Surat Ghafir ayat 77-81

Rate this item
(1 Vote)
Surat Ghafir ayat 77-81

 

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ (77)

Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar; maka meskipun Kami perlihatkan kepadamu sebagian siksa yang Kami ancamkan kepada mereka ataupun Kami wafatkan kamu (sebelum ajal menimpa mereka), namun kepada Kami sajalah mereka dikembalikan. (40: 77)

Ayat ini mengajak Nabi Muhammad Saw dan para pengikutnya untuk sabar dan tegar menghadapi gangguan para penentang Islam dan mengatakan, “Pengingkaran para penentang atau perilaku merusak mereka jangan sampai membuat kalian lemah dalam melewati jalan kalian. Bahkan sebaliknya, semakin penentangan baik lewat lisan atau perilaku semakin besar, maka istiqamah dan ketegaran kalian di jalan kebenaran juga harus semakin bertambah, sehingga dalam perjalanan waktu kalian akan menjadi pemenangnya.”

Sesuai dengan janji ilahi, mereka yang mengingkari kebenaran akan merasakan balasan di dunia, tapi jangan juga berharap bahwa balasan ini akan terjadi di masa hidup kita. Janji Allah adalah benar dan tidak diragukan, apa yang dijanjikan-Nya bakal terwujud, baik kita masih hidup atau tidak. Bagaimanapun juga, balasan sempurnya akan terjadi di Hari Kiamat, ketika hari itu semua manusia dihadirkan dan saling menyaksikan siksa dan pahala yang didapat.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Manusia dalam menghadapi kesulitan dikarenakan komitmen kepada agama, harus menunjukkan kesabaran dan ketegaran. Ini merupakan kelaziman dari keberagamaan dan jangan sampai melepaskan agama karena khawatir akan sebagian kesulitan.

2. Penangguhan dalam menyiksa para pelaku kejahatan berdasarkan kebijakan ilahi dan jangan sampai meragukan terjadinya janji Allah.

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآَيَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ فَإِذَا جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ (78)

Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil. (40: 78)

Sebagai kelanjutan ayat sebelumnya yang mengajak Nabi Saw untuk bersabar dan tegar, ayat ini menghibur beliau dengan mengatakan, “Sebelum engkau banyak nabi yang datang dan Kami tidak menceritakannya. Pertempuran antara kebenaran dan kebatilan selalu ada sepanjang sejarah dan tidak terbatas di masamu saja.”

Selalu saja ada kelompok dari orang sombong yang melawan kebenaran dan tidak bersedia menerimanya. Betapa banyak dari mereka yang tidak cukup dengan itu, tetap memerangi orang-orang pencari kebenaran dengan mengganggu, menyiksa, membuang dan membunuh mereka demi mencerabut kebenaran.

Pada dasarnya, mereka adalah orang-orang keras kepala dan suka mencari alasan dan setiap hari menyampaikan masalah baru. Sebagaimana di masa para nabi sebelumnya, ketika mereka selalu meminta mukjizat baru dan menuntut para nabi membawa mukjizat sesuai yang mereka inginkan.

Padahal mukjizat merupakan wewenang Allah dan tidak berada di tangan para nabi. Mereka bukan tukang sihir yang telah belajar dan berlatih berulang-ulang, sehingga dapat melakukan sihir atau tipuan. Tetapi para nabi hanya dapat menunjukkan mukjizat dengan izin dan kekuasaan Allah.

Dengan kata lain, mukjizat untuk menuntun manusia, mencerahkan pemikiran dan membuktikan kebenaran nabi, bukannya setiap hari ada orang datang meminta Nabi agar menunjukkan mukjizat dan memaksanya agar memenuhi tuntutan mereka.

Akhir ayat ini menekankan poin bahwa mereka adalah orang keras kepala dan di hari Kiamat mereka akan diadili di pengadilan Ilahi berdasarkan kebenaran. Di hari itu, jalan kembali telah ditutup dan teriakan orang-orang zalim tidak berguna. Saat itu, orang-orang batil merugi dan dengan jelas mereka menyadari bahwa mereka mengalami kerugian dari seluruh sisi. Mereka menyadari kehilangan seluruh investasinya dan tidak memiliki bekal apapun. Yang mereka terima adalah kemurkaan dan kemarahan Ilahi.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Mempelajari sejarah kaum dan para nabi terdahulu merupakan rekomendasi al-Quran supaya kita komitmen di jalan kebenaran dan kita jangan lemah karena kesulitan yang ada.

2. Mukjizat para nabi berdasarkan kehendak Allah Swt, dan tidak berdasarkan keinginan dan harapan masyarakat.

3. Kerugian sejati berada di hari Kiamat bukan di dunia. Ahli duniawi (orang yang memiliki sisi keduniawian), jangan berprasangka bahwa kekayaan dan kekuasaan yang besar mereka sebuah tanda kesuksesan dan keberuntungannya. Karena dunia bersifat fana dan di dunia yang kekal, tangan orang fasid dan batil kosong.

اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَنْعَامَ لِتَرْكَبُوا مِنْهَا وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ (79) وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ وَلِتَبْلُغُوا عَلَيْهَا حَاجَةً فِي صُدُورِكُمْ وَعَلَيْهَا وَعَلَى الْفُلْكِ تُحْمَلُونَ (80) وَيُرِيكُمْ آَيَاتِهِ فَأَيَّ آَيَاتِ اللَّهِ تُنْكِرُونَ (81)

Allahlah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan. (40: 79)

Dan (ada lagi) manfaat-manfaat yang lain pada binatang ternak itu untuk kamu dan supaya kamu mencapai suatu keperluan yang tersimpan dalam hati dengan mengendarainya. Dan kamu dapat diangkut dengan mengendarai binatang-binatang itu dan dengan mengendarai bahtera. (80)

Dan Dia memperlihatkan kepada kamu tanda-tanda (kekuasaan-Nya); maka tanda-tanda (kekuasaan) Allah yang manakah yang kamu ingkari? (81)

Surat ini secara teratur menyebutkan tentang nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada manusia dan mengajaknya keluar dari kufur dan syirik menuju tauhid. Ayat-ayat ini menyinggung nikmat hewan dan pemanfaatannya oleh manusia. Disebutkan bahwa Allah menciptakan sebagian hewan untuk dimanfaatkan oleh manusia. Pada dasarnya ini menjadi pembolehan bagi manusia untuk menyembelih hewan seperti sapi, kambing dan onta untuk dimanfaatkan dagingnya. Kalau tidak, manusia tidak diperbolehkan mengambil nyawa hewan.

Selain memanfaatkan daging hewan, sebagian dari mereka seperti onta dapat menjadi hewan tunggangan di padang pasir yang kering. Yang menarik, sekalipun sekarang sudah ada alat transportasi modern yang melewati udara, laut dan udara, tapi hewan berkaki empat masih menjadi alat terbaik untuk melewati jalur berpasir atau padang pasir, atau jalur sempit dan sulit dilalui di pegunungan.

Bagaimanapun juga, memanfaatkan hewan baik dengan menunggangi atau membawa barang, karena mereka sudah jinak dan akrab dengan manusia menjadi petanda lain rahmat Allah kepada manusia. Nikmat yang sangat bermanfaat dalam membawa barang di darat bagi manusia, seperti yang dilakukan kapal di laut.

Hewan berkaki empat juga punya manfaat lain bagi manusia. Seperti susu, bulu, kulit dan anggota badan lainnya juga dapat dimanfaatkan oleh manusia. Hewan juga menjadi bagian dari hidup manusia yang menjadi teman bermain manusia atau bahkan untuk berlomba. Hewan menjadi alat untuk bepergian di darat, tetapi dalam ayat-ayat ini juga disinggung akan menaiki kapal. Artinya, Allah memberikan manusia alat bepergian dan transportasi barang di padang pasir dan laut, sehingga dengan mudah manusia sampai ke tujuannya.

Di akhir ayat-ayat ini disebutkan bahwa Allah selalu menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kalian dan di setiap tempat yang kalian saksikan tampak tanda-tanda itu. Sekalipun ayat-ayat dan tanda-tanda kebesaran Allah jelas bagi semua manusia, mengapa masih saja ada yang mengingkari-Nya? Kenyataannya, manusia tidak pandai mensyukuri nikmat-nikmat Allah dan mengingkari tanda-tanda kebesaran Allah dengan berbagai motifasi.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Bumi dan semua yang ada diciptakan untuk manusia dan Allah mengizinkan manusia memanfaatkannya dengan benar.

2. Sekalipun kekuatan badan hewan berkaki empat lebih dari manusia, tetapi Allah menjinakkan mereka untuk manusia dan ini termasuk rahmat Allah kepada manusia.

3. Tidak bersyukur merupakan ciri khas kebanyakan manusia. Mereka emmanfaatkan nikmat-nikmat Allah, tetapi mengingkari pemilik nikmat dan tidak mau menaati-Nya.

Read 1503 times