Surat as-Saaffat ayat 1-6

Rate this item
(0 votes)
Surat as-Saaffat ayat 1-6

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَالصَّافَّاتِ صَفًّا (1) فَالزَّاجِرَاتِ زَجْرًا (2) فَالتَّالِيَاتِ ذِكْرًا (3) إِنَّ إِلَهَكُمْ لَوَاحِدٌ (4) رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَرَبُّ الْمَشَارِقِ (5)

Demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya. (37: 1)

Dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat). (37: 2)

Dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran. (37: 3)

Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa. (37: 4)

Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari. (37: 5)

Dengan berakhirnya surat Yasin, pembahasan dilanjutkan dengan mengupas surat As-Saffat yang dimulai dari ayat pertama. Surat ke-37 ini termasuk kategori surat Makiyah karena diturunkan di Mekah.

Sebagaimana surat-surat Makiyah, surat As-Saffat menekankan mengenai masalah keyakinan, bukan hukum atau aturan agama. Surat As-Saffat juga menjelaskan mengenai pejuangan para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad Saw yang memerangi kekufuran, terutama berhala seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim as. Selain itu, surat As-Saffat membahas masalah keyakinan keliru yang dikecam dalam ajaran Islam berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan jin dan malaikat.

Surat As-Saffat diawali dengan janji atau persaksian yang diucapkan untuk menarik perhatian manusia. Tentu saja Allah Swt tidak membutuhkan persaksian seperti itu, dan orang-orang yang beriman juga menerima perintah Allah Swt tanpa membutuhkan janji. Di sini, janji ilahi menunjukkan keagungan dan pentingnya masalah tersebut, sehingga perlu ditegaskan dengan persaksian supaya menjadi perhatian umat manusia.

Allah Swt di ayat ini bersaksi atas nama malaikat yang menyampaikan wahyu kepada para Nabi-Nya dan tidak bisa dipengaruhi oleh manusia maupun jin dalam penyampaian risalah ilahi tersebut, sehingga Nabi menerima wahyu secara sempurna dari Allah Swt.

Salah satu karakteristik dari para malaikat adalah gerakannya yang teratur, yang menyebabkan Allah Swt dengan segala keagungan-Nya bersaksi atas nama para malaikat.

Meskipun manusia tidak bisa merasakan pengalaman yang sama seperti barisan malaikat yang bergerak secara teratur, tapi pembentukan barisan menunjukkan sebuah sistem dan kesiapan luar biasa. Dalam kehidupan manusia sendiri, barisan tentara menunjukkan kesiapan mereka untuk menerima instruksi dari komandannya.

Para malaikat yang berada dalam barisan teratur senantiasa siaga untuk menerima instruksi dari Allah swt. Mereka menyingkirkan seluruh hambatan yang merintangi tugasnya menjalankan perintah Allah Swt.

Setelah Allah swt menyampaikan persaksiannya, Al-Quran menjelaskan bahwa pencipta alam semesta dan seluruh makhluk di dunia ini adalah Allah Yang Maha Esa, dan tidak ada satu sekutupun dalam penciptaan alam semesta ini. Malaikat, jin maupun makhluk lainnya bukan sekutu Allah dalam penciptaan alam semesta ini, karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan mengatur seluruh perkara dengan sebaik-baiknya.

Masalah lain yang ditegaskan di ayat ini mengenai siklus teratur yang terjadi di alam semesta ini seperti terbitnya matahari hingga terbenamnya, serta datangnya malam yang dipergilirkan dengan siang hari secara teratur.

Perputaran siklus matahari terjadi secara akurat, tepat dan teratur yang menjadi pelajaran penting bagi manusia mengenai kekuasaan Allah Swt sebagai pencipta alam semesta, dan pengatur urusan di dalamnya.

Dari lima ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Keteraturan dalam setiap pekerjaan menunjukkan nilai pentingnya yang juga ditegaskan dalam ajaran agama. Keteraturan menjadi faktor pemersatu, kekuatan, serta percepatan dalam setiap pekerjaan.

2. Setiap pekerjaan senantiasa ada hambatannya masing-masing, tapi kita harus menyingkirkan rintangan tersebut dan berusaha untuk meraih tujuan.

3. Allah swt menciptakan alam semesta ini dan mengatur seluruh perkaranya.

4. Seluruh alam semesta ini berada dalam pengaturan Allah swt. Keteraturan antara langit dan bumi serta makhluk lainnya menjadi salah satu bukti tentang keesaaan Allah swt.

إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ (6)

Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang. (37: 6)

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat enam surat As-Saffat menegaskan tentang keesaan Allah swt. Di ayat ini, Al-Quran menjelaskan tentang bintang-bintang yang menghiasi langit sebagai bukti keesaan dan kekuasaan Allah swt.

Kehidupan di perkotaan yang ramai dan padat penduduk serta kesibukan rutinitas sehari-hari menyebabkan manusia seringkali tidak memperhatikan keindahan bintang yang bersinar di angkasa.

Penerangan jalan dengan lampu dan ornamennya di malam hari menyebabkan bintang yang bersinar terang di malam hari seringkali tidak diperhatikan. Tapi di pedesaan, atau daerah yang tidak terlalu ramai, perhatian terhadap bintang di angkasa lebih tinggi yang akan membawa manusia untuk merenungi keindahan ciptaan Allah swt.

Di ayat ini, Allah swt memberikan perumpamaan mengenai bintang dengan lampu hias kerlap-kerlip yang mati dan hidup, tapi sebagian lagi bersinar terang terus-menerus sebagai pelajaran bagi orang-orang yang merenunginya.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kecenderungan terhadap keindahan adalah bagian dari fitrah manusia. Oleh karena itu, Al-Quran juga menegaskan tentang keindahan alam semesta yang harus direnungkan sebagai ciptaan Allah swt.

2. Keindahan langit dan bintang-bintang yang menghiasinya menunjukkan kekuatan dan kekuasaan Allah yang tidak terbatas.

3. Keindahan langit yang dihiasi bintang-bintang mengajak manusia untuk menelisik lebih jauh tentang kekuasaan Allah Yang tidak terbatas sebagai pelajaran penting bagi orang-orang yang berpikir, yang termasuk masalah yang senantiasa ditegaskan oleh ulama dan cendekiawan Muslim.

Read 1581 times