Ayat ke 131-132
Artinya:
Yang demikian itu adalah karena Tuhanmu tidaklah membinasakan kota-kota secara aniaya, sedang penduduknya dalam keadaan lengah.(6: 131)
Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.(6: 132)
Pada ayat sebelumnya Allah Swt berfirman kepada bangsa jin dan manusia bahwa Aku telah mengutus para nabi untuk membimbing kalian, agar kalian semua memahami dan senantiasa waspada akan datangnya Hari Kiamat. Ayat ini mengatakan, peringatan Allah itu dimaksudkan untuk menyempurnakan hujjah bagi masyarakat, agar umat manusia keluar dari kejahilan dan kesalahan, untuk seterusnya mereka dikenalkan kepada kebenaran.
Karena itu, tanpa peringatan dan pemberitahuan terlebih dahulu kepada mereka, penyiksaan yang dilakukan oleh Allah Swt kepada orang-orang kafir adalah suatu perbuatan zalim dan aniaya. Kebenaran harus terlebih dahulu disampaikankepada orang-orang yang salah. Jika mereka masih tidak mau menerimanya, mereka akan disiksa. Ini merupakan Sunnatullah yang telah disinggung pada beberapa ayat yang lainnya. Sebagaimana dalam surat al-Isra ayat 15 yang artinya"...dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul."
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1.Seseorang yang pada Hari Kiamat dimasukkan ke dalam api neraka, sebenarnya telah memahami kebenaran, namun tidak mau mengikutinya.
2. Cercaan dan hukuman yang dijatuhkan kepada orang yang tidak mengetahui merupakan kezaliman atas diri mereka. Pemberitahuan harus didahulukan dari siksaan.
3. Kebahagiaan dan kesengsaraan setiap orang berada di tangannya sendiri. Sedangkan amal perbuatan sangat menetukan kedudukannya di sisi Allah Swt.
Ayat ke 133-134
Artinya:
Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.(6: 133)
Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang, dan kamu sekali-kali tidak sanggup menolaknya. (6: 134)
Setelah ayat sebelumnya menyebutkan bahwa Allah Swt tidak berbuat zalim, dua ayat ini menyatakan, tidak ada dalil apapun bahwa Allah Swt berbuat zalim terhadap hamba-hamba-Nya. Karena perbuatan itu bersumber dari sifat kezaliman dan kebutuhan atau berpangkal pada sifat keras kepala. Padahal Allah Swt tidak membutuhkan apapun dan bersifat Maha Kasih. Para pendosa tidak bisa menyalahgunakan rahmat Allah, dan mengatakan,kini Tuhan tidak ada urusan dengan kita. Padahal rahmat Allah selalu terbuka didunia, begitu juga pada Hari Kiamat. Padahal, bila Allah menghendaki kalian hancur di dunia, lalu digantikan dengan orang-orang yang lain, maka pada Hari Kiamat tidak juga ada orang yang dapat membantu kalian untuk melarikan diri dari berbagai siksaan Allah Swt, atau yang sanggup berdiri di hadapan siksaan Tuhan.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah Swt menurut ungkapan kita adalah Zat yang tidak membutuhkan, meskipun Dia pada dasarnya tidak memerlukan perwujudan kita, bahkan apabila Allah menghendaki kita semua bisa dihancurkan.
2. Padahal rahmat Allah Swt sangatlah luas dan mencakup segala sesuatu. Namun sebagian para pendosa melupakannya, sehingga mereka keluar dari lingkungan rahmat Allah. Karena itu pantaslah mereka mendapatkan murka Allah Swt.
Ayat ke 135
Artinya:
Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.(6: 135)
Ayat-ayat sebelumnya menyebutkan soal ancaman terhadap orang-orang Kafir dan para penentang Islam dengansiksaan Allah Swt. Ayat ini memerintahkan kepada Nabi Saw agar berbicara kepada mereka dengan mengatakan,lakukan perbuatan apa saja yang kalian inginkan. Aku juga akan melaksanakan perbuatan apapun yang telah diperintahkan Allah. Karena secepatnya kita akan mengetahui perbuatan-perbuatan kita tersebut, bahkan akibat dari perbuatan itupun akan kita atau kalian pertanggung jawabkan. Ketahuilah bahwa para penjahat, pendosa dan penentang tidak akan memperoleh kemenangan.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tolok ukur keberhasilan adalah akhir dari perbuatan tersebut dan bukan apa yang dicapai hari ini. Karena betapa banyaknya kebaikan serta kesenangan hidup yang diperoleh oleh umat manusia berakhir dengan kejelekan dan malapetaka.
2. Mengarahkan masyarakat kepada jalan Allah Swt, meskipun jumlah mereka banyak sekali, dan itu adalah tugas kita yang tidak pernah berubah sama sekali. Kita harus bisa melaksanakan tugas kita tersebut dengan baik dan kita juga harus tegas dalam menghadapi jalan yang batil dan menyatakan jalan kebenaran kita!
Ayat ke 136
Artinya:
Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: "Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami". Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu.(6: 136)
Ayat ini menyinggung satu lagi dari keyakinan melenceng orang-orang Musyrik Mekah dan mengatakan,mereka memberi sajian-sajian dari hasil pertanian dan binatang-binatang piaraan mereka untuk Tuhan.Disebutkan pula dalam sejarah bahwa mereka memberi sajian untuk patung-patung, dimana bagian dan sajian-sajian untuk Tuhan diberikan kepada orang-orang yang memerlukan dan tamu-tamu.Sementarasajian yang diperuntukkan kepada patung-patung diberikan kepada para pengurus patung-patung tersebut, atau diberikan secara khusus pada upacara-upacara korban.
Tetapi setiap kali bagian dari sajian buat patung-patung itu sedikit, akan diambilkan dari sajian-sajian untuk Allah Swt dan tidak untuk sebaliknya. Namun apabila dikarenakan sebuah kejadian, lalu bagian sesajian untuk patung-patung itu dipisahkan, maka ia dipandangnya sebagai kekurangan.Mereka mengatakan,Tuhan adalah Zat yang tidak membutuhkan, sedang patung-patung ini sangat membutuhkan. Di akhir ayat ini telah disebutkan kecaman dalam sebuah ungkapan singkat mengenai tradisi dan adat istiadat yang salah inidenganmengatakan,betapa jeleknya mereka menentukan sebuah hukum, selain berbuat syirik mereka juga menentukan bagian sesajian Tuhan sedikit bila dibandingkan dengan bagian patung-patung.
Padahal AllahSwt pemilik segala sesuatu dan justru hak pembagian terhadap segala suatu ditangan-Nya, namun mereka sendiri telah menentukan bagian untuk Allah dengan sesuka hati mereka, sedikit atau banyak. Segalapenyelewengan perbuatan telah memperjelas sebuah poin dimanakaum Musyrikin telah menerima bahwa bagian dari pertanian dan peternakan dikhususkan untuk Allah Swt.Hal ini merupakan sesuatu yang telah ditentukan didalam agama-agama samawi sebagai zakat. Yakni dasar keyakinan kaum Musyrikin yaitu sebuah upacara keagamaan, yang telah diselewengkan sepanjang zaman, dengan telah menambahkan bagian buat patung-patung.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Yang menumbuhkan tanaman-tanaman itu adalah Allah Swt dan bukan manusia. Petani hanyalah menabur biji-bijian di ladang sedang hanya Allah yang menjadi penyebab tumbuhnya biji-bijian tersebut.
2. Salah satu dari urgensi terpenting risalah-risalah para nabi ialah memberantas segala bentuk penyelewengan