Surah Al-Qamar ayat 33-42

Rate this item
(0 votes)
Surah Al-Qamar ayat 33-42

كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍ بِالنُّذُرِ (33) إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ حَاصِبًا إِلَّا آَلَ لُوطٍ نَجَّيْنَاهُمْ بِسَحَرٍ (34) نِعْمَةً مِنْ عِنْدِنَا كَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ شَكَرَ (35)

 

Kaum Luth-pun telah mendustakan ancaman-ancaman (nabinya). (54: 33)

 

Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan sebelum fajar menyingsing, (54: 34)

 

sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur, (54: 35)

 

Kaum Luth adalah kaum keempat yang nasibnya disebutkan dalam surat ini karena mengabaikan peringatan para nabi. Fenomena homoseksualitas dan hubungan seksual di antara laki-laki kaum itu begitu umum sehingga silih berganti peringatan nabi mereka tentang keburukan perbuatan ini dan akibat buruknya tidak efektif. Alih-alih menerima kata-kata rasional Nabi Luth, mereka mencoba mengusirnya dari kota dan bebas dari nasihatnya yang penuh kasih.

 

Tuhan juga mengazab mereka dengan angin kencang dan tornado besar yang membawa sejumlah besar batu dan pasir dari padang pasir ke langit dan tiba-tiba menimpa kepala orang-orang fasid dan jahat itu. Akibatnya, mereka dan rumah mereka terkubur di bawah punggung bukit itu dan musnah. Tentu saja, sebelum turunnya azab, Tuhan memberi tahu Nabi Luth bahwa dia dan keluarganya, kecuali istrinya yang merupakan kaki tangan penentang dan orang kafir, harus meninggalkan kota itu agar selamat dari murka Tuhan.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Memberi peringatan adalah tugas setiap nabi sepanjang sejarah, tapi manusia mengabaikan peringatan ini, dan tidak menerima nasihat darinya.

2. Keadilan Tuhan mengharuskan ketika azab diturunkan, orang beriman akan selamat dan tidak terbakar bersama.

3. Menerima seruan para nabi dan mengikuti ajarannya adalah bentuk syukur praktis yang mengikuti turunnya rahmat dan pahala Ilahi di dunia ini juga.

 

وَلَقَدْ أَنْذَرَهُمْ بَطْشَتَنَا فَتَمَارَوْا بِالنُّذُرِ (36) وَلَقَدْ رَاوَدُوهُ عَنْ ضَيْفِهِ فَطَمَسْنَا أَعْيُنَهُمْ فَذُوقُوا عَذَابِي وَنُذُرِ (37) وَلَقَدْ صَبَّحَهُمْ بُكْرَةً عَذَابٌ مُسْتَقِرٌّ (38) فَذُوقُوا عَذَابِي وَنُذُرِ (39) وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (40)

 

Dan sesungguhnya dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami, maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu. (54: 36)

 

Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (54: 37)

 

Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal. (54: 38)

 

Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (54: 39)

 

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (54: 40)

 

Nabi Luth as selalu memperingatkan orang-orang itu tentang konsekuensi mengerikan dari perbuatan buruk mereka, tetapi mereka meragukan kata-katanya dan menganggapnya tidak realistis. Sampai ketika malaikat ilahi memasuki rumah Nabi Luth dalam bentuk pemuda cantik, beberapa preman dan penjahat yang telah mencapai puncak penghinaan, memintanya menyerahkan tamunya kepada mereka.

 

Atas perintah Tuhan, mata orang-orang itu menjadi buta, tetapi baik mereka maupun kaum mereka tidak mengambil pelajaran dari hukuman ilahi yang nyata ini. Mereka bahkan tidak menyesali perbuatannya, bahkan ingin membunuh Nabi Luth as, dan Tuhan kemudian menyelamatkan Luth beserta keluarganya di tengah malam dan pagi harinya, kaum hina ini dimusnahkan.

 

Dari lima ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Allah Swt pertama-tama menyempurnakah hujjah melalui para nabi, dan kemudian mengazab orang kafir.

2. Jika rasa malu dari kegiatan yang buruk dan korup dalam masyarakat dipatahkan, rumah orang-orang yang suci dan beriman tidak akan aman dari tangan para koruptor dan penjahat.

3. Al-Quran bukan buku sejarah, tapi menyebutkan nasib kaum terdahulu supaya manusia dapat mengambil pelajaran dan semakin mudah mereka menerima kebenaran.

 

وَلَقَدْ جَاءَ آَلَ فِرْعَوْنَ النُّذُرُ (41) كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا كُلِّهَا فَأَخَذْنَاهُمْ أَخْذَ عَزِيزٍ مُقْتَدِرٍ (42)

 

Dan sesungguhnya telah datang kepada kaum Fir'aun ancaman-ancaman. (54: 41)

 

Mereka mendustakan mukjizat Kami semuanya, lalu Kami azab mereka sebagai azab dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa (54: 42)

 

Kaum kelima yang nasib buruknya dijelaskan dalam surat ini adalah kaum Firaun yang menyembahnya sebagai Tuhan dan mematuhi perintahnya tanpa pertanyaan. Firaun telah memperbudak orang Israel dan menganiaya mereka dan menyiksanya dengan siksaan yang paling buruk.

 

Nabi Musa asa mendatangi Firaun guna menyeru Firaun dan pengikutnya untuk menyembah Allah Swt serta membebaskan Bani Israel dari perbudakan. Nabi Musa as atas perintah Allah Swt menunjukkan berbagai mukjizat dihadapan Firaun dan pengikutnya. Tapi mereka malah memutuskan untuk membunuh Musa dan pengikutnya ketimbang tunduk terhadap kebenaran dan mengakhiri kezaliman. Kemudian Tuhan menenggelamkan seluruh orang zalim ini di Sungai Nil.

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Mengikuti pemimpin zalim dan sepemikiran dengan mereka akan membuat manusia mendapat nasib yang sama dengan mereka di dunia dan akhirat.

2. Mukjizat ilahi dimaksudkan untuk menyadarkan manusia dan menyempurnakan hujjah (alasan atau bukti) kepada mereka, tapi mereka yang menyaksikan mukjizat dengan mata kepalanya sendiri dan kemudian mengingkarinya, akan diazab saat mereka di dunia.

3. Kekuatan Tuhan adalah satu-satunya kekuatan di dunia yang tidak dapat dilawan, kekuatan manusia dihadapan kekuatan Tuhan sangat kecil, meski ia diluarnya tampak sangat kuat dan berkuasa.

Read 270 times