إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (8)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya. (41: 8)
Ayat terakhir di pertemuan sebelumnya berkenaan dengan orang musyrik yang tidak mengelurkan zakat dan tidak beramal saleh serta tidak beriman kepada hari akhir. Namun begitu jika pun mereka berbuat baik, namun karena tidak meyakini hari kiamat, maka ia tidak mendapat pahala.
Ayat ini menyatakan, “Mereka yang beriman kepada Allah dan hari kiamat serta selalu berbuat baik sesuai dengan kapasitas individu serta posisi sosialnya, maka Allah akan memberinya pahala yang tak ada habisnya di hari Kiamat.”
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman dan amal saleh tidak dapat dipisahkan dan di hari Kiamat tanpa yang lain salah satunya tidak akan berguna.
2. Pahala Ilahi di akhirat tidak ada habisnya, berbeda dengan di dunia, bahkan pahala paling bernilai pun terbatas dan ada akhirnya.
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ (9) وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ (10)
Katakanlah, “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam.” (41: 9)
Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (41: 10)
Ayat ini ditujukan kepada orang kafir dan musyrik, “Apakah kalian mengingkari Tuhan yang menciptakan dunia dalam dua hari dan menempatkan sekutu bagi-Nya? Betapa ini sebuah kesalahan besar dan ucapan tak berdasar?!”
Sejatinya bumi yang kalian huni adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan Ia tidak membutuhkan sekutu dalam hal ini. Ia bukan saja pencipta bumi, tapi Ia adalah Tuhan seluruh dunia. Yakni Ia adalah Tuhan alam semesta dan yang mengatur segala urusan alam. Dengan demikian sejatinya yang paling layak untuk disembah adalah pemilik segala ciptaan, pengatur segala urusan dan penguasa dunia.
Setelah menciptakan bumi, Ia juga menciptakan segala kebutuhan manusia, hewan dan tumbuhan serta menyerahkannya kepada mereka. Gunung yang menjulang tinggi, laut dan samudera yang luas, hutan yang lebat dan tambang di perut bumi seluruhnya demi memenuhi kebutuhan penduduk bumi.
Bumi memiliki banyak berkah dan manfaat serta beragam bahan makanan tumbuh darinya. Tak diragukan lagi berkah dan nikmat ini sesuai dengan kebutuhan makhluk serta tidak ada kekurangannya. Seperti yang dinyatakan Tuhan bahwa apa yang dibutuhkan bagi kelangsungan makhluk hidup telah diciptakan. Apakah seluruh nikmat ini ada dan muncul di muka bumi dengan sendirinya, atau apakah ada yang membantu Tuhan menciptakannya? Pastinya bukan demikian.
Penciptaan di sini dilakukan melalui proses dan tahapan. Dalam hal ini ada dua tahapan di penciptaan bumi sehingga planet ini siap untuk dimanfaatkan dan ada tahapan lain supaya muncul beragam nikmat di bumi. Total ada empat tahap supaya bumi siap untuk menerima penghuninya serta supaya dapat memenuhi kebutuhannya secara penuh.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pencipta dunia dan Tuhannya satu. Berbeda dengan keyakinan kaum musyrik bahwa mereka meyakini Tuhan sebagai pencipta, namun di pengaturan urusan alam semesta, mereka menempatkan sesuatu atau sosok lain sebagai mitra dan sekutu Tuhan.
2. Sistem penciptaan secara bertahap, bukan sekaligus dan sekali. Sama seperti penciptaan bumi dilakukan secara bertahap dan dalam dua fase.
3. Di antara tanda-tanda rububiyah Ilahi adalah menempatkan beragam berkah dan rejeki di bumi sehingga seluruh kebutuhan manusia terpenuhi. Tapi pembagian yang tidak adil, berlebih-lebihan serta perilaku zalim membuat dewasa ini mayoritas penduduk bumi miskin dan membutuhkan.
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ (11) فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (12)
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka hati.” (41: 11)
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (41: 12)
Setelah menjelaskan penciptaan Tuhan dan seluruh kebutuhan makhluk hidup, ayat ini mengisyaratkan penciptaan langit dan menyatakan, ketika Tuhan berkehendak menciptakan langit, pertama-tama penciptaan tersebut berbentuk gumpalan gas yang luas dan besar di Tuhan kemudian menetapkan bentuk dan hukum baginya.
Iradah takwini (kehendak dalam tata cipta) Tuhan di penciptaan langit dan bumi dalam bentuk khusus dan bumi serta langit tidak memiliki pilihan kecuali tunduk kepada-Nya. Ingin atau tidak, keduanya harus sesuai dengan keinginan Tuhan.
Sama seperti bumi yang diciptakan dalam dua tahap serta siap menerima penghuninya, langit juga dengan segala keagungannya dibentuk dan diciptakan dalam dua tahap sesuai dengan kehendak Tuhan.
Dalam hal ini Tuhan menciptakan tujuh langit dan apa yang ada di atas kita adalah langit pertama. Dengan kata lain, alam penciptaan terdiri dari tujuh bentuk yang besar di mana hanya satu bentuk yang tampak oleh pandangan manusia. Teleskop canggih umat manusia pun tidak mampu menyaksikan apa yang ada dibalik langit pertama ini.
Poin lain adalah ketika malam hari, bintang menjadi hiasan langit, seperti lampu yang bersinar terang. Setiap dari bintang ini memiliki rahasia masing-masing dan mengajak manusia untuk memikirkan alam semesta dan alam penciptaan ini. Allah Swt menjaga langit dari segala ancaman dan bahaya.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Langit pada awalnya berbentuk asap dan gas.
2. Seluruh alam semesta tunduk kepada perintah Tuhan. Jangan sampai kita menjadi bagian yang tidak selaras dengan alam semesta.
3. Sistem alam semesta sangat luas dari pandangan dan pengetahuan kita. Apa yang kita saksikan dari bintang dan planet atau apa yang bakal dikuak di masa depan hanya berkaitan dengan langit pertama. Manusia tidak memiliki informasi dan pengetahuan mengenai langit lain dan seluruh penciptaan di seluruh alam semesta.
4. Alam manifestasi ilmu dan kekuatan Tuhan yang menciptakan dunia berdasarkan ketentuan tertentu dan kemudian mengaturnya.