Ayat ke 76
Artinya:
Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (5: 76)
Sebelumnya telah dibahas ayat-ayat yang berbicara mengenai keyakinan orang-orang Kristen yang menuhankan Nabi Isa as. Ayat ini dalam melanjutkan pembahasan tersebut dan mengatakan, bagaimana kalian menjadikan Isa al-Masih as sebagai sesembahan? Padahal beliau as tidak dapat mendatangkan manfaat dan mudharat bagi kalian. Sewaktu seorang nabi tidak mampu tanpa seizin Allah berperan dalam menentukan kehidupan manusia, maka kewajiban semua manusia terhadapnya benar-benar jelas dan gamblang. Yaitu, ia tidak mungkin dianggap sebagai Tuhan yang disembah.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kesesatan ajaran syirik akan dapat diketahui dengan jelas dengan sedikit merenung menggunakan akal sehat dan fitrah. Karena itu, Allah Swt menghadapkan manusia pada pertanyaan, apakah hal-hal yang tidak memiliki peran apa pun dalam kehidupan kalian, pantas kalian jadikan sebagai sesembahan?
2. Sesembahan selain Allah bahkan tidak mampu mendengar dan mengetahui kebutuhan-kebutuhan manusia, apalagi memenuhinya.
Ayat ke 77
Artinya:
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". (5: 77)
Pada ayat-ayat sebelumnya telah dijelaskan juga mengenai sikap berlebihan Ahli Kitab berkenaan dengan para nabi mereka. Ayat ini sekali lagi menegur sikap keterlaluan mereka dalam agama dan mengatakan, penjelasan mengenai kesempurnaan para nabi, tidak boleh menyebabkan kalian terkena sifat berlebihan, sehingga mendudukkan mereka di tempat yang tidak semestinya.
Sejarah manusia penuh dengan sikap berlebihan atau kurang. Sebagian orang merendahkan para nabi lebih rendah daripada manusia biasa dan menyebut mereka sebagai gila, tak berakal dan sebagainya. Sementara kelompok lain, mendudukkan para nabi lebih tinggi daripada tingkat manusia dan mendudukkan mereka sejajar dengan Tuhan. Padahal para nabi adalah orang-orang seperti manusia lainnya, yang disebabkan kesucian dan kemuliaan, mereka mempunyai kelayakan untuk menerima wahyu Ilahi.
Lanjutan ayat ini menjelaskan bahwa sikap keterlaluan Yahudi dan Kristen ini mirip dengan keyakinan orang-orang Musyrik sebelum mereka yang meyakini adanya sifat-sifat Rububiyyah pada benda-benda materi dan alami. Mereka juga menilai semua itu memiliki peran di dalam urusan kehidupan alam raya ini.
Dari ayat di atas dapat kita peroleh pelajaran bahwa agama berdiri di atas dasar keadilan dan sifat seimbang. Segala bentuk sikap keterlaluan baik berlebihan atau kurang dalam memandang tokoh-tokoh agama, tidak sejalan dan dasar-dasar agama.
Ayat ke 78-79
Artinya:
Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (5: 78)
Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (5: 79)
Meskipun para nabi merupakan penyebab turunnya rahmat dan petunjuk Allah Swt itu, akan tetapi mereka bukanlah orang-orang yang rasialis dan nasionalis, sehingga tidak mempedulikan kejahatan kaumnya sendiri. Mereka tidak diam melihat kejahatan kaumnya itu yang berarti setuju bahkan mendukungnya.
Dalam riwayat-riwayat sejarah disebutkan, sewaktu Bani Israil tidak mengabaikan ketetapan Allah Swt mengenai libur hari Sabtu, maka mereka terkena kutukan dan cacian Nabi Dawud as. Begitu juga sewaktu para pembesar mereka meminta kepada Nabi Isa as agar diturunkan hidangan dari langit dan Isa as mengangkat tangannya untuk memanjatkan doa, sehingga turunlah hidangan dari langit. Akan tetapi sebagian dari mereka tidak mengakui kebenaran mukjizat Ilahi ini, maka Nabi Isa as pun mengutuk mereka. Lanjutan ayat tersebut menyinggung sebuah poin penting mengenai hubungan kemasyarakatan dan mengatakan, bukan hanya orang-orang jahat yang berbuat dosa, akan tetapi orang-orang yang baik pun turut berdosa dengan bersikap bungkam dan tidak berbuat apa-apa untuk mencegah kejahatan para penjahat itu. Sikap diam mereka inilah yang membuat para penjahat itu merasa mendapat peluang untuk berbuat dosa.
Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:
1.Para nabi selain merupakan manifestasi kasih sayang, kadang-kadang juga menunjukkan sikap benci, marah dan tidak menolerir orang-orang yang melanggar batas-batas hukum Allah.
2. Melanggar dan merusak hukum merupakan watak Bani Israil sepanjang sejarah.
3. Mereka yang memberikan peluang kepada para pendosa dengan sikap diam dan senyuman juga terhitung berbuat dosa dan mendapat murka Allah.
4. Nahi mungkar atau pencegahan kemungkaran merupakan tugas sosial setiap orang mukmin.
Ayat ke 80
Artinya:
Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. (5: 80)
Ayat ini dalam kelanjutan pembahasan sejarah Bani Israil, berbicara kepada Nabi Muhammad Saw dengan mengatakan, "Bani Israil tidak pernah mencintai Muslimin apakah itu sebelum atau sesudah kedatangan Islam. Kebencian itu justru mendekatkan mereka ke jalan kekufuran. Sikap mereka ini menjadi penyebab murka Allah Swt."
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menerima kepemimpinan orang-orang Kafir, dalam bentuk apa pun merupakan penyebab kemurkaan Allah Swt.
2. Hari Kiamat merupakan hari untuk panen hasil perbuatan manusia di dunia. Neraka Jahanam adalah api yang dinyalakan sendiri oleh manusia.