وَمِنْ آَيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِنْ دَابَّةٍ وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ (29)
Di antara (ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. (42: 29)
Di dalam ayat ini dijelaskan bahwa penciptaan langit dan bumi, dan tumbuhnya berbagai jenis makhluk hidup kecil maupun besar, merupakan tanda-tanda ilmu dan kekuatan Ilahi yang paling jelas.
Langit dan galaksi luas serta miliaran bintang yang membuat manusia tercengang saat memikirkannya, tanah dengan ragam tumbuhan yang berwarna warni, dan berbagai keindahannya, semua merupakan tanda-tanda Tuhan. Begitu juga makhluk hidup di bumi dan langit, beraneka ragam burung, binatang liar, dan ternak, ikan yang sangat kecil hingga paus besar yang menakjubkan, semuanya adalah ayat Tuhan Yang Maha Agung.
Jelas bahwa Dia yang menciptakan sistem yang sangat besar dan luas ini, mampu membangkitkan Hari Kiamat, dan mengumpulkan semua makhluk yang dikehendaki-Nya di hari itu.
Poin menarik dalam ayat ini, pertama, mengabarkan keberadaan makhluk hidup di langit, selain di muka bumi, kedua, berkumpulnya makhluk hidup selain manusia di Hari Kiamat.
Penghimpunan mahkluk selain manusia ini dapat dilakukan dengan dua tujuan, pertama, pahala dan siksaan, dengan asumsi mereka memiliki akal dan pemahaman, kedua, mereka merupakan makhluk yang diberikan kehidupan di akhirat kelak, namun kehidupan yang dikendalikan naluri bukan akal, tanpa pahala dan siksaan. Karena Al Quran di banyak ayatnya hanya berbicara soal pengumpulan makhluk hidup, dan tidak berbicara tentang hukuman dan pahala.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Penciptaan awal makhluk hidup adalah tanda dapat diciptakannya kembali mereka di akhirat.
2. Makhluk hidup bukan hanya yang kita lihat hidup di muka bumi, di langitpun ada makhluk hidup.
3. Penyebaran makhluk hidup atau pengumpulannya patuh pada kehendak Ilahi, dan manusia tidak berperan apapun dalam hal ini.
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (30) وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فِي الْأَرْضِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (31)
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (42: 30)
Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah. (42: 31)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa azab dan pahala bukannya tidak ada di dunia ini, dan apapun yang dilakukan manusia tidak dihukumi. Banyak perbuatan manusia yang dilakukan atas ikhtiar dan pilihannya, menimbulkan hukuman yang dirasakan manusia di dunia ini, dan ia akan merasakan getirnya dampak dari perbuatan tersebut. Inilah hukuman Tuhan di dunia dalam bentuk hukum alam.
Dengan demikian setiap perbuatan manusia selain membawa dampak di akhirat kelak, ia juga membawa akibat materi di dunia ini. Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Ar Rum ayat 41,
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Selanjutnya ayat 30-31 Surat Ash Shura menjelaskan, sebagian manusia mengira bahwa mereka bisa lari dari perbuatannya di dunia, dan melanggar aturan serta sunatullah tanpa ada musibah apapun yang menimpanya, sehingga melakukan apapun yang diinginkan.
Padahal kemanapun manusia pergi, ke langit atau tetap tinggal di muka bumi, sunatullah atau hukum alam akan berlaku di manapun, dan tidak ada yang berkuasa atas dunia ini kecuali Tuhan.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Banyak peristiwa pahit yang dirasakan manusia di dunia adalah buah dari perbuatannya sendiri.
2. Permasalahan manusia hanyalah akibat dari sebagian kesalahannya. Karena pengampunan Tuhan tidak meliputi dampak sebagian besar dari perbuatan buruk manusia.
3. Manusia di hadapan Tuhan sepenuhnya lemah, dan tidak punya jalan untuk lari dari kekuasaan-Nya.
وَمِنْ آَيَاتِهِ الْجَوَارِ فِي الْبَحْرِ كَالْأَعْلَامِ (32) إِنْ يَشَأْ يُسْكِنِ الرِّيحَ فَيَظْلَلْنَ رَوَاكِدَ عَلَى ظَهْرِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ (33) أَوْ يُوبِقْهُنَّ بِمَا كَسَبُوا وَيَعْفُ عَنْ كَثِيرٍ (34) وَيَعْلَمَ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آَيَاتِنَا مَا لَهُمْ مِنْ مَحِيصٍ (35)
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di tengah (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung. (42: 32)
Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur. (42: 33)
atau kapal-kapal itu dibinasakan-Nya karena perbuatan mereka atau Dia memberi maaf sebagian besar (dari mereka). (42: 34)
Dan supaya orang-orang yang membantah ayat-ayat (kekuasaan) Kami mengetahui bahwa mereka sekali-kali tidak akan memperoleh jalan ke luar (dari siksaan). (42: 35)
Dalam ayat ini dijelaskan tentang peran angin dalam kehidupan manusia. Kapal-kapal besar pengangkut barang atau manusia yang berlayar di lautan, tidak tenggelam, adalah tanda kekuasaan Tuhan, karena Tuhan menganugerahi air dengan sifat ini bahwa kapal yang berlayar di atasnya tidak akan tenggelam. Kapal yang berlayar dengan bantuan angin juga merupakan tanda rahmat Ilahi.
Akan tetapi kapal-kapal besar hari ini berlayar menggunakan mesin kuat yang memungkinkannya mengarungi jarak ribuan kilometer di berbagai samudra, dan mengangkut muatan dalam jumlah yang sangat besar. Itu juga merupakan hukum alam yang ditetapkan Tuhan, dan manusia menemukan serta memanfaatkannya, dan menciptakan gaya gerak darinya, bukan manusia sendiri yang menciptakan aturan atau hukum alam, lalu berkata, ini hasil karyaku.
Ayat di atas selanjutnya menerangkan jika Allah Swt berkehendak, angin bisa saja berhenti berhembus sehingga kapal-kapal berhenti bergerak. Di antara tanda-tanda ini adalah untuk setiap orang yang mencapai kedudukan sabar, dan bersyukur.
Bagaimanapun juga diam atau bergeraknya kapal kecil dan besar, juga sampainya kapal-kapal itu dengan selamat ke tujuan, semua ada di tangan Tuhan. Karena jika Tuhan berkehendak, kapal itu bisa saja tenggelam bersama penumpanganya, tapi hal ini terjadi sebagai hukuman perbuatan manusia sendiri, di sisi lain, Tuhan mengampuni sebagian besar dosa mereka, karena jika setiap manusia harus dihukum atas semua perbuatannya, maka tidak akan ada manusia yang tersisa di muka bumi ini.
Namun orang-orang angkuh, dan sombong tidak akan bersedia mengakui kekuasaan Tuhan di alam semesta ini, dan selalu berusaha mengingkari tanda-tanda-Nya di bumi, serta berdebat dengan orang beriman. Suatu hari mereka akan menyadari bahwa mereka tidak akan bisa lari dari wilayah kekuasaan Tuhan.
Dari empat ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Bukan hanya ciptaan, tapi aturan yang berlaku atas benda-benda padat, dan cair, semua adalah tanda kekuasaan dan rahmat Ilahi yang salah satunya kemampuan bergerak benda-benda besar, dan berat semacam kapal besar di atas air.
2. Saat kita berhadapan dengan nikmat Ilahi, selain harus bersabar kita juga harus bersyukur. Terkadang merupakan hikmah Ilahi bahwa kesulitan mengharuskan kita bersabar, terkadang kenikmatan hidup diberikan kepada manusia dan harus disyukuri.
3. Perbuatan kita manusia selalu memposisikan kita pada bahaya kebinasaan. Maka dari itu, jika kita selamat, itu berkat kebaikan Tuhan.
4. Kita tidak semestinya hanya menafsirkan dan menganalisa semesta ini secara materi semata, dan memperhatikan peran Tuhan dalam mengelola dan mengurus alam ini. Karena jika tidak, maka berarti kita menutup mata atas ilmu, kekuasaan, dan hikmah Ilahi dalam mengelola semesta ini.