Ayat ke 174
Artinya:
Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (3: 174)
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, mereka yang cidera di perang Uhud dimobilisasi untuk ikut mengejar musuh. Sikap ini membuat takut musuh, berpikir dua kali untuk menyerang Madinah dan akhirnya mereka kembali ke Mekah. Ayat ini diturunkan sebagai bentuk penghargaan kepada mereka yang cidera dan masih siap untuk berperang menghadapi musuh.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jika kita melaksanakan tugas, maka rahmat Allah akan menyertai kita. Mengharapkan kemurahan Tuhan harus disertai dengan melaksanakan tugas.
2. Mendapatkan kerelaan Allah merupakan hal paling penting bagi orang mukmin. Apakah itu berakhir pada syahadah atau cidera atau tidak keduanya.
Ayat ke 175
Artinya:
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy) karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (3: 175)
Allah Swt dalam ayat sebelumnya menyatakan bahwa orang muslim yang berupaya mendapat keridhaan-nya, tidak takut kepada siapapun. Dalam keadaan terlukapun mereka tetap siap melaksanakan perintah dan mengejar musuh.
Ayat ini mengisyaratkan kepada orang-orang Muslim yang lemah imannya mengikut setan setelah mendengar bisikan-bisikan yang sampai ke telinga mereka. Setelah mendengar bisikan itu, mereka tidak bersedia berkorban untuk agama. Al-Quran menyatakan kepada muslimin, jika kalian jujur terhadap iman kalian, maka takutlah hanya kepada Allah dan janganlah langgar perintah-Nya. Karena Allah Maha Kuat dan Kuasa.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Segala bentuk propaganda atau isu yang menyebabkan ketakutan dan kebimbangan dalam masyarakat Islam adalah pekerjaan setan.
2. Takut pergi ke medan tempur menunjukkan lemahnya iman dan mengikuti setan.
3. Ancaman dan menakut-nakuti merupakan strategi setan untuk mematikan suara orang-orang teraniaya dan menghancurkan kebangkitan mereka.
Ayat ke 176-177
Artinya:
Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir, sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudarat kepada Allah sedikitpun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bahagian (dari pahala) kepada mereka di hari akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. (3: 176)
Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali-kali mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun; dan bagi mereka azab yang pedih. (3: 177)
Setelah kekalahan Muslimin dalam perang Uhud, sebagian mereka mulai didera rasa takut dan cemas. Mereka saling bertanya mengenai nasibnya kelak.
Ayat ini diturunkan kepada Nabi dan menyatakan kepada beliau, kemenangan orang kafir di perang Uhud tidak membuat mereka bahagia. Karena kemenangan itu justru menyebabkan mereka tenggelam dalam kekafiran. Dan kekafiran akan menjauhkan mereka dari segala keuntungan akhirat.
Selain itu, kekufuran mereka tidak akan pernah merugikan Tuhan. Kerugian seorang yang kafir kembali pada dirinya sendiri. Karena pada Hari Kiamat mereka akan mendapat siksa yang berat. Hal penting yang menarik dalam ayat ini adalah "jual beli" yang dipakai untuk menyebut hilangnya iman dan menjadi kafir. Pada prinsipnya al-Quran memandang dunia sebagai pasar sementara masyarakat adalah penjual. Modal mereka adalah keimanan dan akidah. Penjualan di pasar ini merupakan keharusan, karena usia bukan di tangan manusia. Tapi memilih pembeli ada di tangan kita. Hanya ada dua pembeli dan kita dituntut untuk memilih, apakah kepada Allah atau selain-Nya.
Al-Quran senantiasa memuji orang yang rajin bertransaksi dengan Allah dan memetik keuntungan yang banyak. Keuntungan itu adalah surga. Sementara pada saat yang sama mengritik mereka yang hanya berjual beli dengan usianya. Orang seperti ini tidak akan meraih untung dan hanya mengalami kerugian besar.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah Swt tidak memerlukan perbuatan baik kita. Allah tidak akan dirugikan bila bila ada orang kafir tidak melakukan tugasnya. Agama Allah tidak akan lemah bila ada orang kafir.
2. Kufur dalam akidah dan tidak mensyukuri secara tindakan, menjauhkan manusia dari mendapat rahmat Tuhan di akhirat.
3. Saat membandingkan masyarakat kafir dan muslim, jangan hanya melihat sisi duniawi, tapi juga akhirat.
Ayat ke 178
Artinya:
Dan janganlah sekali-sekali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka, dan bagi mereka azab yang menghinakan. (3: 178)
Ayat-ayat sebelumnya menyebut Allah menghibur Mukminin agar tidak khawatir dan sedih dengan kemenangan orang kafir. Pada ayat ini Allah menyatakan bahwamemberikankesempatankepada orang-orang kafir adalah Sunnatullah. Bukan berarti Allah tidak tahu dan tidak mampu untuk menghukum mereka.
Allah Swt memberikan kesempatan yang sama kepada semua manusia, baik Mukmin, Kafir dan orang baik atau buruk untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan kehendaknya sendiri. Sekalipun demikian, sudah sewajarnya bila orang-orang Kafir tidak menyalahgunakan peluang ilahi ini dengan melakukan perbuatan buruk dan tidak terpuji. Karena peluang ini bila tidak dimanfaatkan dengan baik, justru akan menambah dosa pelakunya.
Begitu besarnya perhatian Allah akan perbuatan yang dilakukan dengan kehendak sendiri, sehingga Allah masih memberikan kesempatan kepada manusia untuk berbuata yang diinginkan.
Di sisi lain, orang kafir melihat kebebasan yang diberikan Allah ini sebagai peluang yang menguntungkannya. Tapi mereka lupa bahwa akibat dan kesudahan kekufuran adalah azab dan siksa Allah yang pedih.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kesempatan yang diberikan Allah bukan berarti cita. Oleh karenanya, jangan langgar batasan Allah. Sebelum terlambat bertaubatlah dari kekufuran.
2. Panjang umur tidak penting, karena yang terpenting itu adalah bagaimana mengisinya dengan kebaikan dan mencari kerelaan Allah.
3. Jangan melihat orang kafir di dunia ini saja, tapi lihat nanti kesudahan mereka di akhirat.
4. Janganlah memandang kekuasaan orang zalim sebagai tanda keridhaan Tuhan. Bangkit dan lawat setiap kezaliman.