قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَمَّا جَاءَنِيَ الْبَيِّنَاتُ مِنْ رَبِّي وَأُمِرْتُ أَنْ أُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ (66)
Katakanlah (ya Muhammad), “Sesungguhnya aku dilarang menyembah sembahan yang kamu sembah selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Tuhanku; dan aku diperintahkan supaya tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” (40: 66)
Sebelumnya telah disampaikan mengenai tanda-tanda kebesaran dan nikmat-nikmat ilahi yang membuktikan pencipta alam semesta adalah Allah yang Maha Esa. Dalam ayat ini, Rasulullah berkata kepada musyrikin seraya menekankan bahwa saya diutus oleh Allah yang tidak membolehkan penyembahan terhadap berhala dan melarang saya melakukan hal ini. Karenanya, jangan berharap saya akan menyembah berhala dan membayangkan saya tidak melakukannya karena keras kepala, sehingga kalian juga tidak menerima agama yang saya bawa dengan keras kepala. Tetapi saya menyembah Allah berdasarkan argumentasi rasional dan alasan logis serta menjauhi penyembahan terhadap berhala. Saya hanya menundukkan kepala kepada Allah, pencipta alam semesta dan menyembahnya. Saya tidak hanya menyembah Allah, tetapi juga berserah diri padanya dan apa saja yang Dia perintahkan, saya akan menaatinya secara mutlak. Karena saya adalah hamba-Nya dan sudah merupakan kewajiban hamba untuk menaati tuannya.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Perintah dan larangan Allah berdasarkan argumentasi dan logika. Di antara wahyu dan akal tidak ada kontradiksi.
2. Berserah diri kepada seseorang hanya layak dilakukan kepada Allah pencipta alam semesta dan kesempurnaan ibadah adalah berserah diri kepada Allah Swt.
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى مِنْ قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (67) هُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ فَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (68)
Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). (40: 67)
Dialah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya, “Jadilah”, maka jadilah ia. (40: 68)
Sebagian dari ayat-ayat sebelumnya menyinggung tanda-tanda kebesaran Allah di langit dan di bumi serta fenomena alam. Ayat ini menjelaskan penciptaan manusia, dibuat dari tanah, periode janin, kelahiran, kehidupan di dunia dan akhirnya tentang kematiannya.
Tahapan pertama penciptaan manusia berawal dari tanah yang mencakup manusia pertama Nabi Adam as yang langsung diciptakan dari tanah dan juga manusia setelahnya. Karena sumber dari bahan pangan yang membentuk badan manusia, baik itu dari tumbuh-tumbuhan atau hewan berasal dari tanah.
Tahapan kedua, terkait dengan pembentukan nutfah yang merupakan kombinasi dari mani laki-laki dan sel telur wanita yang berada di dalam rahim. Nutfah tumbuh dengan cepat dan membesar lalu berbentuk segumpal daging yang oleh al-Quran disebut Alaqah.
Tahapan selanjutnya adalah perubahan Alaqah menjadi Mudhghah, yaitu sesuatu yang berupa daging. Setelah itu anggota badan mulai terbentuk dan sempurna. Setelah itu, bayi lahir ke dunia. Dengan cepat ia melewati periode anak-anak dan remaja, lalu menjadi pemuda. Manusia di tahapan ini mencapai kedewasaan rasional dan memiliki kekuatan jasmani yang lebih dibandingkan dengan seluruh tahapan kehidupannya.
Tetapi periode pemuda juga tidak berlangsung selamanya. Manusia terpaksa mulai turun dari puncak kekuatannya. Pada tahapan ini secara bertahap ia mulai kembali seperti semula dan mulai melemah. Perlahan-lahan ia mulai kehilangan kekuatannya dan manusia bergerak menuju usia lanjut dan tua. Akhirnya tiba ajalnya dan kematian memasukkan manusia ke ruang tunggu kiamat, yaitu kuburan.
Tentu saja bahwa sebagian manusia ada yang tidak mampu segala tahapan ini secara alami dikarenakan muncul berbagai peristiwa seperti penyakit dan lain-lain dan sebelum mencapai usia tua, ia telah meninggalkan dunia terlebih dahulu.
Yang menarik adalah al-Quran di ayat ini tidak menyebut kematian sebagai kemusnahan, tetapi kata yang dipakai berarti bahwa ketika mati, para malaikat mengambil ruh manusia dan membawanya ke alam pasca kematian. Dari ayat-ayat al-Quran dengan jelas dipahami bahwa bertentangan dengan gambaran kebanyakan manusia, kematian bukan berarti kemusnahan manusia dan akhir dari segalanya, tetapi ruang tunggu untuk memasuki alam abadi.
Kelanjutan ayat ini menyinggung aturan universal penciptaan yang tidak lain adalah kehidupan dan kematian dan mengatakan, “Masalah ini hanya berada di tangan Allah dan sesuai dengan kehendak-Nya. Apa saja yang diinginkan akan terjadi tanpa ada jeda waktu sedetikpun.”
Pada dua ayat ini telah disinggung akan dua fenomena hidup dan mati yang tentu saja mencakup semua makhluk hidup baik itu tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Dua fenomena ini pada hakikatnya berdasarkan sistem alam yang telah ditentukan Allah dan manusia tidak punya peran apapun di dalamnya. Hidup dan mati merupakan manifestasi kekuasaan Allah dan sekalipun sains telah mengalami kemajuan luar biasa, tetapi sampai sekarang masih menjadi rahasia yang belum diketahui.
Di sini perlu diingatkan bahwa kehidupan muncul dalam berbagai bentuk dan macam. Hewan berbadan sangat besar, burung yang terbang di angkasa atau pepohonan yang tingginya mencapai puluhan meter, masing-masing memiliki jenis kehidupannya sendiri-sendiri. Tidak diragukan lagi bahwa tampilan kehidupan yang beragam merupakan citra penciptaan alam semesta yang paling banyak macamnya. Perpindahan dari dunia tanpa kehidupan ke alam yang dipenuhi banyak makhluk hidup dan perpindahan dari kehidupan menuju kematian memiliki banyak rahasia yang luar biasa dan semuanya petanda kekuasaan Allah yang Bijaksana.
Tentu saja setiap masalah ini buat kita adalah sulit dan kompleks, tetapi bagi Allah yang Maha Kuasa tidak sulit dan hanya dengan berkehendak dan memerintah, maka apa saja yang diinginkan akan terjadi. Karena ketika berkehendak akan sesuatu, hanya dengan mengatakan terjadi, maka langsung terjadi.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Penciptaan manusia yang bernyawa dan memiliki pemikiran dari tanah yang tidak bernyawa termasuk tanda-tanda kebesaran Allah.
2. Sistem penciptaan adalah sistem yang sempurna dan kematian bukan berarti kemusnahan manusia atau akhir dari segalanya, tetapi terpisahnya ruh dan jasad untuk memasuki tahapan lebih tinggi dan hadir di Hari Kiamat.
3. Allah menginginkan dari kita agar memikirkan tahapan penciptaan manusia agar memahami keagungan penciptaan diri.
4. Menghidupkan atau mematikan hanya berada di tangan Allah.