan shalat dan memberikan infak.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Beramal tanpa berpegang teguh dengan iman kepada Allah, sulit untuk bisa diterima. Sedang niat untuk mendekatkan diri kepada Allah merupakan syarat utama dalam setiap pekerjaan.
2. Kita harus berhati-hati terhadap tanda-tanda nifak agar jangan menjadi berkembang dan besar seperti, malas dalam melakukan shalat, tidak suka memberikan infak dan bantuan.
Ayat ke 55
Artinya:
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir. (9: 55)
Ayat ini menyinggung kondisi duniawi orang-orang munafik dan mengatakan, mereka hanya memperhatikan urusan duniawi dan berpikir tentang bagaimana bisa mengumpulkan harta benda sebanyak mungkin. Sementara dari segi harta dan anak-anak mereka justru memiliki kondisi yang lebih baik bila dibandingkan dengan kondisi orang-orang Mukmin. Tetapi harta benda dan anak-anak jangan sampai menjadi penyebab kehancuran dan kerugian. Karena hal tersebut dapat menyebabkan azab dan siksa orang-orang munafik di dunia.
Adapun Allah Swt akan memberi azab dan siksaan kepada mereka semua meski dengan kekayaan melimpah yang kalian miliki bahkan dengan anggota keluarga yang banyak. Karena semua kekayaan dan jumlah keluarga yang besar itu tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mendatangkan kerugian. Kemudian keterikatan kaum munafikin terhadap dunia sedemikian hebatnya, sehingga sewaktu mereka mengalami sakaratul maut mereka menjadi kafir kepada Allah, bahkan sekalipun mereka telah melakukan perbuatan baik akan dihapus dan musnah.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Betapa banyak nikmat yang secara zahir itu menyenangkan dan membahagiakan, namun secara batin merupakan bencana dan azab.
2. Kehancuran, kematian dan fana adalah keluarnya ruh dari badan, dan ia akan dikembalikan lagi kepada badan tersebut pada Hari Kiamat.
3. Kalian jangan memperhatikan sisi-sisi kehidupan dunia seseorang, namun pikirkanlah akibat dari perbuatan kalian.