Ayat ke 191
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (3: 191)
Telah disebutkan sebelumnya bahwa langit dan bumi dan semua makhluk, merupakan petanda akan keberadaan Tuhan. Ayat ini mengatakan, orang-orang yang berakal adalah mereka yang senantiasa memikirkan alam semesta. Memahami tujuan alam dan menyadari bahwa dunia ini tidak dicipta tanpa pencipta membuat kita memahami bahwa penciptaan ini berdasarkan tujuan tertentu. Adakah dapat diterima bahwa pencipta alam mendirikan alam semesta ini tanpa didasari tujuan dan program?
Pertanyaan selanjutnya, bila kita terima bahwa dunia punya tujuan, haruslah kita lihat, apakah peran kita?Sejauh manakah kita dapat memanfaatkan alam semesta dan sejauh manakah kita melakukan kewajiban yang diperintahkan sang pencipta? Al-Quran menyatakan, orang-orang yang berakal, selalu memikirkan tentang perkara ini. Oleh sebab itu, mereka memohon maaf dari kekhilafan dan kekurangan dan mereka meminta dari Allah keterbebasan dari siksa neraka.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tanda ketinggian akal adalah mengingat Tuhan di semua tempat. Sejatinya, ahli pikir juga ahli zikir.
2. Iman akan bernilai bila berlandaskan pikiran. Zikir juga demikian menjadi bernilai dengan disertai pemikiran.
3. Alam semesta berlandaskan tujuan dan tujuan finalnya mendekatkan diri kepada Allah. Semakin kita jauh dari tujuan ini, kita akan lebih dekat dengan neraka.
Ayat ke 192
Artinya:
Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolongpun. (3: 192)
Ayat ini menyinggung siksa Allah di lisan mereka dengan menyebutkan, meskipun api neraka itu panas membakar, namun apa yang lebih menyebabkan kesedihan dan kemurungan pada Hari Kiamat tatkala semua keburukan terbuka. Padahal semua orang berakal takut terbukanya rahasia dirinya pada Hari Kiamat. Karena orang-orang yang berakal memahami bahwa terbukanya rahasia di depan mata orang-orang saleh adalah lebih sulit dari merasakan api neraka yang membakar.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pandangan salah terhadap alam semesta menyebabkan kezaliman terhadap diri.
2. Orang-orang yang zalim pada Hari Kiamat tidak mendapatkan syafaat ilahi.
Ayat ke 193-194
Artinya:
Sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu) Berimanlah kamu kepada Tuhanmu, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. (3: 193)
Ya Tuhan kami, berikanlah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." (3: 194)
Orang-orang yang berakal bukan hanya mengucapkan labbaik kepada seruan akal dan fitrah, tapi sampai kepada Allah dengan renungan akan alam semesta. Merekamemberikanjawaban positif terhadap seruan Allah yang menyeru manusia untuk beriman kepada Allah dan menyatakan keimanannya.
Mereka meminta ampunan dari dosa kecil dan besar dan akhirnya meminta kebaikan dari Tuhan dalam kehidupannya. Orang-orang yang berakal tahu bahwa mereka tidak mendapatkan pahala lantaran perbuatan baik mereka. Oleh karenanya, mereka senantiasa meminta Allah agar memenuhi janji-Nya untuk menganugerahkan pahala, dan Tuhan tidak sekali-sekali mengingkari janji.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menerima kebenaran dan mendengar ayat-ayat al-Quran merupakan indikasi akal.
2. Kelaziman iman dan akal adalah mengingati dosa dan segera bertaubat ketika melakukan dosa.
3. Memikirkan masa depan merupakan tanda-tanda berakal.
Ayat ke 195
Artinya:
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): Sesungguhnya, Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, karena sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain, maka orang-orang yang berhijraj, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiri pada jalan Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan, Ku hapuskan kesalahan-kesalahan ke dalam syurga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi Nya pahala yang baik. (3: 195)
Pada ayat ini Allah Swt memberikan jawaban positif terhadap keinginan mereka dan menjawab hajat mereka. Setelah itu Allah menjelaskan satu kaidah umum, tidak satupun perbuatan baik di alam ini yang akan sia-sia dan tidak ada perbedan pelakunya pria atau wanita. Karena hanya takwalah yang menjadi keutamaan seseorang. Kemudian al-Quran menyatakan bahwa iman dengan sendirinya tidak cukup, karena akal dan ilmu bila tidak disertai amal tidak akan berguna. Tapi semua itu harus dengan syarat bahwa dikerjakan dengan niat hanya untuk Allah.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam pandangan hidup ilahi, tidak satupun amalan yang tanpa balasan, tapi dengan syarat dilakukan di jalan Allah bukan untuk diri sendiri.
2. Lelaki dan wanita sama dalam mencapai kesempurnaan spiritual.
3. Selagi manusia tidak bersih dari dosa, maka ia tidak punya kelayakan tinggal di surga.