Bola Panas hubungan Turki-Israel

Rate this item
(0 votes)

Di tengah gencarnya propaganda anti Israel yang digulirkan para pemimpin partai Keadilan dan Pembangunan Turki (PKK), media massa Zionis melaporkan lawatan diam-diam sebuah delegasi Israel ke Ankara. Koran Yediot Aharonot Ahad (19/8) melaporkan bahwa delegasi Israel itu dipimpin oleh Yizhak Cohen, deputi Menteri keuangan rezim Zionis guna mengkaji pemulihan hubungan bilateral Tel Aviv-Ankara. Dalam lawatan pekan lalu tersebut delegasi Tel Aviv bertemu dan berdialog dengan sejumlah pemuka partai Keadilan dan Pembangunan.

Yediot Aharonot mengungkapkan bahwa pemerintahan Ankara mendesak pemulihan hubungan bilateral Israel-Turki, dan segera mengakhiri friksi kedua sekutu itu. Dilaporkan pula lawatan delegasi Israel itu berlangsung atas persetujuan kantor perdana menteri rezim Zionis.

Delegasi Israel juga bertemu dengan berbagai pemimpin partai politik Turki. Yediot Aharonot memberitakan bahwa rezim Zionis dalam lawatan itu menegaskan sikapnya yang tidak akan meminta maaf kepada Ankara terkait penyerangan terhadap kapal bantuan kemanusiaan Mavi Marmara pada Mei 2010 lalu. Tapi delegasi Tel Aviv itu menyatakan siap menyampaikan belasungkawa dan bersedia membayar ganti rugi kepada pihak keluarga korban serangan anti kemanusiaan itu.

Kantor Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu baru-baru ini mengeluarkan statemen yang mendesak pemulihan hubungan bilateral dengan Turki sebagai sekutunya. Hubungan Tel Aviv-Ankara renggang pasca serangan militer Israel terhadap kapal bantuan kemanusiaan Gaza, Freedom Flotilla. Erdogan menegaskan bahwa pemulihan hubungan bilateral itu hanya bisa dilakukan jika Israel secara resmi meminta maaf dan membayar ganti rugi kepada pihak keluarga korban insiden anti kemanusiaan itu.

Sebelumnya, Tel Aviv menegaskan tidak akan meminta maaf dan tidak bersedia membayar ganti rugi kepada Turki. Ketegangan adu mulut antara para pemimpin Israel dan Turki dimulai pada Forum Ekonomi Dunia Davos, Swiss tahun 2008. Meski demikian ternyata hubungan militer antara Ankara dan Tel Aviv masih terjalin mesra yang menunjukkan bahwa perang retorika keduanya yang mencuat ke permukaan hanya kebohongan belaka. Tampaknya retorika anti-Israel itu disemburkan Ankara untuk menipu publik internasional terutama dunia Islam, juga publik dalam negeri Turki yang selama ini menentang keras pemulihan hubungan dengan Israel.

Konstelasi terbaru Timur Tengah semakin menegaskan fakta tersebut. Ankara menjadi mitra Israel dan AS dalam menggulingkan pemerintahan Assad yang selama ini konsisten mendukung muqawama Palestina.

Tampaknya, AS dan Israel mengalami kebuntuan menghadapi gerakan kebangkitan Islam bangsa-bangsa kawasan Timur Tengah. Washington dan Tel Aviv memanfaatkan Ankara sebagai sekutu dalam menumbangkan rezim Assad.

Turki sendiri menyambut tawaran itu dengan imbalan finansial dan peningkatan posisi politik di tingkat regional dan internasional meski harus mengobarkan api perang dengan Suriah sebagai tetangganya sendiri.

Para analisis menilai permainan baru yang disulut AS dan Israel di Suriah kali ini akan berujung kekalahan Washington dan Tel Aviv. Tampaknya, Turki tidak belajar dari kegagalan AS di Irak dan Afghanistan. Semakin besar intervensi Ankara dalam urusan internal Suriah, maka negara itu kian terseret di pusaran krisis yang akan menikam dirinya sendiri. Mengapa Turki tidak belajar dari Kuwait yang membantu Saddam ketika menyerang Iran, tapi kemudian menjadi sasaran serangan boneka AS itu.(IRIB Indonesia/PH/MF)

Read 1704 times