أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ كَانُوا مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا هُمْ أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَآَثَارًا فِي الْأَرْضِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ (21) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَكَفَرُوا فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ إِنَّهُ قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ (22)
Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah. (40: 21)
Yang demikian itu adalah karena telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata lalu mereka kafir; maka Allah mengazab mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat lagi Maha Keras hukuman-Nya. (40: 22)
Pada pembahasan sebelumnya telah dikupas mengenai nasib para pendosa di hari Kiamat kelak. Ayat ini mengenai sejarah orang-orang terdahulu, mengapa mereka tidak mengambil pelajaran dari kehidupan orang-orang diberbagai belahan dunia, dan dampak dosa serta akibat yang mereka terima. Ketika mereka tetap melakukan dosa, Allah Swt akan menurunkan azab pedih kepadanya.
Ayat ini disampaikan kepada umat manusia di seluruh penjuru dunia. Istana yang megah zaman dahulu hancur dan para penguasa lalim tumbang. Tidak ada yang mereka tingalkan kecuali sebagian bangunan yang sudah hancur. Semua ini menjadi pelajaran penting bagi manusia supaya mereka berkaca dan mengambil pelajaran dai kehidupan orang-orang terdahulu.
Ayat ini melanjutkan penjelasan sebelumnya mengenai kewajiban para Nabi dan Rasul yang membimbing manusia menuju jalan kebenaran. Para utusan Allah Swt dikirim untuk menyadarkan manusia supaya tidak melakukan dosa dan mengingkari-Nya, tapi mereka menentang seruan ilahi tersebut. Akibatnya, mereka menghadapi azab di dunia ini.
Dari dua ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1. Al-Quran menganjurkan manusia untuk melakukan perjalanan yang bermanfaat dan memiliki tujuan jelas.
2. Mengkaji sejarah kehidupan orang-orang terdahulu dan mengambil pelajaran darinya sebagai salah satu langkah penting untuk menemukan jalan yang benar dalam kehidupan ini.
3. Berbagai fasilitas dari ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi maupun militer jangan menjadikan kita sombong, karena semua itu tidak ada artinya sama sekali di hadapan Allah Swt.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآَيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (23) إِلَى فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَقَارُونَ فَقَالُوا سَاحِرٌ كَذَّابٌ (24)
Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata. (40: 23)
Kepada Fir'aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata, “(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.” (40: 24)
Ayat ini merupakan salah satu contoh bagaimana kekuasaan Allah yang mengutus Musa dengan kekuatan mukjizatnya menghadapi Firaun bersama menterinya Haman dan orang kaya seperti Karun.
Nabi Musa dengan izin Allah Swt mampu melakukan tindakan luar biasa dengan mukjizat yang dimilikinya. Tapi Firaun yang sombong, malah menyebut Mukjizat Nabi Musa sebagai sihir dan pembohong, serta menentang risalah ilahi yang dibawanya.
Tapi sejarah menunjukkan bahwa para tokoh kafir dan lali, senantiasa menuding para Nabi Allah Swt sebagai tukang sihir dan pembohong supaya seruan risalah ilahi yang mereka bawa tidak mempengaruhi masyarakat.
Allah Swt mengutus Nabi Musa as menghadapi Firaun untuk mengakhiri kezaliman yang dilakukan penguasa Mesir ini dan menegakkan keadilan. Jika seruan Nabi Musa diikuti oleh Firaun dan para pejabat kerajaannya, maka mereka tidak bisa memanfaatkan kekuasaan untuk memaksa rakyat supaya mengikuti titah mereka. Oleh karena itu, mereka menolak risalah ilahi yang dibawa Nabi Musa.
Dari dua ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1. Allah Swt mengutus para Nabi dan Rasul-Nya untuk mengajak umat manusia bertauhid. Mereka juga mendatangi penguasa lalim untuk mengakhiri penindasan terhadap rakyatnya.
2. Kekuasaan dan kekayaan terkadang menyebabkan manusia sombong dan ingkar terhadap Allah Swt, dan menjadi sarana untuk menindas orang lain.
3. Logika dan mukjizat para Nabi bisa dipahami, tapi orang-orang yang tamak dan sombong menghalangi dirinya dan orang lain untuk menerima kebenaran.
فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا اقْتُلُوا أَبْنَاءَ الَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ وَاسْتَحْيُوا نِسَاءَهُمْ وَمَا كَيْدُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ (25)
Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami mereka berkata, “Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka.” Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia (belaka). (40: 25)
Bagaimanapun, Firaun dan menterinya, Haman tidak mampu menghadapi kekuatan logika dan mukjizat Musa. Mereka merancang berbagai cara, termasuk dengan cara-cara kekerasan sebagaimana dijelaskan dalam ayat ini. Pada tahap pertama Firaun membunuh para lelaki dan pemuda yang mengikuti Musa dan menjadikan istri maupaun anak perempuan mereka sebagai budak. Tujuan aksi represif ini supaya tidak akan seorangpun yang beriman kepada Nabi Musa.
Cara-cara yang ditempuh penguasa lalim seperti Firaun terjadi berulang dalam sejarah. Tapi berbagai tekanan tersebut tidak menjadikan pengikut Nabi Musa patah arah dan menyerah, bahkan sebaliknya mereka semakin kuat untuk melanjutkan perjuangan menghadapi penguasa lalim.
Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1. Pembunuhan dan penahanan termasuk cara-cara yang dilakukan penguasa lalim sepanjang sejarah. Tapi tindakan tersebut tidak akan menyurutkan orang-orang beriman dalam memperjuangkan kebenaran.
2. Musuh melakukan berbagai cara untuk menyelewengkan generasi muda dari jalan kebenaran menuju kesesatan dengan melakukan berbagai kerusakan hingga menyulut perang dan pertumpahan darah.
3. Musuh senantiasa menghalangi manusia menuju jalan kebenaran. Tapi orang-orang yang beriman bisa mematahkan konspirasi mereka hingga kebenaran melawan kebatilan.