Tafsir Al-Quran, Surat al-Baqarah Ayat 55-59

Rate this item
(2 votes)

Ayat ke 55

Artinya:
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang", karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya.

Ayat ini menjelaskan satu lagi dari penyimpangan-penyimpangan Bani Israel. Suatu hari mereka menyembah anak sapi. Dan kali ini, mereka meminta sesuatu yang tidak pada tempatnya. Mereka berkata, "Kami ingin melihat Allah dengan mata kami, supaya kami beriman kepada perkataan-perkataanmu dan menerima ajaran-ajaranmu. Untuk menunjukkan bahwa mata mereka tidak mampu, bahkan untuk melihat sebagian makhluk Allah, maka Allah menurunkan petir, yang kilat serta gemuruhnya menyebabkan kematian mereka, dan mereka semua jatuh menghempas bumi dalam keadaan tak bernyawa.

Lanjutan peristiwa ini, terdapat dalam ayat berikutnya.

 

Ayat ke 56

Artinya:
Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.

Setelah matinya 70 orang pembesar Bani Israel yang terjadi dalam peristiwa datangnya ujian itu, Nabi Musa meminta kepada Allah supaya menghidupkan mereka kembali. Allah Swt mengabulkan doa Nabi Musa as dan menghidupkan mereka, sehingga mereka sendiri dan juga Bani Israel beriman kepada kekuatan ilahi.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Orang yang berbuat dosa pada dasarnya telah menganiaya dan merugikan diri sendiri, bukannya merugikan Allah. Esensi manusia ada di dalam ruhnya, bukan jasadnya; sedangkan dosa membuat ruh manusia tercemar dan berpenyakit.Jika hal itu berlanjut hingga kematian ruh, maka tak tersisa apa pun pada manusia kecuali jasad hewaninya.
2. Taubat dari setiap dosa, harus sesuai dengan dosa tersebut. Taubat akibat mengganti penyembahan Allah Swt kepada penyembahan anak sapi, bukan dengan menangis dan meminta maaf. Tetapi harus dengan dihukum mati atau gantung. Tangis penyesalan tidaklah cukup, tetapi sekali waktu harus dengan penumpahan darah.
3. Beberapa orang berkata kita harus melihat Allah, sehingga kita beriman kepada-Nya. Yang demikian itu berasal dari kebodohan dan ketidaktahuan atau berdasar dari sifat keras kepala. Karena Allah Swt tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Hanya tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya yang terdapat di dalam wujud manusia dan seluruh alam wujud, yang dapat dilihat.
4. Menghidupkan kembali orang mati bukanlah hal yang mustahil. Di dunia ini Allah Swt telah menghidupkan kembali manusia-manusia di beberapa kasus. Pada peristiwa ini 70 orang pembesar Bani Israel yang mati akibat azab, kembali hidup berkat doa Nabi Musa yang dikabulkan oleh Allah Swt.

 

Ayat ke 57

Artinya:
Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Setelah menyelamatkan Bani Israel dari cengkeraman orang-orang Firaun, Allah Swt berfirman kepada mereka, pergilah ke arah tanah suci Palestina. Tetapi mereka tidak pergi dengan alasan bahwa disana berkuasa pemerintahan zalim. Kemarahan Allah pun meliputi mereka, membuat mereka berputar-putar tersesat selama 40 tahun di padang pasir Sina.

Selama masa tersebut sekelompok dari mereka sadar atas perbuatan mereka dan Allah Swt kembali menurunkan rahmat-Nya kepada mereka dan ayat ini menjelaskan beberapa hal dari nikmat-nikmat tersebut . Selain menaungi dengan awan-awan di padang pasir yang kering dan membakar, Allah Swt memberi mereka dua macam makanan. Satu, makanan mirip madu yang didapat dari getah pepohonan bernama "manna" dan satu lagi sejenis burung mirip merpati, yang disebut oleh al-Quran dengan nama "Salwa".

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Awan, angin dan hujan tunduk pada perintah Allah.
2. Sifat Allah sebagai pemberi rezeki tidak pernah dibatasi dalam kondisi khusus.
3. Allah menentukan rezeki manusia secara halal.
4. Melanggar hukum Allah berarti berbuat zalim terhadap diri sendiri.

 

Ayat ke 58

Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan Katakanlah:" Bebaskanlah kami dari dosa ", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".

Setelah melewatkan masa 40 tahun di padang pasir Sina, Allah Swt berfirman, bahwa untuk mengampuni dosa-dosa mereka, mereka harus masuk ke tempat peribadatan Baitul Maqdis, dan untuk beristighfar, mereka harus mengulang-ulang kalimat (hitthah). Kalimat ini mempunyai arti, "Ya Allah, hapuskanlah dosa-dosa kami dan ampunilah kami."

Allah Swt berjanji, jika kalimat ini mereka baca dengan sepenuh hati, pada saat memasuki tempat suci itu, maka dosa-dosa mereka akan terampuni dan Allah akan menerima taubat mereka, serta akan menambah pahala orang-orang yang berbuat baik. Sekarang ini juga salah satu pintu diantara pintu-pintu masjidul Aqsa terkenal dengan pintu atau "Baabul Hittah".

Ayat ini menunjukkan bahwa untuk memasuki tempat-tempat suci diperlukan penghormatan khusus dan kita harus mempelajari tata cara berdoa serta permohonan taubat kepada Allah Swt. Kita harus tahu apa yang harus kita lakukan dan kita katakan ketika akan meminta ampun kepada Allah. Ayat selanjutnya menjelaskan perlakuan buruk Bani Israil terhadap perintah Allah Swt.

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Jaminan atas kehidupan masyarakat lebih didahulukan dari perintah melakukan ibadah.
2. Ada penghormatan khusus setiap masuk ke tempat-tempat suci.
3. Ampunan dari sisi Allah dan manusia harus meminta ampunan.
4. Kita juga harus belajar tata cara berdoa dan bertaubat dari Allah.

 

Ayat ke 59

Artinya:
Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik.

Sekelompok Bani Israil mengejek dan menghina dengan mengganti kata-kata "hitthah" yang artinya Ya Allah ampunilah kami, dengan kata-kata yang mirip dengannya, yaitu "hintah" yang artinya gandum. Mempermainkan perintah Allah seperti itu, menyebabkan mereka tertimpa balasan Allah dan wabah penyakit sampar yang menyebar di antara mereka.

Sesungguhnya sebagaimana yang dikatakan oleh ayat di atas, balasan ini hanya menimpa orang-orang zalim dan tidak semua kaum tertimpa wabah ini. Ayat ini menunjukkan bahwa kapan saja, sikap suka menyimpang, mempermainkan kebenaran, keras kepala dan khianat sudah menguasai suatu masyarakat, maka pintu untuk turunnya azab ilahi ke bumi ini sudah terbuka.

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Kezaliman dan perbuatan dosa menjadi sarana bagi perubahan dan penyimpangan atas hukum.
2. Selama belum dijelaskan sebuah tata cara, manusia bebas beramal sesuai dengan kehendaknya. Tetapi setelah datang petunjuk, maka harus melakukan berdasarkan itu dan tidak akan diterima permintaan maaf.
3. Azab ilahi merupakan balasan kepada mereka yang menyimpangkan undang-undang ilahi.
4. Seluruh pahala dan balasan Allah tidak terbatas di akhirat saja, tapi sebagian dari ganjaran diberikan di dunia. (IRIB Indonesia)

Read 6776 times