Surat al-Mujadila 7-11

Rate this item
(0 votes)
Surat al-Mujadila 7-11

 

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (7) أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ نُهُوا عَنِ النَّجْوَى ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَيَتَنَاجَوْنَ بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَةِ الرَّسُولِ وَإِذَا جَاءُوكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللَّهُ وَيَقُولُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ لَوْلَا يُعَذِّبُنَا اللَّهُ بِمَا نَقُولُ حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمَصِيرُ (8)

 

Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (58: 7)

 

Apakah tidak kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri: "Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?" Cukuplah bagi mereka Jahannam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. (58: 8)

 

Sebagian besar ayat yang akan kita bahas hari ini terkait dengan berbisik-bisik yang biasanya terjadi di kalangan keluarga atau sahabat. Ketika dua atau beberapa orang berkumpul, dan mereka berbicara pelan-pelan sehingga orang lain tidak mendengarnya.

 

Dalam budaya Islam, hal ini dinilai sebagai perbuatan tidak terpuji dan Allah Swt melarangnya, karena biasanya berbisik-bisik di tengah kumpulan akan menarik prasangka orang lain.  Tentu saja, dalam beberapa kasus, berbisik adalah tentang hal-hal buruk yang ingin dilakukan orang jauh dari pandangan orang lain sehingga tidak ada yang tahu tentang kesalahan mereka.

 

Al-Quran terkait hal ini mengatakan, "Jangan kalian sangka jika kalian berbisik-bisik, Tuhan tidak mendengar perkataan kalian dan juga tidak mengetahui pekerjaan serta keputusan kalian. Karena pengetahuan Tuhan meliputi segala sesuatu dan tidak ada sesuatu yang tersembunyi dari-Nya.

 

Ketika Rasulullah Saw berada di Madinah, kaum munafikin menyatakan keislaman mereka dengan lisan, tapi dalam hatinya, mereka menolak. Mereka mencari muka ketika bertemu dengan Rasulullah Saw dan menyanjung beliau dengan berlebihan. Tapi ketika berada di kalangan mereka sendiri, mereka berbicara menentang Rasulullah dan mengambil keputusan yang bertentangan dengan perintah beliau.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1.Semuanya sama di hadapan Tuhan: Bumi dan langit yang megah, perkataan rahasia dan terang-terangan, semua amal perbuatan manusia dan hal-hal kecil dan besar.

2.Tuhan tidak memiliki tempat dan waktu, tapi mengetahui semua urusan tempat dan waktu, dan pengetahuan-Nya mencakup seluruh alam semesta.

3.Tuhan mengawasi setiap perilaku dan perkataan kita, dan mengetahui secara detail perbuatan kita. Nanti di hari Kiamat kita akan menerima hukuman dan pahala sesuai dengan pengetahuan Tuhan ini.

4.Sanjungan adalah salah satu tanda kemunafikan. Kita tidak boleh mempercayai pemuliaan dan pujian apa pun yang mungkin menipu kita.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا تَنَاجَيْتُمْ فَلَا تَتَنَاجَوْا بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَةِ الرَّسُولِ وَتَنَاجَوْا بِالْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (9) إِنَّمَا النَّجْوَى مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (10)

 

Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan berbuat durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan. (58: 9)

 

Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal. (58: 10)

 

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini masih membahas tentang berbisik, dan menyatakan, berbisik-bisik adalah perbuatan setan, karena tanda dari ketidakpercayaan pembisik kepada mereka yang hadir di perkumpulan, dan akan memicu prasangka orang lain terhadap pembisik tersebut. Tak diragukan lagi ini adalah perbuatan setan untuk menciptakan permusuhan di antara orang-orang mukmin.

 

Di sebagian kasus, berbisik dan tidak mengeraskan ucapan juga dianjurkan. Misalnya berbisik mengenai perbuatan baik dan membantu orang yang membutuhkan adalah perbuatan baik. Di satu sisi, untuk menjaga nama baik orang yang membutuhkan agar lebih sedikit orang yang mengetahui masalah ini, dan di sisi lain, agar para pelaku kebaikan menghindari kemunafikan dan lebih sedikit mengungkapkan namanya.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Dalam prinsipnya, berbisik-bisik adalah haram dan dilarang, kecuali untuk hal-hal yang penting seperti menjaga nama baik orang mukmin atau maslahat keluarga, atau ada maslahat yang lebih penting.

2. Terkadang memberi petunjuk dan nasihat kepada orang lain, atau memperingatkan mereka atas perbuatan buruk lebih efektif dilakukan secara rahasia dan jauh dari pandangan orang lain.

3. Setiap ucapan atau perbuatan yang membuat orang lain ketakutan dan sedih adalah dari setan, dan tidak selaras dengan spirit keimanan.

4. Orang beriman bertawakkal kepada Tuhan dalam menghadapi konspirasi rahasia musuh, dan mereka meyakini bahwa selama Tuhan menghendaki, musuh tidak akan dapat merugikan mereka.

 

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (11)

 

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (58: 11)

 

Ayat ini merujuk salah satu adab dan sopan santun dalam sebuah majlis dan pertemuan, serta menyatakan, "Ketika seseorang memasuki majlis, maka berikan jalan dan tempat kepadanya. Hal ini akan menciptakan kasih sayang di antara kalian dan memperkuat hubungan persahabatan, berbeda dengan berbisik-bisik di majlis (pertemuan) yang memicu prasangka buruk dan ketidakpedulian.

 

Lebih lanjut ayat ini menyatakan, jika berdiri untuk memberi penghormatan kepada orang yang baru masuk itu diperlukan, maka berdirilah kalian, bukannya kalian tetap duduk dan hanya memikirkan kenyamanan dan kesenangan diri kalian sendiri. Jika kalian berdiri dan memberi tempat kepada orang lain, Tuhan juga akan melapangkan hidup kalian.

 

Tentunya jika seseorang yang baru masuk adalah ulama dan orang berilmu, penghormatan ini harus dilakukan sehingga keutamaannya akan disadari orang lain, dan posisi ilmiahnya akan dihormati oleh mereka yang hadir di majlis.

 

Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Menjaga sopan santun dan tata krama sosial dan menghormati orang lain dalam duduk dan bangun adalah esensi iman kepada Tuhan dan Islam telah menekankannya.

2. Di urusan sosial dan tempat umum, kita tidak boleh monopoli, dan mencegah orang lain menikmati fasilitas tersebut.

3. Mempermudah urusan dan kehidupan orang lain, akan membuat Tuhan melapangkan kehidupan duniawi dan ukhrawi manusia.

4. Dalam masyarakat Islam, orang berilmu dan beriman akan diberi posisi tinggi.

 

Read 182 times