Krisis internal yang kian parah yang dihadapi Rezim Zionis Israel saat ini mengindikasikan dengan kuat bahwa nasib rezim ilegal ini tak lain hanyalah kemusnahan. Berbagai data statisitik yang dirilis pejabat Tel Aviv menguatkan realita ini bahwa kondisi ekonomi Israel kian hari semakin buruk.
Terkait masalah ini seorang dokter Israel mengatakan, setiap tiga anak di Israel satu di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan. Seraya mengisyaratkan gelombang protes dan aksi bakar diri di bumi Palestina Pendudukan, ia menilai krisis saat ini disebabkan problematika sosial dan kemiskinan. Ia menambahkan, banyak penduduk Israel yang tidak mampu berobat secara semestinya karena miskin dan tidak memiliki biaya untuk berobat.
Di kondisi seperti ini, media massa Israel termasuk Koran Yediot Aharonot memberitakan eskalasi sembilan persen angka pengangguran di rezim ilegal ini. Dengan demikian tingkat pengangguran di Israel melampaui 25 persen. Hal ini tentu saja membuat warga Israel semakin khawatir atas meluasnya kemiskinan dan ketidakadilan.
Parahnya krisis ekonomi di Israel terjadi di saat warga Zionis menghadapi beragam ketidakadilan dan diskriminasi. Tentu saja kondisi ini malah memicu ketidakpuasan warga atas kondisi internal rezim ini. Belum lagi di tambah dengan maraknya aksi korupsi para pembesar Tel Aviv, membuat citra buruk Israel semakin kentara.
Sementara di sisi politik, rezim Israel masih dalam kebingungan dan perang perebutan kekuasaan di antara petinggi Tel Aviv membuka lebar peluang tumbangnya kabinet Perdana Menteri Benyamin Netanyahu. Dengan keluarnya Partai Kadima yang memiliki 28 kursi di parlemen dari pemerintahan koalisi Netanyahu membuat kabinet perdana menteri ini semakin rentan untuk bubar ketimbang sebelumnya.
Namun demikian Netanyahu dengan strategi barunya dengan memberi konsesi dan suap kepada sejumlah anggota Partai Kadima guna mendukungnya melanjutkan pemerintahan membuat dirinya mampu mencegah jatuhnya kabinet yang ia pimpin saat ini. Patut dicatat bahwa meski berhasil menyelamatkan kabinetnya dari kehancuran, namun pemerintahan Netanyahu saat ini sangat lemah.
Di sisi lain, mayoritas petinggi Israel menekankan runtuhnya kabinet Netanyahu dalam waktu dekat. Shaul Mofaz, pemimpin Partai Kadima secara transparan menyatakan bahwa hari-hari ini merupakan hari terakhir usia kabinet Netanyahu, hari-hari di mana Netanyahu melakukan suap besar-besaran kepada petinggi Tel Aviv.
Mofaz menuding Netanyahu menjanjikan jabatan menteri kepada sejumlah wakil Partai Kadima dan meminta mereka keluar dari Partai Kadima serta bergabung dengan Partai Likud. Dengan demikian sepekan setelah Partai Kadima menyatakan keluar dari pemerintahan koalisi, enam anggota fraksi parlemen dari kubu Kadima bergabung dengan kabinet Netanyahu. Dengan demikian kabinet Netanyahu berhasil diselamatkan dari keruntuhan dengan 72 suara dari 120 anggota parlemen.
Sementara itu, krisis politik di Israel kian mempengaruhi kegagalan pemerintah dalam menyelesaikan krisis internal yang semakin parah. Di sisi lain, ketidakpedulian kabinet Netanyahu terhadap aksi bakar diri dan proses warga serta sikap petinggi Tel Aviv yang lebih memprioritaskan perebutan kekuasaan kian menambah rasa ketidakpuasan warga atas kinerja pemimpin mereka. (IRIB Indonesia/MF)