Ayat ke 62
┘ê┘Ä┘è┘Äϼ┘ÆÏ╣┘Ä┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘à┘ÄϺ ┘è┘Ä┘â┘ÆÏ▒┘Ä┘ç┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ê┘ÄϬ┘ÄÏÁ┘É┘ü┘Å Ïú┘Ä┘ä┘ÆÏ│┘É┘å┘ÄϬ┘Å┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÄÏ░┘ÉÏ¿┘Ä Ïú┘Ä┘å┘æ┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¡┘ÅÏ│┘Æ┘å┘Ä┘ë ┘ä┘ÄϺ ϼ┘ÄÏ▒┘Ä┘à┘Ä Ïú┘Ä┘å┘æ┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ▒┘Ä ┘ê┘ÄÏú┘Ä┘å┘æ┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘à┘Å┘ü┘ÆÏ▒┘ÄÏÀ┘Å┘ê┘å┘Ä (62)
Artinya:
Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kedustaan. Yaitu bahwa sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan. Tiadalah diragukan bahwa nerakalah bagi mereka, dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan (ke dalamnya). (16:62)
Sebelumnya kita telah menyimak bagaimana orang-orang Musyrik berdasarkan pemikiran dan akidah khurafat dan menyeleweng menilai anak-anak perempuan sebagai sumber kehinaan, sementara pada saat yang sama mereka menganggap para malaikat adalah anak-anak perempuan Allah dan menisbatkannya kepada Allah. Ayat yang baru saja kita baca ini mengatakan, "Bagaimana mungkin mereka menisbatkan kebohongan besar ini kepada Allah dan menilai dirinya sebagai yang terbaik di bandingkan lainnya?
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Apa saja yang tidak kita terima, jangan dinisbatkan kepada orang lain, apa lagi disandarkan kepada Allah Sang Pencipta.
2. Jangan sampai menilai diri sendiri lebih dibandingkan yang lain dan jangan membayangkan bahwa nasib baik itu milik kita.
 
Ayat ke 63
Ϭ┘ÄϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ä┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ Ïú┘ÄÏ▒┘ÆÏ│┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë Ïú┘Å┘à┘Ä┘à┘ì ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘â┘Ä ┘ü┘ÄÏ▓┘Ä┘è┘æ┘Ä┘å┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘äÏ┤┘æ┘Ä┘è┘ÆÏÀ┘ÄϺ┘å┘Å Ïú┘ÄÏ╣┘Æ┘à┘ÄϺ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘Ä┘ç┘Å┘ê┘Ä ┘ê┘Ä┘ä┘É┘è┘æ┘Å┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘è┘Ä┘ê┘Æ┘à┘Ä ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘î Ïú┘Ä┘ä┘É┘è┘à┘î (63)
Artinya:
Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tapi setan menjadikan umat-umat ini memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih. (16: 63)
Perilaku orang-orang Musyrik terhadap Nabi Muhammad Saw sangat buruk dan tidak dapat diterima, sementara pada saat yang sama seruan Rasulullah Saw agar mereka memeluk Islam tidak dipedulikan. Kenyataan ini sangat menyiksa Rasulullah Saw. Ayat ini diturunkan untuk menghibur beliau dan mengatakan, "Sepanjang sejarah memang demikian dan semua para nabi menghadapi hal yang sama. Oleh karenanya, jangan memikirkan sikap mereka itu."
Tentu saja ayat ini juga mengisyaratkan akan bahaya yang selalu mengancam manusia. Disebutkannya, "Setan menjadikan perbuatan-perbuatan buruk menjadi indah agar orang-orang melakukannya dan tidak akan meninggalkannya dengan mudah.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Pengutusan para nabi kepada berbagai umat merupakan sunnah ilahi sepanjang masa.
2. Cara setan untuk mempengaruhi manusia dengan memutarbalikkan hal yang buruk terlihat indah dan membernarkan hal-hal yang buruk.
 
Ayat ke 64
┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ▓┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ ┘ä┘ÉϬ┘ÅÏ¿┘Ä┘è┘æ┘É┘å┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è Ϻϫ┘ÆϬ┘Ä┘ä┘Ä┘ü┘Å┘êϺ ┘ü┘É┘è┘ç┘É ┘ê┘Ä┘ç┘ÅÏ»┘ï┘ë ┘ê┘ÄÏ▒┘ÄÏ¡┘Æ┘à┘ÄÏ®┘ï ┘ä┘É┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘ì ┘è┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘Å┘ê┘å┘Ä (64)
Artinya:
Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (16: 64)
Ayat ini memperkenalkan al-Quran sebagai kitab hidayah. Sebuah kitab yang dipersiapkan untuk menuntun manusia menuju kebahagiaan dan menyelamatkan mereka. Dengan al-Quran manusia dapat meraih rahmat ilahi.
Jelas, konsekwensi dari hidayah adalah menunjukkan jalah kebenaran dari kebatilan, memilah ciri-ciri keduanya dan menjelaskan nasib orang yang menjalani jalan ini. Bila masyarakat mampu mengenal kebenaran dan kebatilan berdasarkan al-Quran, niscaya sampai pada sumber hidayah dan menjadi orang-orang yang beriman.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Tolok ukur kebenaran dan kebatilan dalam bingkai teori adalah al-Quran dan kewajiban nabi adalah menjelaskan masalah ini berdasarkan al-Quran.
2. Syarat untuk mendapatkan rahmat ilahi adalah menerima hidayah-Nya. Sementara siapa yang tidak menerima hidayah-Nya, bagaimana berharap mendapatkan rahmat-Nya?
 
Ayat ke 65
┘ê┘ÄϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ▓┘Ä┘ä┘Ä ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘ÄϺÏí┘É ┘à┘ÄϺÏí┘ï ┘ü┘ÄÏú┘ÄÏ¡┘Æ┘è┘ÄϺ Ï¿┘É┘ç┘É Ïº┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘Ä Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘Ä ┘à┘Ä┘ê┘ÆϬ┘É┘ç┘ÄϺ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä ┘ü┘É┘è Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä ┘ä┘ÄÏó┘Ä┘è┘ÄÏ®┘ï ┘ä┘É┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘ì ┘è┘ÄÏ│┘Æ┘à┘ÄÏ╣┘Å┘ê┘å┘Ä (65)
Artinya:
Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya para yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran). (16: 65)
Menyusul ayat sebelumnya yang membicarakan mengenai hidayah manusia lewat diturunkannya kitab dari langit, ayat ini menyebutkan, "Allah menghidupkan tanah yang mati dengan menurunkan hujan. Benar, diturunkannya al-Quran diserupakan dengan turunnya hujan sebagai sumber kehidupan dan penyelamat manusia. Tentu saja bagi orang-orang yang mendengarkan ayat-ayat ilahi dan bertadabbur serta mengamalkan pesan-pesan al-Quran dalam kehidupannya."
Tibanya musim semi merupakan satu dari tanda-tanda kebesaran Allah. Karena pohon dan tumbuh-tumbuhan menemukan kembali kehidupannya yang baru dan tanah yang mati kembali subur. Di Hari Kiamat manusia yang mati bakal dibangkitkan dengan kehendak Allah dan menemukan kembali kehidupannya yang baru.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Kehidupan manusia dan semua makhluk hidup merupakan nikmat ilahi paling besar. Turunnya hujan dan fenomena alam lainnya terjadi akibat kehendak Allah.
2. Membaca dan mendengarkan ayat-ayat al-Quran dapat menghidupkan hati dan jiwa manusia dan menyampaikannya pada sebuah pengetahuan dan pengenalan kepada Allah.