Surat al-Zumar ayat 22-23

Rate this item
(3 votes)
Surat al-Zumar ayat 22-23

 

أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (22)

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (39: 22)

Wahyu Ilahi ibarat butiran hujan yang turun membasahi bumi. Hanya tanah-tanah yang siap ditanami yang akan memperoleh manfaatnya, begitu juga dengan manusia, hanya hati yang bersih yang akan mendapatkan petunjuk dari firman Tuhan.

Reaksi alamiah manusia tidak sama dalam menerima kebenaran. Sebagian orang memiliki kelapangan dada dan kebesaran jiwa, sementara sebagian lain memiliki hati yang sempit dan membatu.

Ayat tersebut berbicara tentang pengaruh cahaya iman bagi kehidupan manusia. Membatasi dunia pada alam materi akan mempersempit pandangan manusia tentang kehidupan dan aspek-aspeknya.

Para pengingkar Tuhan mencari kebahagiaan dan kesenangan pada kelezatan materi dan duniawi. Oleh sebab itu, jiwanya sempit dan gersang. Namun, kaum mukmin yang meyakini alam ghaib memandang dunia ini sebagai jembatan untuk menuju akhirat dan mereka memiliki jiwa yang lapang.

Beriman kepada Allah akan membuat kapasitas manusia berkembang dan membuka ufuk pandangannya. Sudut pandangnya tidak terbatas pada kematian, tetapi mereka juga menyaksikan kehidupan setelah kematian di dunia ini. Jiwa mereka terbuka dan lapang, mereka tersadar hanya dengan sedikit nasihat dan pengingat.

Dengan petunjuk ayat-ayat al-Quran, kaum mukmin tetap melangkah di jalan yang lurus di tengah kegelapan dan cobaan dunia dan meniti jalan hidup ini dengan selamat.

Sebaliknya, hati orang-orang kafir telah membatu dan tidak dapat mendengarkan nasihat atau argumen yang kuat sekali pun. Jiwa dan pikiran mereka sempit dan seakan tidak ada ruang dalam dirinya untuk menerima kebenaran. Mereka adalah orang-orang yang berhati batu dan tanpa cahaya, yang telah menutup pintu hatinya dari petunjuk Ilahi.

Jadi, orang yang mengingkari Tuhan atau melupakan-Nya, akan selalu berada dalam kegelisahan dan kekhawatiran. Sebab, kematian bagi mereka bermakna kehilangan segalanya.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Iman berperan dalam melapangkan hati manusia dan memperluas sudut pandangnya. Iman akan meningkatkan kapasitas seseorang dan membuatnya selalu tunduk pada kebenaran.

2. Orang mukmin mengarungi jalan berliku di dunia ini dengan cahaya Ilahi, jadi bahaya terperosok ke jurang kehancuran akan sangat kecil.

3. Syirik dan kufur (mengingkari kebenaran) membuat hati manusia mengeras. Hati yang bebal akan menghalangi pancaran cahaya Ilahi dan akhirnya menyebabkan ia tersesat.

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ (23)

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun. (39: 23)

Ayat ini berbicara tentang beberapa kriteria al-Quran serta perbedaan antara kondisi orang mukmin dan kafir. Salah satu kriteria wahyu adalah bahwa ayat-ayatnya tidak saling bertentangan, tetapi semuanya serasi dan seirama. Firman Tuhan tidak bisa dibandingkan dengan ucapan makhluk, al-Quran adalah wahyu Ilahi dan perkataan yang paling baik atau ahsanul hadits.

Wahyu Ilahi mengikuti sebuah gaya bahasa yang sama dan serasi dan ini menjadi pembeda antara al-Quran dengan perkataan orang lain bahkan Rasul Saw. Meskipun wahyu Ilahi disampaikan melalui lisan Rasul, tetapi ada perbedaan yang besar antara ayat al-Quran dan hadis Nabi.

Meskipun semua ayat al-Quran mengejar tujuan yang satu, namun ayat-ayatnya mengkaji sebuah tema dari sisi yang berbeda. Menurut kaidah "segala sesuatu akan tampak jelas dengan lawannya," metode al-Quran adalah membandingkan kebenaran yang dibangun atas argumen yang kuat dan rasional dengan kebatilan yang rapuh dan sesat.

Al-Quran mengingatkan manusia akan konsekuensi memilih jalan yang lurus atau sesat. Ia menjelaskan kedua jalan itu dan membuat perbandingan sehingga manusia bisa memilih dengan cara yang paling baik.

Sebagai contoh, bagian pertama ayat berbicara mengenai iman dan kaum mukmin dan bagian lain tentang kufur dan kaum kafir. Bagian pertama ayat berkisah tentang pahala dan bagian lain tentang siksaan. Bagian pertama ayat bercerita seputar perintah Ilahi dan bagian lain tentang larangan-larangan-Nya. Bagian pertama berbicara tentang hidayah dan faktor-faktornya dan bagian lain tentang kesesatan dan penyebabnya.

Dengan perbandingan ini, al-Quran mendorong manusia untuk menimbang sisi positif dan negatif segala sesuatu dan kemudian memilih jalan yang paling baik.

Poin lain adalah bahwa manusia berada di antara dua kondisi al-khauf (rasa takut) dan ar-raja' (rasa penuh harap). Mereka diliputi rasa takut dengan melihat kelemahan dan dosa-dosanya, namun mereka merasa optimis akan rahmat dan ampunan Tuhan dengan melihat kasih sayang-Nya yang maha luas.

Jelas bahwa al-Quran diturunkan untuk semua manusia, tetapi petunjuknya hanya akan diperoleh oleh para pencari kebenaran, sementara para pengingkar kebenaran, mereka tidak mendapatkan petunjuk Ilahi dan terperangkap dalam kesesatan.

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Al-Quran adalah perkataan yang paling baik atau ahsanul hadits.

2. Ayat-ayat al-Quran tidak saling bertentangan. Ada kemiripan di antaranya, tetapi sama sekali tidak ada pertentangan dan kontradiksi di antara ayat-ayatnya.

3. Orang mukmin diliputi rasa takut ketika membaca ayat-ayat tentang azab Ilahi, dan mereka optimis saat berjumpa dengan ayat-ayat rahmat.

4. Allah menyediakan sarana hidayah untuk semua manusia dan al-Quran tidak diturunkan untuk komunitas tertentu. Ia adalah kitab petunjuk dan bisa diakses oleh semua orang, tetapi cahaya hidayahnya hanya akan diperoleh oleh para pencari kebenaran.

Read 6919 times