كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ فَكَذَّبُوا عَبْدَنَا وَقَالُوا مَجْنُونٌ وَازْدُجِرَ (9) فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ (10) فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ (11) وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا فَالْتَقَى الْمَاءُ عَلَى أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ (12)
Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kamu Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: "Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman). (54: 9)
Maka dia mengadu kepada Tuhannya: "bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)". (54: 10)
Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. (54: 11)
Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. (54: 12)
Dalam pembahasan sebelumnya kami telah jelaskan mengenai kondisi sulit dan mengerikan di hari kiamat para penolak kebenaran. Sementara ayat kali ini mengisyaratkan azab yang mereka terima di dunia dan menyatakan, Nabi Nuh as seperti nabi lainnya menyeru manusia untuk menyembah Tuhan dan telah menunjukkan mukjizatnya kepada mereka, tapi mereka tetap menolak kebenaran, dan menyebut Nabi Nuh as gila yang dipengaruhi jin dan akalnya tertutupi.
Mereka mengancam akan melempari Nabi Nuh as dengan batu dan membunuhnya. Orang kafir dengan berbagai siksaan dan gangguan telah menghalangi dakwah Nabi Nuh as, dengan harapan ia melepaskan risalahnya dan membiarkan mereka dengan kondisinya saat itu.
Di kondisi seperti ini, Nabi Nuh as memohon Tuhan untuk membantunya menghadapi orang kafir. Kemudian Tuhan menyempurnakan hujjah-Nya dan ketika mereka tetap menolak kebenaran, maka Tuhan menurunkan azab kepada mereka berupa banjir bandang yang menghancurkan mereka.
Dari empat ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menyebut nabi gila adalah tuduhan yang marak sepanjang sejarah. Para penentang dan orang kafir senantiasa berusaha meneror kepribadian para nabi dengan taktik seperti ini.
2. Orang beriman harus menjalankan kewajibannya, dan ketika mereka kalah dari musuh, maka mereka tidak boleh putus asa karena kekuatan ilahi di atas seluruh kekuatan.
3. Hujan yang merupakan manifestasi rahmat Tuhan, terkadang menjadi sebab kemarahan dan hukuman.
وَحَمَلْنَاهُ عَلَى ذَاتِ أَلْوَاحٍ وَدُسُرٍ (13) تَجْرِي بِأَعْيُنِنَا جَزَاءً لِمَنْ كَانَ كُفِرَ (14) وَلَقَدْ تَرَكْنَاهَا آَيَةً فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (15) فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ (16) وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17)
Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, (54: 13)
Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). (54: 14)
Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (54: 15)
Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (54: 16)
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (54: 17)
Sebelum azab diturunkan kepada kaum Nuh, Allah Swt memerintahkan Nuh untuk membuat kapal besar yang mampu menampung berbagai jenis hewan, dan mencegah kepunahannya. Ini menunjukkan bahwa badai besar akan datang serta meliputi sebagian besar wilayah bumi, jika tidak maka tidak perlu melakukan hal ini.
Seiring dengan datangnya badai besar, atas perintah Tuhan, kapal Nuh bergerak dan penumpangnya selamat, tapi orang kafir seluruhnya tenggelam. Akhirnya setelah air menyusut, penumpang kapal keluar dengan selamat. Tapi sisa-sisa kapal besar tersebut yang berupa potongan-potongan kayu dan segenggam paku, tetap abadi atas kehendak Tuhan dan menjadi tanda kekuasaan Tuhan dan bagi orang kafir dapat memahami bahwa bahwa azab Tuhan itu keras, sehingga mereka akan menganggap serius peringatan para nabi.
Penyebutan kisah ini di al-Quran dimaksudkan sebagai pengingat sehingga manusia dapat mengambil pelajaran serta tidak keras kepala menolak kebenaran.
Di akhir ayat ini mengisyaratkan kemudahan al-Quran. Tak diragukan lagi bahwa susunan kata al-Qur'an sedemikian rupa sehingga mudah dibaca dan sekaligus indah. Isi ayat-ayatnya juga dilengkapi cerita dan contoh yang memudahkan untuk menerima isinya. Tentu saja, meskipun al-Qur'an itu mudah, kata-katanya kuat dan tegas, dan meskipun mudah, ayat-ayatnya sedemikian rupa sehingga jika semua orang di dunia bersatu dan bekerja sama, mereka tidak akan dapat menghasilkan apapun yang mirip dengannya.
Dari lima ayat tadi terdapat empat pelajaran berharga yang dapat dipetik:
1. Jika Tuhan menghendaki, maka papan kayu dapat menyelamatkan manusia di banjir besar, seperti ketika Ia menyelamatkan Musa as dari ombak besar sungai Nil.
2. Siapa saja yang mengingkari nikmat dan tidak bersyukur atas keberadaan para nabi, maka mereka akan mendapat azab di dunia dan akhirat.
3. Seperti jasad Fir'aun yang diselamatkan dari air dan tetap awet, kapal Nuh as juga tetap awet sehingga menjadi bahan pelajaran bagi generasi mendatang.
4. Al-Quran kitab yang mudah, meski demikian tidak ada yang mampu membuat padanannya atau serupa dengannya, meski seluruh dunia bersatu.
كَذَّبَتْ عَادٌ فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ (18) إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا فِي يَوْمِ نَحْسٍ مُسْتَمِرٍّ (19) تَنْزِعُ النَّاسَ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ مُنْقَعِرٍ (20) فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ (21) وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (22)
Kaum 'Aad pun mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (54: 18)
Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus, (54: 19)
yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok korma yang tumbang. (54: 20)
Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (54: 21)
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (54: 22)
Setelah menyebutkan kisah kaum Nuh as, ayat ini menceritakan nasib kaum 'Aad. Nabi Hud as adalah nabinya kaum 'Aad. Seberapa keras Nabi Hud as memperingatkan kaumnya, tapi mereka menolak meninggalkan perbuatan buruknya. Kaum 'Aad senantiasa mengejek Nabi Hud as dan bangga dengan tubuh mereka yang kuat dan kekar.
Mereka tidak menyangka bahwa suatu hari hembusan angin yang begitu kuat dan dahsyat akan bertiup di atas kota dan desa mereka, yang akan mencabut tubuh mereka yang tinggi dan kekar seperti pohon palem yang tumbang dan melemparkannya ke mana-mana. Badai dahsyat ini berlanjut selama seminggu dan tidak meninggalkan rumah dan penghuninya.
Tuhan mengulangi lagi bahwa mengapa kalian tidak mengambil pelajaran dari kaum terdahulu, dan tidak menerima peringatan ? Namun, dengan menceritakan kisah mereka di dalam al-Qur'an, kami telah memudahkan kalian mengetahui nasib mereka.
Dari lima ayat tadi terhadap tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:
1. Tuhan telah menyempurnakan hujjah terhadap manusia dengan mengutus para nabi dan peringatan mereka kepada masyarakat, dan orang-orang yang keras kepala harus mempersiapkan diri menuai hasil perbuatan buruknya.
2. Angin juga seperti air, berada di bawah perintah dan kehendak Tuhan; Terkadang menjadi tanda kemurahan dan terkadang menjadi alat untuk menghukum orang-orang yang berbuat buruk. Dengan kehendak Tuhan, angin juga dapat menjadi sebab pertumbuhan dan juga dapat menjadi alat perusak.
3. Al-Quran bukan buku sejarah, tapi untuk memberi petunjuk manusia, kitab ini menyebutkan nasib sejumlah orang dan kaum, sehingga semua orang dapat mengambil pelajaran dan tidak menolak kebenaran.