Surat Fusshilat ayat 49-54

Rate this item
(0 votes)
Surat Fusshilat ayat 49-54

 

لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ (49)

Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan. (41: 49)

Manusia yang tidak beriman atau lemah imannya memiliki pandangan yang sempit dan seringkali putus harapan. Kehidupan mereka disibukkan dengan mencari harta dan menumpuknya. Mereka tidak pernah puas dalam mencari harta di dunia ini. Ketika ditimpa musibah, mereka putus asa seolah dunia akan berakhir. Namun ketika ditimpa kelapangan, mereka takabur dan sombong. Manusia seperti ini tumbuh dari lingkungan yang memuja materialism, dan segalanya diukur dengan uang maupun materi.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Manusia secara alamiah memiliki sifat tamak dan rakus serta tidak pernah puas, sehingga ingin mendapatkan sesuatu yang menurutnya baik untuk dirinya sendiri. Tapi ajaran para Nabi dan Rasul menjadikan manusia sebagai makhluk yang sosial yang membantu orang dan tidak hanya memikirkan dirinya sendiri saja.

2. Rasa putus asa dan kebuntuan dalam hidup menunjukkan seseorang tidak beriman atau lemah imannya, sebab seorang Mukmin sejati tidak pernah putus asa.

وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَى رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِمَا عَمِلُوا وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ (50) وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَى بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ عَرِيضٍ (51)

Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, “Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya.” Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras. (41: 50)

Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa. (41: 51)

Ayat sebelumnya menjelaskan salah satu karakteristik orang yang tidak beriman atau lemah imannya, yaitu putus asa. Ayat ini melanjutkan pembahasan tersebut dengan menjelaskan orang-orang yang sombong dan takabur tidak pernah mencoba untuk menyaksikan peran Tuhan dalam kehidupannya.

Mereka mengira apa saja yang diterimanya bukan karunia dari Allah swt, tapi hasil jerih payahnya sendiri. Oleh karena itu, alih-alih bersyukur atas karunia Allah yang telah diberikan kepadanya, mereka menyatakan bahwa semua itu merupakan haknya dan tidak ada hubungan sama sekali dengan Tuhan.

Kesombongan ini menyebabkan manusia mengingkari hari akhir. Sebab, orang-orang yang mengingkari Kiamat juga dengan bangga mengatakan, "Kiamat tidak ada. Tapi jika Kiamat ada, maka kebenaran bersamaku dan kondisiku di sana akan baik-baik saja, dan menikmati ketenangan." Tapi Allah swt akan membalas perbuatan mereka hingga merasakan akibat dari kesombongannya di dunia pada hari Kiamat kelak.

Kelanjutan ayat ini menerangkan tentang orang-orang yang tidak beriman dengan menceritakan kehidupan mereka ketika berada dalam kelapangan hidup dengan melupakan Tuhan. Orang-orang yang takabur meyakini tidak ada peran Tuhan sama sekali dalam kehidupannya.Tapi ketika musibah dan malapetaka menimpanya, mereka memohon pertolongan dari Allah swt dan terus-menerus berdoa memohon diselesaikan masalah yang menimpanya.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Orang-orang yang tidak beriman dan tersesat cenderung memiliki sifat sombong. Ketika mereka berada dalam kelapangan hidup bersikap sombong dan tidak mau mensyukuri karunia Allah swt yang dilimpahkan kepadanya. Dia hanya melihat apa yang dianugerahkan oleh Allah tersebut sebagai hasil dari jerih payahnya saja.

2. Karunia ilahi diturunkan karena kasih sayang Allah swt kepada makhluk-Nya, bukan karena kelayakan atau kekhususan orang yang menerimanya. Sebab Tuhan tidak pernah berhutang kepada kita, tapi sebaliknya kitalah yang berutang kepada Allah swt. Oleh karena itu semua nikmat yang telah dianugerahkan harus selalu disyukuri.

3. Kekuatan, kekuasaan maupun kekayaan dan berbagai fasilitas dunia lainnya bukan ukuran yang menentukan manusia dekat dengan Allah swt. Oleh karena itu, ketika diakhirat kelak mereka jangan berharap memiliki kondisi yang sama ketika hidup di dunia.

4. Berhati-hatilah dalam kehidupan ini. Ketika berada dalam kelapangan hidup jangan takabur dan melupakan bersyukur kepada Allah swt, Jangan sampai nikmat berubah menjadi malapetaka bagi kita sendiri.

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ثُمَّ كَفَرْتُمْ بِهِ مَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ هُوَ فِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ (52) سَنُرِيهِمْ آَيَاتِنَا فِي الْآَفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (53) أَلَا إِنَّهُمْ فِي مِرْيَةٍ مِنْ لِقَاءِ رَبِّهِمْ أَلَا إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيطٌ (54)

Katakanlah, “Bagaimana pendapatmu jika (Al Quran) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh?” (41: 52)

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (41: 53)

Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu. (41: 54)

Melanjutkan ayat sebelumnya mengenai orang-orang Musyrik dan Kafir, ayat ini menjelaskan mengenai penentangan mereka terhadap al-Quran yang datang dari Allah swt. Jika kitab suci ini benar datang dari Tuhan, dan isinya mengenai surga dan neraka benar adanya, maka apa yang akan kalian lakukan ? Oleh karena itu, sadarlah dan jangan fanatik buta mengikuti tradisi salah nenek moyang mereka yang jauh dari jalan kebenaran.

Kemudian ayat selanjutnya menjelaskan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Allah swt di alam semesta ini dan dalam diri manusia sendiri mengenai kebenaran Al-Quran. Jika masih ragu dengan kitab suci Al-Quran, apakah kalian juga masih ragu dengan kitab alam semesta ini yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta.

Ayat ilahi di alam dari matahari hingga bulan dan bintang dengan susunan yang sangat teratur, juga benda dan makhluk hidup dari tumbuhan hingga hewan dengan berbagai kelebihan dan keunikannya masing-masing, hingga kini masih menjadi rahasia yang belum terungkap seluruhnya oleh para ilmuwan dunia.

Ayat ilahi juga berada dalam diri manusia dengan susunan badan yang begitu kompeks tapi teratur dan tersusun rapi; dari sistem pernapasan, pencernaan, jantung hingga otak yang menakjubkan seperti buku hidup yang menunjukkan kemahaagungan penciptanya. Semakin tinggi ilmu pengetahuan menggali kekayaan alam ini, semakin terkuat keajaiban di dalamnya yang menunjukkan kekuasaan Allah swt sebagai Sang Maha Pencipta.

Tapi amat disayangkan, orang-orang yang takabur meragukan adanya awal penciptaan alam dan akhirnya. Keraguan mereka tidak alamiah, karena bukan berpijak dari penyelidikan, tapi karena prasangka buruk dan kesombongannya. Mereka berbuat sesukanya di dunia dengan melakukan perbuatan buruk dan tercela karena lupa akan bertemu dengan Tuhannya pada hari Kiamat kelak. Tapi ketahuilah bahwa Allah swt mengetahui seluruh perkara, dan semua perbuatan manusia selama di dunia akan dipertanggungjawabkan di pengadilan akhirat nanti.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Manusia yang berakal, jika mempertimbangkan kerugian maupun ancaman besar yang akan menimpanya, maka akan berhati-hati dan menjauhi kemungkinan yang terburuk. Oleh karena itu, kemungkinan adanya Kiamat secara logis akan menjadikan manusia menjaga perbuatannya di dunia supaya terhindar dari dosa dan kesesatan.

2. Seluruh alam semesta sebagai pelajaran mengenai ketuhanan dari kehidupan manusia hingga keberadaan makhluk lain seperti tumbuhan dan hewan, juga tata surya dari matahari hingga bulan dan bintang yang bersinar di angkasa malam hari.

3. Keimanan terhadap awal dan akhir penciptaan alam semesta serta akhirat tidak bisa dipisahkan. Sebab awal dan akhir dunia diciptakan oleh Allah Yang Maha Kuasa.

Read 568 times