Yaman selatan, khususnya kota Aden dalam beberapa hari ini kian dilanda kerusuhan. Serangan milisi bersenjata ke gedung dinas keamanan serta komplek televisi kota Aden menjadi tanda bahaya bagi Yaman. Khususnya ketika shalat Idul Fitri di sebuah masjid di Yaman selatan yang menewaskan tujuh orang dan menciderai 11 lainnya.
Peristiwa pahit ini mengindikasikan kemungkinan munculnya ketegangan baru yang akan memperburuk kondisi Yaman. Saat ini pasukan keamanan Yaman disiagakan penuh untuk menanggulangi kerusuhan di Yaman selatan. Kota Aden, ad-Dali' dan Abyan menjadi pusat kerusuhan dan instabilitas di negara ini dalam beberapa hari lalu.
Serangan ke Abyan
Seorang pembom bunuh diri Al Qaida menewaskan seorang kepala suku terkemuka pro-pemerintah dan melukai enam orang lain dalam pertemuan para anggota suku di Provinsi Abyan, Yaman selatan, Minggu (10/8) pagi. Pembom bunuh diri meledakkan bahan peledaknya di antara puluhan orang suku pro-pemerintah di kota Mudiyah, Provinsi Abyan, menewaskan dirinya bersama dengan pemimpin suku terkemuka dan melukai enam orang lain di lokasi kejadian.
Orang-orang suku bergabung dengan pertempuran bersama pasukan tentara dalam serangan terhadap Al Qaida awal tahun ini. menurut keterangan warga setempat, "Seorang pembom mobil bunuh diri pertama mendekati pertemuan pejuang suku pro-tentara dan kemudian meledakkan dirinya di antara mereka."
Bagian dari satu bangunan perumahan di dekatnya yang adalah milik pemimpin suku yang meninggal, yang memimpin kelompok milisi anti-Al Qaida, rusak setelah ledakan besar. Seorang petugas medis di rumah sakit setempat mengonfirmasikan bahwa fasilitasnya telah menerima mayat seorang pemimpin suku dan enam orang terluka.
Saksi mata mengatakan tentara mengepung daerah itu, mencegah orang mendekati tempat kejadian pengeboman. Pasukan pemerintah Yaman menyatakan kemenangan atas cabang Al Qaida setelah serangan selama sebulan yang berhasil mengusir ratusan gerilyawan dari wilayah yang telah mereka kendalikan untuk sekitar satu tahun.
Pada 20 Juni, para pejabat militer Yaman mengumumkan telah merebut benteng terakhir Al Qaida di bagian selatan negara itu yang bermasalah menyusul serangan militer yang didukung oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi.
Namun, para ahli militer dan anti-terorisme lokal mengatakan Al Qaida yang bermarkas di Yaman masih merupakan ancaman besar bagi negara Arab miskin itu, meskipun mereka telah diusir dari benteng utamanya di selatan oleh serangan yang didukung militer.
Serangkaian pembunuhan dan pemboman bunuh diri telah menyerang wilayah Yaman selatan selama dua bulan terakhir, menunjukkan bahwa Al Qaida mempertahankan kapasitasnya untuk menyerang.
Indikasi Campur Tangan Asing di Yaman
Mayoritas pengamat menilai, pergerakan terbaru al-Qaida di Yaman selatan tak mungkin dilakukan tanpa dukungan baik dari dalam maupun asing. Khususnya saat berlangsungnya Kebangkitan Rakyat, Ali Abdullah Saleh, diktator terguling Yaman telah mempersiapkan aktivitas terbaru bagi al-Qaeda dengan membebaskan sejumlah besar anggota milisi ini dari penjara pemerintah.
Mengingat masalah ini maka tak menutup kemungkinan jika al-Qaeda berulah di Yaman selatan dengan provokasi anasir rezim terguling khususnya Saleh dan keluarganya. Hal ini dimaksudkan untuk mengubah iklim internal Yaman guna mempersiapkan kembalinya rezim terguling ke puncak pemerintahan Sanaa.
Hal lain yang menguatkan asumsi ini adalah ambisi besar Amerika Serikat terkait masalah ini. Oleh karena itu, tak menutup kemungkinan jika AS juga menjadi dalang dari instabilitas di Yaman selatan, karena al-Qaeda tak lain adalah anak asuh Washington.
Kini juga beredar isu pemisahan Yaman. Jika hal ini benar maka tak dapat dipungkiri bahwa berlanjutnya aksi kekerasan di Yaman selatan merupakan ancaman bagi persatuan negara ini. Oleh karena itu, mayoritas kelompok revolusi Yaman selain menyeru warga menjaga persatuan, juga menekankan sikap tegas dalam menghadapi anasir perusak. (IRIB Indonesia/MF)