Ayat ke 123
Artinya:
Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya.(6: 123)
Sebelumnya telah disebutkan bahwa sebagian tokoh dan pembesar Mekah seperti Abu Jahal senantiasa melakukan konspirasi terhadap Nabi Muhammad Saw dan para sahabat beliau, dengan tujuan menghalangi pesatnya pengaruh kaum Muslimin. Ayat ini berbicara kepada Nabi Saw dan kaum Muslimin dengan mengatakan, keberadaan orang-orang seperti Abu Jahal bukanlah hal baru. Di sepanjang sejarah, orang-orang seperti Abu Jahal senantiasa ada yang menentang dakwah para nabi dan menciptakan berbagai konspirasi terhadap mereka.
Oleh karena setiap amal perbuatan baik atau buruk yang dilakukan oleh umat manusia senantiasa berada di bawah kekuasaan Allah, sehingga tanpa kekuasaan Allah manusia tidak akan mampu melakukan perbuatan apapun, maka ayat ini mengatakan, orang-orang jahat yang selalu berdiri menghadang kebenaran, jangan menyangka bahwa Allah tidak mau menghancurkan mereka, atau bahwa mereka telah keluar dari kekuasaan Allah Swt. Bahkan mereka itu, mengerahkan pikiran untuk selalu menciptakan konspirasi jahat dan tipudaya, dengan menggunakan kekuatan yang diberikan oleh Allah, dimana setiap saat Allah mampu menariknya kembali. Akan tetapi Sunnatullah telah menentukan bahwa,di dunia ini manusia memiliki kebebasan untuk memilih perbuatannya. Allah senantiasa memberikan jalan kepada manusia untuk memilih jalan yang ia sukai.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para pemimpin yang jahat dan para penguasa ekonomi serta cendikiawan yang sesat, merupakan akar kerusakan masyarakat.
2. Logika para penentang nabihanyatipu daya, makar, konspirasi dan penyesatan,bukannya kejujuran, kebenaran dan kebersihan.
3. Penggali sumur selalu berada di dasar sumur itu sendiri. Artinya, akibat-akibat buruk tipudaya mula-mula akan menimpa pembuat dan perancangnya.
Ayat ke 124
Artinya:
Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata: "Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah". Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya.(6: 124)
Melanjutkan ayat-ayat sebelumnya yang berbicara tentang berbagai konspirasi dan tipu daya para penentang Nabi Muhammad Saw, ayat ini menjelaskan bahwa salah satu alasan yang disampaikan oleh para pembesar Mekah dalam menentang ajaran Islam ialah bahwa harta kekayaan, kedudukan dan kehormatan kami lebih besar dibanding orang yang mengaku diutus oleh Allah untuk memberi petunjuk kepada kami. Jika harus ada seseorang yang dipilih oleh Allah, maka orang itu adalah kami, bukan dia ini. Minimal, jika wahyu telah turun kepadanya, maka ia pun akan turun kepada kami. Oleh karena yang demikian itu tidak terjadi, maka kami tidak akan menerima ajarannya.
Al-Quranal-Karim dalam membantah cara berpikir seperti itu mengatakan, dibanding siapa pun, Allah lebih mengetahui siapakah yang memiliki kelayakan untuk memikul tanggung jawab ilahi yang besar ini. Selain itu, harta dan kedudukan bukan bukti kelayakan. Memberi petunjuk kepada umat manusia memerlukan kemampuan khusus yang tidak miliki para pencari dan budak dunia.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Salah satu akar terpenting pengingkaran seruan NabiSawialah kesombongan dan superioritasyang melahirkan keangkuhan untuk menerima kebenaran dan para penyeru kebajikan.
2. Allah Swt akan menghinakan kaum arogan dan mustakbirin di dunia ini sehingga menjadi pelajaran bagi selainnya.
Ayat ke 125
Artinya:
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (6: 125)
Dalam menyimpulkan ayat-ayat sebelumnya ayat ini mengatakan, akar kufur dan iman berada di dalam jiwa dan hati setiap orang. Kufur dan iman bukan hanya sebuah sikap dan amal perbuatan lahiriah. Iman ialah penyerahan diri yang timbul dari hati di hadapan kebenaran dan kesediaan penuh untuk menerima perintah-perintah Ilahi. Sedangkan kufur ialah penolakan hati, sikap keras kepala dan keingkaran terhadap kebenaran dan hak.
Karena itu al-Quranal-Karim mengatakan, orang yang menerima hadiah Allahadalah orang yang jiwa dan raganya bersih dan sehat. Jika jiwa dan seseorang bersih dan sehat, maka ia akan menerima kebenaran. Sebaliknya apabila jiwa manusia sakit, dia pasti tidak memiliki kesiapan untuk mengonsumi berbagai makanan yang baik dan sehat.
Ayat ini menyinggung sebuah poin penting, dan mengatakan, orang yang tidak mau menerima kebenaran, bagaikan ingin mendaki langit, tetapi di karenakan kekurangan zat oksigendadanya menjadi sempit, sehingga sulit untuk bernafas.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Perlu wadah dan kesiapan jiwa dan mental untuk bisa menerima kebenaran. Setelah menerima kebenaran, wadah tersebut secara bertahap akansemakin meluasdan itu merupakan anugerah Allah Swtyang diberikan kepada orang-orang Mukminin.
2. Orang-orang yang sesat, meskipun berada dalam kesejahteraan materi, namun sesungguhnya mereka berada dalam kesempitan dan tekanan hidup.