Ayat ke 50-51
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُهُ بَيَاتًا أَوْ نَهَارًا مَاذَا يَسْتَعْجِلُ مِنْهُ الْمُجْرِمُونَ (50) أَثُمَّ إِذَا مَا وَقَعَ آَمَنْتُمْ بِهِ آَلْآَنَ وَقَدْ كُنْتُمْ بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ (51)
Artinya:
Katakanlah: "Terangkan kepadaku, jika datang kepada kamu sekalian sikaaan-Nya di waktu malam atau di siang hari, apakah orang-orang yang berdosa itu meminta disegerakan juga?" (10: 50)
Kemudian apakah setelah terjadinya (azab itu), kemudian itu kamu baru mempercayainya? Apakah sekarang (baru kamu mempercayai), padahal sebelumnya kamu selalu meminta supaya disegerakan? (10: 51)
Ayat-ayat ini merupakan jawaban dari pernyataan kelompok yang mengingkari hari kebangkitan atau Ma'ad. Mereka mengatakan, "Kapan akan diberlakukan sanksi dan siksaan Allah? Nabi Muhammad Saw) diutus diantaranya dalam rangka menjawab pertanyaan mereka, yaitu apakah kalian yang berkeinginan agar turunnya azab itu dipercepat! Apabila turunnya azab dan siksa itu datang dengan tiba-tiba di waktu siang atau malam, lalu apa yang mesti kalian lakukan! Apakah kalian memiliki jalan untuk melarikan diri? Atau apakah kalian memiliki kekuatan untuk menahan atau mencegah azab tersebut? Apabila kalian juga masih menyangka bahwa dengan menyaksikan tanda-tanda azab dan siksaan, kalian akan beriman? Kalian betul-betul terjebak dalam hayalan yang batil. Karena dengan turunnya azab, maka pintu-pintu taubat sudah tertutup, sedang iman dalam kondisi seperti ini tidak ada pengaruhnya."
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Semestinya orang-orang jahat dan pendosa tidak perlu yakin akan turunnya azab, tapi hanya dengan kemungkinan turunnya azab sudah cukup untuk waspada dalam perbuatan mereka.
2. Menyatakan beriman di saat berbahaya tidak ada artinya. Karena keimanan yang semacam itu muncul dari ketakutan dan samasekali bukan menunjukkan yakin secara ikhtiyar.
Ayat ke 52
ثُمَّ قِيلَ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلَّا بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ (52)
Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zalim (musyrik) itu: "Rasakanlah olehmu siksaan yang kekal; kamu tidak diberi balasan melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan". (10: 52)
Dalam ayat-ayat sebelumnya telah disinggung pernyataan mengenai siksaan dan balasan Ilahi di dunia ini dengan cara diturunkannya siksaan terhadap para pendosa secara tiba-tiba. Sementara dalam ayat ini disebutkan mengenai siksa bagi orang-orang yang jahat dan pendosa pada Hari Kiamat, sebagaimana mereka telah melakukan kejahatan tersebut terhadap sesamanya. Mereka sendiri tidak mau berhenti dari berbuat kejahatan, sehingga mereka akan mendapatkan azab dan siksaan yang sangat pedih untuk selamanya. Dasar pemberian siksaan Ilahi itu tergantungkan pada amal perbuatan manusia sewaktu di dunia. Begitu pula mereka dalam menghadapi kejahatan yang telah mengkristal senantiasa akan merasa tersiksa.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam kebudayaan Islam, kezaliman tidak hanya terhadap orang-orang lain, akan tetapi yang namanya dosa bukan terbatas pada kezaliman. Karena berbuat zalim terhadap diri sendiri juga zalim terhadap para nabi yang diutus untuk kepada umat manusia.
2. Siksa dan balasan Allah adil dan setimpal dengan amal perbuatan manusia, dan sekali-kali bukan melebihi dari amal perbuatannya.
Ayat ke 53-54
وَيَسْتَنْبِئُونَكَ أَحَقٌّ هُوَ قُلْ إِي وَرَبِّي إِنَّهُ لَحَقٌّ وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ (53) وَلَوْ أَنَّ لِكُلِّ نَفْسٍ ظَلَمَتْ مَا فِي الْأَرْضِ لَافْتَدَتْ بِهِ وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (54)
Artinya:
Dan mereka menanyakan kepadamu: "Benarkah (azab yang dijanjikan) itu? Katakanlah: "Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya azab itu adalah benar dan kamu sekali-kali tidak bisa luput (daripadanya)". (10: 53)
Dan kalau setiap diri yang zalim (muayrik) itu mempunyai segala apa yang ada di bumi ini, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka membunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu. Dan telah diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dianiaya. (10: 54)
Setelah ayat-ayat sebelumnya yang berbicara mengenai turunnya azab terhadap orang-orang yang jahat dan pendosa di dunia dan di akhirat, kedua ayat ini berbicara mengenai balasan dan siksaan Allah yang tidak diragukan samasekali. Karena janji Ilahi itu bersifat pasti. Nabi Muhammad Saw yang semua pernyataan dan seruannya benar dan lurus, bersumpah atas nama Allah tentang akan tibanya hari kebenaran semacam ini. Pada waktu itu tidak ada suatu jalan pun untuk melarikan diri atau bisa bertahap terhadap azab dan siksaan tersebut. Balasan dan siksaan Allah sungguh sangat pedih dan berat. Sehingga setiap orang yang jahat, pendosa siap untuk menebus dirinya dengan seluruh harta bendanya yang ada di bumi, supaya mereka tidak terazab dan tersiksa. Akan tetapi apalah artinya di saat mengungkapkan penyesalan dan taubat itu sudah tertutup, dan pengadilan Hari Kiamat itu akan berjalan berdasarkan keadilan dan kejujuran.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Terkadang untuk menghilangkan keragu-raguan, perlu bagi Nabi Saw dengan tegas bersumpah atas nama Allah Swt.
2. Dalam pengadilan Ilahi yang berdasarkan keadilan, maka kekuasaan dan kekayaan manusia di dunia tidak bisa diandalkan samasekali. Karena di akhirat hanya akidah dan amal perbuatan yang dapat sebagai penentu.
Ayat ke 55-56
أَلَا إِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَلَا إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (55) هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (56)
Artinya:
Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui(nya). (10: 55)
Dialah yang menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (10: 56)
Sementara unsur terpenting mengenai keraguan akan terjadinya Hari Kiamat, berarti keraguan terhadap kekuasaan Allah. Karena itu dalam ayat ini dikatakan, kenapa kalian menyangka bahwa Allah tidak memiliki kemampuan untuk menghidupkan orang-orang yang mati dan memberi siksa atau pahala kepada mereka. Tidakkah kalian mengetahui bahwa seluruh jagat raya ini berada di tangan-Nya? Dia adalah pencipta dan pemilik alam semesta ini. Hidup dan matinya kalian semua di tangan Allah. Lalu mengapa kalian masih meragukan perkara Hari Kiamat?
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pemilik hakiki segala sesuatu di alam semesta ini adalah Allah, sedang kepemilikan manusia itu adalah kesepakatan. Karena itu pada Hari Kiamat orang-orang Kafir tidak memiliki sesuatu untuk dirinya yang bisa dijadikan sebagai penebus untuk menyelamatkan diri mereka.
2. Kekuasaan Allah Swt terhadap alam semesta, merupakan dalil dan alasan kekuasaan-Nya untuk merealisasikan janji-janji Allah.