Surat Ghafir ayat 53-56

Rate this item
(0 votes)
Surat Ghafir ayat 53-56

 

وَلَقَدْ آَتَيْنَا مُوسَى الْهُدَى وَأَوْرَثْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ الْكِتَابَ (53) هُدًى وَذِكْرَى لِأُولِي الْأَلْبَابِ (54)

Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa; dan Kami wariskan Taurat kepada Bani Israil. (40: 53)

Untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir. (40: 54)

Sebelumnya telah disebutkan bahwa Allah pasti akan menolong para nabi dan pengikut mereka. Ayat-ayat ini menyinggung satu kasus dari pertolongan ilahi. Ketika memilih Musa sebaga nabi, Allah menuntunnya untuk mengajak Firaun dan kaum Bani Israil untuk menyembah Allah yang Esa serta melaksanakan risalahnya. Sebagaimana Allah menurunkan kitab Taurat agar menjadi sumber hidayah bagi Bani Israil, dengan membacanya manusia keluar dari kelalaian dan mengenal kewajiban dan tanggung jawabnya.

Kitab samawi menjadi sumber hidayah dan pengingatan bagi mereka yang memiliki akal. Tetapi orang-orang yang tidak berakal, keras kepala dan fanatik tidak dapat memanfaatkannya. Pada hakikatnya, mereka yang dapat memanfaatkan kitab samawi yang perbuatannya sesuai dengan akal dan logika, bukan naluri dan hawa nafsu, sekalipun semua manusia dianugerahi nikmat akal, tetapi yang berkuasa pada diri mayoritas masyarakat adalah kecenderungan dan keinginan hawa nafsu, bukan kekuatan akal. Menurut ungkapan al-Quran, kebanyakan tuhan dari manusia di muka bumi adalah keinginan dan kencenderungan  hawa nafsunya. Orang-orang seperti ini hanya memikirkan untuk mencari kelezatan dan kepentingannya yang lebih banyak.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Semua manusia, bahkan para nabi membutuhkan hidayah ilahi. Tentu saja para nabi mendapatkannya langsung dari Allah, dan manusia lainnya mendapatkannya dari mereka.

2. Warisan para nabi bukan istana, taman dan harta, tetapi warisan terpenting mereka adalah kitab samawi untuk menuntun manusia.

3. Dalam kondisi apapun, manusia membutuhkan pengingatan. Bila hidayah tanpa pengingatan, maka perlahan-lahan akan dilupakan.

4. Akal menuntun manusia kepada wahyu dan keduanya akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dan kesempurnaan.

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ (55)

Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. (40: 55)

Sekalipun Nabi Muhammad Saw yang diajak bicara dalam ayat ini, tetapi perintahnya bersifat umum. Dalam ayat ini ada beberapa poin penting yang perlu dijelaskan:

Poin pertama, ketika sekarang menyaksikan janji-janji Allah untuk menuntun dan menolong para nabi sebelumnya, maka engkau harus sabar dalam menuntun manusia dan mengajak mereka pada kebenaran dan pada saat yang sama jangan bersikap lemah dan putus harapan dalam menghapadi kebencian dan sikap keras kepala dari para musuh. Karena kunci dari kemenangan dalam segala peristiwa adalah sabar dan tegar menghadapi segala kendala dan kesulitan. Tidak diragukan bahwa iman kepada kebenaran janji ilahi akan menenangkan manusia di jalan kebenaran dan memudahkannya menanggung kesulitan.

Poin kedua, bila engkau tidak melakukan kewajiban di jalan ini, maka sucikan lembaran hatimu dari kotoran dosa dengan memohon ampun dari Allah.

Jelas, bahwa para nabi ilahi adalah maksum dan tidak melakukan perbuatan dosa. Karena bila membangkang terhadap perintah Allah, bagaimana mereka akan meminta kepada manusia agar tidak melakukan dosa dan menaati dirinya secara mutlak. Dengan demikian, kelaziman risalah kenabian adalah terjaga dari dosa dan suci.

Jika dalam ayat-ayat al-Quran menggunakan kata dosa pada Nabi Muhammad Saw atau para nabi yang lain, kata itu tidak berarti dosa yang dilakukan oleh seluruh manusia. Karena dosa yang dilakukan manusia adalah membangkang perintah Allah, tetapi para nabi yang memiliki posisi yang tinggi di sisi Allah jelas tidak layak bila dalam sedetik mereka lalai atau meninggalkan yang lebih penting.

Sejatinya, dosa para nabi bukan membangkang perintah Allah, tetapi perasaan mereka tidak dapat sesuai dengan yang diinginkan Allah dalam melaksanakan kewajiban. Seperti seorang tuan rumah yang merasa tidak dapat melayani tamu dengan baik, sekalipun telah melaksanakan sebisanya.

Poin ketiga, dengan mengingat Allah dan bertasbih kepada-Nya dalam memulai melakukan pekerjaan setiap hari, hendaknya kita menguatkan iman kita.

Tidak diragukan lagi bahwa Hamdalah dan Tasbih kepada Allah serta mensucikan Allah dari segala kekurangan akan mengubah hati dan jiwa manusia dan membuatnya untuk menghiasi diri dengan sifat-sifat kesempurnaan.

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Bila kita mengimani janji-janji Allah, maka harus melaksanakan kewajiban agama dan harus tegar serta berusaha agar segala masalah dan kesulitan tidak mencegah kita.

2. Semua manusia, termasuk para nabi berkewajiban untuk beristighfar, karena sebagai manusia memiliki batasan dalam kekuatan dan fasilitas, sehingga tidak dapat melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang diinginkan Allah.

3. Zikir dan tasbih kepada allah harus dilakukan setiap hari agar menyebabkan tumbuhnya manusia menuju kesempurnaan serta menguatkan fondasi keimanannya.

4. Hamdalah dan Tasbih harus berdampingan, agar kita dapat mensyukuri Allah atas segala nikmat dan mensucikan-Nya dari segala kezaliman.

إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آَيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ إِنْ فِي صُدُورِهِمْ إِلَّا كِبْرٌ مَا هُمْ بِبَالِغِيهِ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (56)

Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (40: 56)

Ayat ini menyinggung akar pengingkaran terhadap agama dan ketakutan pada agama. Ayat ini menyebutkan, barangsiapa yang mendustakan ayat-ayat al-Quran dan mukjizat para nabi tanpa dalil dan argumenasi dan ingin mengajak berdebat orang lain tanpa logika guna mencegah orang lain akan agama, maka sudah pasti motivasinya adalah kesombongan yang ada dalam dirinya.

Mereka menganggap dirinya besar dan orang beriman sebagai kecil. Karenanya, bukan saja mereka tidak menerima ajakan para nabi, tetapi juga berusaha untuk mencegah orang lain mengikuti jalan kebenaran para nabi dengan melakukan dialog-dialog panjang, sehingga menurut anggapannya tidak memberi kesempatan para nabi yang sudah besar di tengah masyarakat mendapat posisi yang lebih tinggi dari mereka. Tetapi Allah telah berjanji akan mengilangkan kendala ini dan tidak menginzinkan para penentang untuk sampai pada keinginannya.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Akar kekufuran dan pengingkaran pada kebanyakan orang adalah merasa diri lebih dan kesombongan mereka dihadapan kebenaran, bukan tidak memahami kebenaran firman Allah.

2. Orang sombong menginginkan dirinya menjadi pemimpin di tengah masyarakat, tetapi tidak akan pernah sampai pada keinginannya dan bila secara lahiriah sampai pada keinginannya, maka akan terungkap lalu terhina.

3. Di seluruh keadaan harus berlindung pada Allah, khususnya ketika menghadapi konspirasi musuh-musuh agama.

Read 1120 times