وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ عَتَتْ عَنْ أَمْرِ رَبِّهَا وَرُسُلِهِ فَحَاسَبْنَاهَا حِسَابًا شَدِيدًا وَعَذَّبْنَاهَا عَذَابًا نُكْرًا (8) فَذَاقَتْ وَبَالَ أَمْرِهَا وَكَانَ عَاقِبَةُ أَمْرِهَا خُسْرًا (9) أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ آَمَنُوا قَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكُمْ ذِكْرًا (10)
Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan Rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan. (65: 8)
Maka mereka merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya, dan adalah akibat perbuatan mereka kerugian yang besar. (65: 9)
Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu, (65: 10)
Di episode sebelumnya dibahas mengenai hukum keluarga terkait talak. Dalam ayat ini Allah Swt memperingatkan muslim bahwa jika kalian tidak bertindak sesuai dengan perintah Tuhan di berbagai urusan pribadi, keluarga dan sosial, maka kalian akan menderita akibat yang parah seperti generasi sebelumnya.
Ketidaktaatan kepada Allah mempunyai hukuman berat yang menimpa manusia di dunia dan di akhirat. Tentu saja hukuman ini didasarkan pada keadilan dan perhitungan yang cermat, sehingga di satu sisi tidak ada seorang pun yang dirugikan, dan di sisi lain diperhitungkan perbedaan antara yang baik dan yang buruk.
Lanjutan ayat tersebut berbunyi: Ambillah hikmah dari kaum-kaum yang membangkang dan tidak taat di masa lalu dan ketahuilah bahwa nasib orang-orang yang durhaka tidak lain hanyalah kerugian di dunia dan di akhirat. Jangan disangka mereka adalah orang-orang pintar dan cerdas yang meraih kemenangan di dunia ini, karena kehidupan manusia tidak berakhir dengan kematian dan yang terpenting adalah kondisi dan nasibnya di akhirat.
Sebagian orang beranggapan bahwa siksa dunia akan menyelamatkan seseorang dari hukuman akhirat, padahal masing-masing siksa itu menimpa seseorang sebanding dengan kemaksiatan kepada Allah. Orang bijaksana yang beriman kepada Tuhan mengetahui bahwa satu-satunya cara untuk lepas dari hukuman dunia dan akhirat adalah dengan bertakwa dan menghindari kemaksiatan kepada Tuhan.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Ketidaktaatan dan melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya akan mengakibatkan kerugian dan kehancuran dunia serta siksa yang berat di akhirat.
2. Janganlah kita berbangga dengan kesenangan dan kesuksesan sesaat yang datang karena ketidaktaatan dan pembangkangan melawan Tuhan; Sebaliknya, persoalan yang sangat penting adalah nasib dan akhir perbuatan manusia.
3. Akal dan iman tidak terpisah. Mengikuti akal akan membawa manusi kepada keimanan, dan menciptakan spirit takwa dalam dirinya.
4. Akal dan wahyu adalah sarana keselamatan. Keduanya senantiasa mencegah manusia dari hal-hal buruk, dan memperingatkannya sehingga ia akan meraih keselamatan dan kebahagiaan abadi.
رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْكُمْ آَيَاتِ اللَّهِ مُبَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقًا (11)
(Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya. (65: 11)
Bersamaan dengan turunnya Al-Qur'an, Allah mengutus seorang nabi yang berdasarkan ayat-ayat kitab Allah yang jelas, menyeru manusia dari keburukan menuju kebaikan, dan mereka menerima seruan tersebut dengan iman dan amal saleh serta mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Perlu diketahui bahwa segala bentuk kemusyrikan, kekufuran, dan kemunafikan dalam beriman, dan segala bentuk kerusakan, kemungkaran, dan perbuatan dosa merupakan bentuk kegelapan bagi manusia. Oleh karena itu, para nabi datang untuk membawa manusia kepada tauhid dalam pemikiran dan keyakinan serta mengajak berbuat baik. Dalam hal ini manusia dibimbing dari kegelapan menuju terang dan menjadi bahagia.
Walaupun berbuat dosa, kerusakan, dan kemungkaran itu ada kenikmatan dan kebahagiaan, namun tentu saja kenikmatan itu hanya sesaat dan tidak stabil. Namun orang yang beramal saleh akan memperoleh kenikmatan yang tetap dan abadi yang tidak dapat diperoleh di dunia yang fana ini, dan hanya di surga akhiratlah seseorang dapat menikmati kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada habisnya itu. Di surga itu, Allah telah menyiapkan rezeki yang terbaik bagi orang-orang yang bertakwa.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Kitab samawi saja tidak cukup untuk memberi hidayah manusia, harus ada nabi yang membimbing manusi dikehidupan sehari-hari berdasarkan ajaran kitab samawi tersebut, dan para nabi ini menjadi teladan praktis bagi manusia.
2. Jalan yang sesat itu banyak dan tersebar, oleh karena itu kata kegelapan itu dalam bentuk jamak, tetapi jalan yang benar tidak lebih dari satu, oleh karena itu kata terang itu berbentuk tunggal.
3. Tujuan pengutusan para nabi adalah untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan yang mereka ciptakan sendiri, dan menarik manusia ini ke jalan yang terang dan kebenaran.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا (12)
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (65: 12)
Ayat ini, yang merupakan akhir dari Surat At-Talaq, merujuk pada kebesaran alam semesta dan kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas dalam menciptakan dan merencanakan dunia dan mengatakan: "Tuhan menciptakan tujuh langit dan tujuh bumi." Angka tujuh dalam ayat ini bisa berarti banyaknya bintang di langit atau banyaknya planet yang kondisinya mirip dengan bumi; Atau bisa juga merujuk pada suatu kenyataan di dunia yang belum diwahyukan kepada umat manusia dan akan menjadi jelas baginya di kemudian hari seiring dengan berkembangnya ruang lingkup ilmu pengetahuan.
Namun penciptaan saja tidak cukup, pengelolaan dan perencanaan dunia yang luar biasa ini, yang awal, akhir, dan dimensinya masih belum diketahui manusia meskipun terdapat peralatan dan teleskop yang canggih, adalah hal yang lebih penting yang mengungkapkan pengetahuan dan kekuatan tak terbatas sang Pencipta.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Tuhan yang kita percayai adalah Pencipta sekaligus Tuhan; Artinya, penciptaan dunia ada di tangan-Nya dan juga pengelolaan urusannya. Oleh karena itu, dua kata yang lebih banyak digunakan dibandingkan kata lain tentang Tuhan dalam al-Qur'an adalah Pencipta dan Tuhan.
2. Alam semesta merupakan ruang kelas terbesar untuk mengenal Tuhan dan kebesaran-Nya, meski sebagian orang hanya memandang makhluk dan mengabaikan Sang Pencipta.
3. Pengetahuan Tuhan tentang segala sesuatu adalah lengkap, akurat dan tanpa cela.