Ayat ke 53
Artinya:
Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" (6: 53)
Sebelumnya telah disinggung betapa banyak orang yang menunggu para nabi, utusan atau sejenis orang seperti Malaikat yang melaksanakan pekerjaan-pekerjaan berbagai manusia biasa seperti makan, minum, tidur dan beristri. Tidak hanya itu, mereka juga diharapkan bisa melaksanakan lebih dari itu, bahkan menurut mereka nabi harus sanggup menjelaskan sesuatu yang gaib, baik mengenai masyarakat masa lampau maupun yang akan datang, diiringi dengan pemaparan berbagai pekerjaan yang luar biasa yang disebut mukjizat.
Ayat ini juga menyinggung salah satu keinginan lain dari masyarakat dan mengatakan, sebagian orang yang memiliki kekayaan, kedudukan, pangkat dan status sosial dalam masyarakat, sewaktu mereka menyaksikan kehidupan Nabi yang sederhana, jauh dari penghormatan dan protokoler. Ayat ini mengatakan, apakah Allah Swt dengan adanya kami, menurunkan wahyu-Nya kepada manusia sederhana seperti ini? Bila wahyu harus diturunkan, maka mestinya diturunkan kepada kami, karena kami memiliki kelebihan atas Nabi itu.
Al-Quran al-Karim dalam menjawab adanya pemikiran semacam itu mengatakan, syarat diturunkannya wahyu kepada seseorang manusia bukan terletak pada harta, kedudukan dan status sosial orang tersebut, sehingga orang itu dipandang lebih layak. Tetapi syarat yang harus dipenuhi dalam hal ini ialah transparansi dan kelayakan lahir dan batin, yang hanya diketahui oleh Allah Swt. Dia Maha Mengetahui terhadap perkara ini, dan Allah lebih mengetahui terhadap hamba-hamba-Nya, siapa yang memenuhi syarat.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Perbedaan status sosial dan harta menjadi salah satu ujian dari Allah.
2. Betapa banyak orang miskin yang bersyukur. Dengan bersyukur mereka mendapat anugerah Allah Swt. Sementara betapa banyak orang kaya yang sombong atas kekayaannya. Dengan kesombongan itu ia mendapat kutukan Allah Swt.
Ayat ke 54-55
Artinya:
Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: "Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (6: 54)
Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Quran (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh, dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa. (6: 55)
Dua ayat ini memerintahkan kepada Nabi Saw supaya menyambut dengan tangan terbuka orang-orang yang beriman sekalipun mereka telah beberapa kali melakukan dosa. Nabi Saw tidak mengusir mereka, bahkan mengucapkan salam sejahtera kepada mereka serta memberikan bimbingan Islam yang baik untuk bertaubat.
Pada dasarnya, dalam masyarakat Islam harus terjalin suatu hubunganyang sehat di antara satu dan yang lainnya, begitu juga antara masyarakat Islam dengan pemimpin mereka. Hubungan ini harus berdasarkan kesucian, kejujuran dan cinta kasih, sebagaimana Allah Swt telah menetapkan dasar rahmat dan kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya, bahkan kepada para pendosa dengan berita gembira atas diterimanya taubat mereka Nabi Saw diperintah oleh Allah untuk menyampaikan salam sejahtera dan menerima mereka. Pada saat yang sama, Allah juga memerintahkan umat Islam untuk mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw agar senantiasa mengingat beliau dengan kebaikan.
Terjalinnya hubungan semacam ini di kalangan umat Islam dengan nabi dan imam as akan membuat masyarakat Islam terjauhkan dari segala bentuk dendam dan perselisihan. Kondisi ini akan menutup peluang para penentang untuk melampiaskan kebencian dan amarah mereka. Di sisi lain, masyarakat Islam akan berusaha membenahi dirinya dan bertaubat dari kesalahan yang dilakukannya. Singkatnya, mereka yang terlanjut berbuat dosa karena khilaf dan salah perlu diajak untuk segera melakukan taubat atas kesalahan yang dilakukannya.
Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berziarah kepada Nabi merupakan jalan untuk memperoleh anugerah dan kasih sayang Allah. Maka barangsiapa yang mengunjungi Nabi Saw ia akan memperoleh salam khusus beliau.
2. Apabila seseorang melakukan dosa karena tidak mengerti atau khilaf, bukan karena keras kepala ataupun sengaja tidak mau menerima, maka hal tersebut bisa ditolerir dan dimaklumi.
3. Taubat adalahsuatu jalan yang bisa diterima oleh Allah Swt, dengan menebus dosa-dosa masa lalu, dan melakukan pembenahan terhadap jalan hidup mereka.
4. Allah Swt telah mencurahkan rahmat kepada hamba-Nya, namun jalan untuk memperolehnya ialah menjauhkan diri dan bertaubat atas segala dosa.
Ayat ke 56
Artinya:
Katakanlah: "Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah". Katakanlah: "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk". (6: 56)
Ketika melihat Nabi Muhammad Saw mengajak masyarakat waktu itu untuk bertauhid dan menyembah Allah Yang Maha Esa, orang-orang Musyrik malah mengajak beliau untuk menyembah patung. Mereka meminta kepada Nabi agar jangan berpidato, namun kembali kepada agama nenek moyang dan para pembesar Quraisy yaitu menyembah patung dan berhala. Ayat ini kembali memerintahkan kepada Nabi Saw agar berterus terang mengumumkan kepada mereka, bahwa aku tidak akan bergabung dengan agama kalian. Aku tidak menyembah apa yang kalian sembah, dan akupun tidak mengikuti apa yang menjadi keinginan kalian. Karena itu perbuatan ini akan menjauhkan aku dari petunjuk, bahkan akan menjerumuskan ke dalam kesesatan.
Al-Quran al-Karim dalam ayat ini mengingatkan bahwa penyembahan kepada berhala merupakan sejenis perbuatan sia-sia. Karena penyembahan kepada berhala tidak memiliki dalil sama sekali, bahkan tidak bisa diterima oleh akal sehat. Bagaimana tidak, seorang manusia membuat patung sendiri, kemudian patung dan arca itu diberi nama, selanjutnya ia bersujud menyembah dihadapannya, padahal patung itu merupakan benda mati yang tidak lebih baik dari dirinya sendiri.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam menghadapi berbagai keinginan kaum Musyrikin penentang yang tidak logis, maka harus dijawab dengan tegas dan menyatakan belepas diri dari mereka, sehingga menutup segala bentuk jalan perdamaian dengan mereka.
2. Para muballig agama Islam saat mengajak orang musyrik tidak boleh memberi peluang atas keinginan-keinginan Musyrikin yang tidak logis.