Ayat Ke 28-29
Artinya:
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu). (3: 28)
Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (3: 29)
Ayat ini menjelaskan cara komunikasi dan hubungan Muslimin antara satu dengan lainnya dan juga antara mereka dengan kaum kafir. Hubungan seorang Mukmin dengan lain-lainnya haruslah berdasarkan iman. Karena ikatan ideologi lebih penting dari ikatan keluarga dan kaum, bahkan tanah leluhur. Oleh karenanya, semua Mukminin dari manapun asalnya haruslah berusaha semaksimal mungkin untuk menguatkan hubungan antara satu dengan lainnya. Mereka harus mewujudkan persatuan dan solidaritas antara mereka agar orang-orang kafir tidak punya jalan untuk menguasai Muslimin.
Tapi bila kekafiran dan syirik mendominasi dan situasinya tidak memungkinkan untuk menunjukkan esensi kemusliman, maka seorang mukmin boleh melakukan taqiyyah. Artinya, bersikap untuk sementara waktu sebagai non muslim demi memelihara keselamatan dirinya dan juga komunitasnya, dengan syarat tetap meyakini akidahnya di dalam batin. Metode ini pada dasarnya demi menjaga agama. Oleh karenanya, dalam kasus-kasus di mana tiang agama dalam keadaan bahaya, maka semuanya harus dikorbankan demi keselamatannya dan tidak boleh takut kepada siapapun.
Hal ini persis keadaannya seperti Imam Husein as yang bangkit melawan Yazid, penguasa Bani Umayyah. Meskipun Imam Husein tahu bahwa dirinya dan juga para sahabatnya akan gugur dan keluarganya tertawan, namun karena agama sudah terancam musnah, maka beliau tetap melanjutkan perjuangan. Lanjutan ayat ini menyinggung bahwa jangan sampai karena alasan taqiyah, kalian tersedot ke barisan musuh dan menerima kepemimpinan mereka. Karena Tuhan mengetahui rahasia-rahasia batin anda dan Ia tahu dengan motivasi apa kalian menjalin hubungan dengan orang-orang kafir.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menerima segala sesuatu yang menyebabkan dominasi dan kekuasaan orang-orang kafir terhadap Mukminin, adalah haram hukumnya. Mukminin harus menguatkan posisinya, sehingga tidak tersisa jalan bagi musuh untuk mempengaruhi mereka.
2. Untuk selamat dari kejahatan orang-orang kafir, menyembunyikan akidah atau berkompromi dengan mereka adalah dibolehkan. Tapi dengan syarat taqiyyah itu tidak menyebabkan musnahnya dasar atau prinsip agama.
Ayat Ke 30
Artinya:
Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. (3: 30)
Ayat ini merupakan ancaman kepada seluruh orang Mukmin bahwa perbuatan kalian baik buruk maupun baik, tidak akan sirna di alam ini, melainkan tercatat dan tersimpan di sisi Tuhan dan para Malaikat. Pada Hari Kiamat seluruh amal perbuatan itu akan tergambar di depan mata kalian. Oleh karenanya, takutlah dari kemurkaan Tuhan dan jauhilah perbuatan buruk yang suatu waktu menjelma di sisi kalian. Bila itu terjadi kalian sendiri akan muak bau busuknya dan kalian berharap seandainya ada jarak yang jauh memisahkan kalian dan perbuatan kalian.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Banyak sekali amal perbuatan yang diminati oleh manusia di dunia, di hari kiamat nanti akan dibenci oleh kita. Untuk itu, sebaiknya kita juga memikirkan masa depan.
2. Tujuan atau alasan di balik ancaman-ancaman Tuhan adalah cinta kasih dan rahmat-Nya. Karena Tuhan menyayangi kita, maka Dia memperingatkan bahaya yang mengancam diri kita.
Ayat Ke 31-32
Artinya:
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (3: 31)
Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (3: 32)
Salah satu dari penyakit agama adalah omong besar. Sebagian orang yang ahli ibadah dan bukan ahli amal, hanya mementingkan hati. Dengan berbagai alasan mereka menghindar dari perintah agama. Untuk menjustifikasi kelemahannya, mereka menyebut manusia harus mencintai Allah dengan hati, bukan dengan perbuatan. Karena perbuatan dan amalan lahiriah hanya akan menyebabkan riya.
Orang-orang yang merasa dirinya tercerahkan dan mengaku dirinya paling beragama, tidak menyadari bahwa mereka sedang menipu dirinya sendiri. Karena mengaku cinta kepada Tuhan tanpa taat kepada-Nya dan Rasul-Nya, tidak lebih dari omong kosong dan tak seorangpun yang dapat menerima pengakuan ini. Selain itu, kasih sayang dan rahmat Allah kepada kita tergantung pada ketaatan kita kepada-Nya. Orang akan dicintai oleh Allah, bilamana ia mentaati peraturan-peraturan-Nya. Allah akan mengampuni dosa-dosa-Nya yang terdahulu dan memasukkannya ke samudera rahmat-Nya.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Manusia dapat sampai ke suatu derajat tinggi, bilamana keridhaan-Nya adalah keridhaan Tuhan dan mengikutinya sama dengan mengikuti Tuhan. Sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat ini, mentaati Rasul identik dengan mentaati Tuhan.
2. Menyatakan kecintaan hati tidak akan ada artinya bila tidak disertai ibadah dan ketaatan secara praktis. Setiap pengakuan harus dibuktikan dengan perbuatan.
Sunnah rasul sama dengan firman Tuhan adalah hujjah bagi kita dan membangkang dari perintah-Nya sama dengan kekafiran.
Ayat Ke 33-34
Artinya:
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing). (3: 33)
(sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (3: 34)
Allah Swt punya banyak jalan untuk menyampaikan agamanya demi memberi petunjuk kepada umat manusia. Pemilihan dan pengutusan seorang nabi dapat dilihat dari dua aspek baik natural dan kreasi. Hal itu dilakukan agar masalah sampainya risalah kepada manusia berlangsung dengan baik. Tahap pertama Allah mengunggulkan penciptaaan sebagian manusia dari lainnya agar manusia sadar bahwa iman yang dimilikinya itu sendiri sebuah keistimewaan di banding orang lain yang tidak memilikinya.
Patut dicamkan bahwa keistimewaan ini tidak berarti pemaksaan agar manusia memilih jalan kebenaran. Karena siapa saja yang memilih jalan ini dengan keinginannya sendiri. Terlebih lagi berusaha di jalan ini untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat merupakan tugas dan beban yang lebih barat. Ayat ini menyinggung kesitimewaaan para Nabi, yaitu kelahiran dalam keluarga yang suci dan mengesakan Allah dan berkata, "Bukan hanya Nabi Ibrahim, melainkan mencakupi anak keturunannya, yaitu Nabi Musa dan Isa dan Muhamad adalah para pilihan Allah di bumi yang memikul tugas memberkan petunjuk dan tabligh.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Manusia semuanya tidak berada dalam satu peringkat. Sesuai dengan hikmah-nya, Allah menjadikan sebagian sebagai teladan bagi manusia yang lain.
2. Warisan memainkan peran yang penting dalam memindahkan keistimewaaan dan kesempurnaan kepada anak-anak.